Alex memundurkan tubuhnya, yang membuat Syura bernafas legah. Hampir saja jantung nya copot.

"Ganggu lo," cetus Alex.

Rembulan melotot, hei! Dari tadi dia disini bersama Syura! Dasar mereka aja lupa dunia! "Nyebelin lo!" Setelah mengatakan itu Rembulan pergi dari sana meninggalkan Syura dan Alex.

Syura menatap ngeri Alex, lalu tanpa basa-basi ia pergi meninggalkan tempat itu dengan sedikit berlari. Alex yang melihat nya tertawa pelan, sangat menggemaskan. Pengen karungin.

***

"Diva ada yang sakit?" Tanya Galaxy melihat Diva yang termenung ditempat duduknya. Ya, Diva sudah sekolah dua hari yang lalu, sebelum Syura kembali bersekolah.

Diva menggeleng pelan. "Aku cuma pusing dikit kak," katanya.

"Ke UKS?"

Diva menggeleng lagi. "Gak usah, kak. Aku disini aja."

Galaxy mengangguk, dan menggeram tangan Diva lembut. "Maafin Syura ya, div. Gue tau tindakan dia udah keterlaluan, tapi gue sebagai abangnya ngerasa gak enak sama lo."

Diva terdiam beberapa saat. "A-aku gak tau harus gimana kak, a-aku masih takut ...."

Galaxy mengelus punggung tangan Diva lembut. "Gak papa, gue juga gak nyuruh lo maafin dia, gue cuman gak enak hati karna gue abangnya."

Heii, sejak kapan situ anggap Syura adek?

"Kak gala gak usah gak enakan. Kak gala gak salah kok," jawabnya. Galaxy terharu mendengar nya. Lihatlah, Diva sangat baik hati seperti malaikat. Tapi kenapa Syura berusaha menyakiti malaikat ini? Benar-benar keterlaluan Syura!

"Kak."

Galaxy tersadar dari lamunannya. "Ya?"

"Kenapa melamun kak? Gak baik."

"Ohh, hehe sorry." Galaxy melepaskan genggaman nya disaat melihat Axelle yang baru saja masuk ke kelas.

Axelle melihat Diva yang duduk disana, satu senyuman lembut terbit di bibirnya. Lalu dengan perlahan ia mendekat, dan duduk di samping Diva. "Udah baikan? Kalau ada yang sakit kasih tau sama aku."

Diva tersenyum lembut. "Gak papa kok El, aku udah lumayan baikan," balasnya. Dan ya, mereka mengobrol dan mengabaikan Galaxy yang memandangi mereka tajam.

Kapan gue bisa ada di hati lo, div? Batinnya lirih.

***

Dibelakang sekolah, Ananda sedang mamanjat pohon mangga yang ada disana, dengan ditemani, Rembulan, Sesil, dan Syura. Sedangkan Amanda dan Arie lebih memilih setia dengan hobi mereka, yaitu membaca di perpustakaan.

Lihatlah mereka akan rugi menolak mangga yang menggiurkan ini, sangat nikmat. Ya, Ananda makan mangga nya di atas pohon, sendirian! Dan mengabaikan tiga orang yang menatapnya malas.

"Woi! Bagi-bagi dong kalau makan! Gue juga mau!" Teriak Rembulan karna tergiur disaat Ananda menggodanya dengan mangga itu.

Syura dan Sesil memutar bola matanya malas, lihatlah kedua spesies ini, sangat cocok. Terutama Ananda, persis seperti nyemot. Nyemot cantik maksud nya.

Ananda diatas sana malah semakin menjadi menggoda Rembulan. "Emmm, enak banget loh, seger," godanya.

Rembulan berjalan dan menendang pohon itu, bukannya pohon yang bergoyang malah kakinya yang kesakitan. "Njir!"

"Hahaha, njir, ngakak!"

Sesil berdecak malas. "Turun nan, entar ada yang lihat."

"Dia kan monyet," celetuk Syura yang sedari tadi minyak eh nyimak maksud nya.

Dia SAFARA (END)Where stories live. Discover now