Day-24. Langkah Awal

Mulai dari awal
                                    

* * *

Auryn, Zach, dan Bian tampaknya sedang berkumpul di meja kerja Arcello sambil menikmati sestoples kue lidah mertua ketika Beezel tiba-tiba datang ke ruangan mereka. Ketiga sahabat Arcello langsung berhambur menuju meja masing-masing. Entah angin apa yang membawa sang atasan berjalan rusuh menemui pria mungil itu, yang jelas ada hal penting yang ingin ia sampaikan.

"Pagi!" Beezel menyapa seluruh karyawannya.

"Pagi, Pak." Ketiga sahabat Arcello beserta karyawan lain pun kompak menjawab sapaan atasan mereka.

"Pagi, Arcell." Kali ini sapaan khusus Beezel berikan pada pria mungil di hadapannya.

Tampak segan bercampur malu, Arcello pun mengangguk pelan. "Selamat pagi, Pak," balasnya.

Tanpa basa-basi, Beezel langsung menghampiri Arcello dan berdiri di sebelahnya. Mendapati sang atasan terlalu dekat dengannya, membuat Arcello mendadak gugup.

"Oh ya, Cell. Barusan divisi desain grafis kirim beberapa sampel kover ke email saya, tapi karena saya tidak tahu banyak detail proyek kamu kemarin, makanya saya ke sini buat minta pendapatmu." Beezel menjelaskan maksud dari kedatangannya menemui Arcello.

"Loh, mereka kok nggak kirim langsung ke saya aja ya, Pak?" tanya Arcello merasa heran karena ia tidak diberi tahu tim desain grafis.

"Saya juga kurang mengerti. Mungkin saja mereka lupa cc ke email-mu." Beezel berspekulasi.

Sesaat Arcello bergeming, namun ia kembali disadarkan oleh sang atasan.

"Jadi ... yang mana, Cell?" Beezel sedikit membungkuk di samping Arcello sambil menunjukkan tabletnya.

Arcello terlihat menggeser-geser layar tablet untuk memilih desain kover yang cocok untuk proyeknya.

"Sepertinya yang ini cocok," tunjuk Arcello pada salah satu gambar. "Tapi warnanya nggak cocok," ralatnya kemudian.

"Bagaimana kalau kita minta saja warnanya diganti?" usul Beezel sambil menoleh pada Arcello meminta persetujuan.

Pada saat yang bersamaan, Arcello pun menoleh ke arah sang atasan menyambut ide yang diusulkan. Namun, jarak keduanya begitu dekat, hingga kedua ujung hidung mereka menyentuh satu sama lain.

Kejadian itu yang disaksikan ketiga sahabat Arcello membuat mereka terkejut dan belingsatan. Auryn menganga tak percaya, sedangkan Zach dan Bian tampak menahan senyum salam tingkah.

Sementara di tempat kejadian, Arcello melotot dalam beku. Matanya tertuju pada mata sang atasan yang juga sedang menatapnya. Tidak seperti karyawannya yang merasa kaget, Beezel justru terlihat tenang sambil lamat-lamat mengembangkan senyuman.

"Arcell?" Panggilan Beezel menggema di telinga Arcello.

Semakin lama, gema itu semakin jelas terdengar. Hingga Arcello disadarkan dengan suara nyata dari sang atasan.

"Arcell?"

Arcello pun seketika terperanjat, sadar dari lamunannya. Ia belingsatan memberi jarak dari hadapan bosnya. Dirinya tampak gugup karena kejadian barusan.

"Jadi, gimana?" tanya Beezel.

Seperti orang linglung, Arcello hanya terlihat bengong mendapat pertanyaan dari pria jangkung di depannya. "Apanya, Pak?" timpalnya.

"Kovernya, Cell," susul Beezel. "Tadi saya nawarin buat ganti warna kovernya, loh." Sang atasan mengingatkan kembali.

Tampaknya Arcello masih belum sepenuhnya pulih dari kejadian yang membuatnya terkejut sekaligus gugup.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang