"Tante, Kak Clara, duluan ya."

Jola pun cepat-cepat menarik cowok itu untuk pergi dari sana.

"Huaaah....." Jola menghela napas lega begitu ia berhasil menuntup pintu kamarnya. Ia menepuk-nepuk dadanya bangga karena berhasil menyelamatkan Gavin dari kondisi yang sangat tidak aman tadi.

"Tante Fina kok ke sini lagi sih?" keluh ya dengan raut lemas.

Gavin terkekeh, ia menghampiri meja belajar Jola lalu duduk di sana. "Udah kayak liat setan aja liat Tante Fina."

"Duduk itu di kursi, jangan di meja!" pekik Jola dengan mata melotot. Namun, Gavin tak peduli dan malah memainkan tempat pensil cewek itu.

"Meskipun Kak Gavin itu nggak ada yang bisa dibanggakan dari segi prestasi. Kak Gavin itu tetep Kakak terbaik aku, nggak mungkin lah aku relain Kakak di posisi itu," papar cewek itu.

"Aduh, romantisnya adek aku ini," ucap Gavin dengan bercampur nada mengejek.

"Ish!" Jola berdecak. Ia pun menghampiri Gavin lalu menyelamatkan buku Diary-nya yang hendak dibuka cowok itu. Ia pun menjauhka dari jangkauan cowok iru.

"Kenapa sih? Nulis yang aneh-aneh ya? Nggak papa sini orang Kakak udah tau semua juga. Sini, kangen liat perkembangan hubungan Ga-Je."

"Justru itu!" Jola berseru dengan nada yang berubah kesal. "Aku nggak nulis apa-apa lagi."

"Loh?" Gavin mengernyit. Ini seperti bukan Jola yang biasanya.

"Mereka putus," jawab Jola dengan nada sedih. "Couple favorit aku putus," sambungnya dengan nada lebih mendramatisir.

Gavin mengulurkan tangannya. Lalu menepuk-nepuk bahu Jola. Ia sangat tahu tentang adiknya yang begitu mengagumi pasangan dari sekolahnya. Dia bahkan membuat buku khusus untuk menceritakan pasangan itu. Meskipun terdengar aneh, tapi kalau ada kesempatan Gavin mungkin akan berterima kasih pada pasangan Ga-Je itu.

"Kalo jodoh, mereka bakal balikan lagi kok."

"Kalo nggak jodoh?"

"Mereka bakal nemuin pasangan yang lebih baik dari sekarang. Seneng dong nantinya ada dua couple yang bisa diikutin."

"Iya sih, tapi aku tetep ngerasa nggak rela."

Gavin mengusap puncak kepala Jola. Ia bangkit lalu menjatuhkan diri pada kasur adiknya itu.

"Numpang tidur."

"Jangan ngiler."

Gavin bergumam seraya mulai memejamkan matanya.

oOo

"Kak...." Gita menggoyangkan tubuh Gavin.

"Bangun dulu."

Gavin pun melenguh lalu sebelah matanya terbuka.

"Mama mau ngomong."

Meski sedikit enggan karena rasa ngantuk, Gavin pun terduduk.

"Kakak punya pacar?"

Gavin menggeleng seraya menguap.

"Mulai sekarang cari ya?"

Kening Gavin berkerut. Tumben sekali mamanya membahas hal seperti kni.

"Kamu tau 'kan Tante Fina itu pengen banget jodohin kamu sama anaknya."

Itu bukan hal aneh lagi, semua orang di sini tahu itu.

"Kamu juga pasti tau kalo Tante Fina itu temen deket Mama banget, dia udah banyak banget bantu keluarga kita di masa lalu yang nggak mungkin banget Mama bisa nolak perjodohannya."

"Jadi, Mama setuju jodohin aku sama Clara?"

Gita menggeleng. "Meskipun Mama punya utang budi, nggak mungkin lah Mama korbanin hidup anak Mama sendiri." Gita memegang kedua tangan Gavin.

"Jadi, kamu cari pacar ya? Kalau Clara tau kamu punya pacar mungkin dia bakal nyerah. Mama pun bisa beralasan ke Tante Fina kalau Mama nggak bisa maksa kamu buat ikut perjodohan itu."

Gavin menghela napas. "Gavin nggak punya waktu buat hal kayak gitu," jelasnya dengan nada yang malas.

"Tapi Kak, cuma itu solusinya."

"Gavin nggak punya waktu," tekannya lagi.

"Mama tau di sekolah pun kamu sering bolos, jadi nggak punya waktu di mananya?" tanya Gita dengan kening yang berkerut. Meskipun mendapat titel anak nakal, Gavin tidak pernah berurusan dengan perempuan sekali pun.

"Buat pacaran, Gavin nggak punya waktu. Nggak ada cewek yang Gavin suka, jadi kalo Mama nyuruh pacaran sekarang udah jelas pasti bukan karena Gavin cinta. Dan ngelakuin hal kayak gitu cuma nyia-nyiain waktu, Ma."

Gita menghela napas.

"Jola, bilangin kakak kamu nih," pinta Gita. Biasanya kalau tidak bisa dirinya aja bicara, Gavin akan lebih menuruti perkataan adiknya.

Jola menggeleng. "Jola nggak siap kalo harus bagi-bagi Kak Gavin ke cewek lain."

Gavin mengacungkan jempol pada Jola.

"Jadi, Kak Gavin nyewa pacar boongan aja," ungkap Jola seraya merentangkan tangannya dengan ceria.

"Tetep nggak," jawab Gavin dengan mata yang menatap datar. Ternyata adiknya tidak sama persepsi dengan dirinya.

Jola cemberut.

Gavin menatap Gita dengan serius. "Mama tau 'kan kalo Clara itu agresif?"

Gita terdiam. Dari kecil Clara memang tidak segan-segan untuk menempeli Gavin. Bahkan ketika jelas-jelas Gavin menunjukkan raut tak suka. Itu yang menjadi motivasi Gita mengusulkan pacaran juga, karena dia tidak ingin putranya tersiksa karena terus ditempeli

"Aku yakin dia nggak bakal bisa terima gitu aja seandainya aku deket sama cewek lain." Gavin menggeleng.

"Aku nggak sanggup buat liat kembali apa yang terjadi sama Jola."

Jola dan Gita pun secara bersamaan hanya bisa menghela napas dengan raut sendu.

oOo

"Bang punya duit nggak?"

"Mau 'penyisiran' ya? Rencana mau ngambil 'anak' di mana?" Dhika yang tengah tiduran di atas sofa seketika bangkit dengan penuh antusias. Dia juga merogoh sakunya.

"Bukan. Gue ini ketinggian banget nggak sih sebagai cewek. Gue pengen operasi pemotongan tulang."

"Cewek gila!" umpat Dhika dengan raut yang berubah 180 derajat.

"170 itu ketinggian tau di sini. Gue jadi nggak punya kesan imut." Bella menangkup kedua pipinya.

"Liat aja tuh si Wonyoung 173 masih imut."

"Itu 'kan di Korea. Vibes sama di sini bedalah."

Dhika mendengkus kasar.

"Jadi gimana? Ada nggak duitnya?"

"Ada. Gue kasih gratis kalo mau berobat ke rumah sakit jiwa."

"Lo ngatain gue gila?!" pekik Bella dengan tidak terima.

"Iya. Kenapa? Nggak terima? Sini duel."

Bella menatap Dhika dengan gigi yang merapat, tangannya bahkan mengepal.

"Haaah...." Bella menghembuskan napas, membuang serta emosinya di sana. Perlahan ia pun  menyunggingkan senyum. Berhasil, Bella bisa menahan gejolak jiwanya.

Dhika memilih melenggang pergi. "Lo nggak harus imut," ucapnya sambil lalu. Dia berkata serius, sebagai Abang yang menyayangi adiknya.

"Tapi di kelas gue rata-rata yang udah punya pacar itu yang imut."

oOo

22 Mei 2023

Pacaran [TAMAT]Where stories live. Discover now