BAB 16

2.7K 321 1
                                    







    Aku termenung didepan jendela kamarku, sesekali memperhatikan daun yang jatuh dari dahannya. Sejak datang ke tempat ini aku baru menyadari jika kehidupan milik Cyril begitu terlihat sempurna. Memiliki keluarga, harta, kekuasaan, rasa hormat walau seorang sampah sekalipun.

  Berbeda sekali dengan kehidupanku ditempat lain, aku harus merasakan kesendirian. Untunglah aku bukan tipe yang berdiam diri dengan keadaan. Aku lebih banyak bermain, bercerita, dan bersosialisasi. Bermain gim dan melakukan hal hal yang ingin ku lakukan tanpa ada yang melarang. Itu membuatku sedikit iri pada mereka yang memiliki kasih sayang dari keluarga lengkap.

   Ngomong ngomong jika mengingat kilas balik Cyril. Cyril adalah seorang anak kecil yang dibawa oleh Duke saat putra asli nya menghilang. Ini membuatku berfikir seperti apa latar asli dari Cyril itu sendiri, dan siapa nama aslinya?. Di novel putra Duke menghilang karna mati tenggelam kan? Tapi tidak ditemukan jasadnya. Alih alih mencari putra nya yang asli. Kenapa Duke membawa anak ini dan menganggapnya sebagai Cyril. Tidak kah ada cerita dibalik itu semua. Ah aku jadi penasaran. Kenapa pula aku bertransmigrasi sebelum aku membaca novel volume ke dua nya.

   "Hahhh..." Hela nafasku sambil mengusap rambut depanku. Aku memejamkan sambil merebahkan tubuh dan kepalaku di atas meja. Tak lama aku kembali teringat tentang diskusi pagi ini yang membuatku harus mengikuti kompetisi. Akan banyak bangsawan yang hadir untuk mencari koneksi ataupun memamerkan kekuatan keluarga mereka. Tidak bisakah aku tidak ikut, pikirku terus dalam hati.

    Mataku terbuka dan tertuju ke sebuah taman milik Duchess. Kini pintu gerbangnya telah hancur namun tetap tidak bisa di masuki oleh siapapun setelah kejadian waktu itu. Taman itu benar benar taman yang membuat ku bingung. Apa dikarenakan tempat Floryn dan Freya tepat dibawah sana sehingga aku dapat memasuki taman itu. Rasa penasaran pun semakin tumbuh besar di dalam hatiku.
Otakku mengatakan untuk tidak bertindak lebih jauh, namun hatiku selalu menarik ku untuk mencari lebih tau. Aku pun memikirkan rencana gila untuk memasuki taman itu kembali secara diam diam.

   Tapi akan sangat mustahil karena aku dijaga oleh banyak orang sekarang.

   "Hmm," aku terus menghela nafas dan tanpa sadar bibirku manyun mengikuti perasaan hatiku yang gundah.
Aku pun memejamkan mata kembali cukup lama. Sepertinya aku baru saja tertidur. Aku pun bangun berdiri sembari mengucek mataku. Sesekali aku menguap saat berjalan keluar dari ruang kamar.

    Ku lihat 2 orang pengawal yang menjaga pintu kamarku menundukkan kepalanya saat aku berjalan keluar. Aku baru sadar kehidupan milik Cyril begitu mewah. Setiap kali berpapasan dengan para pelayan di kediaman ini mereka selalu membungkukkan badannya sebagai rasa hormat terhadapku. Memiliki uang berlimpah, Kakak kakak yang hebat dan kompeten, serta ayah selalu memberikan apapun yang ku mau. Bahkan di cerita novelnya Duke selalu membela putranya walau membuat masalah.

  Aku berjalan tanpa arah melewati ruangan ruangan dirumah ini, ku pikir aku tengah gabut. Jalanku cukup santai untuk mengamati seluruh desain dan interior estetik di rumah ini. Bahkan di setiap sudut mata memandang hanya ada barang barang mewah dan terlihat berkelas serta mahal.

   Beruntung sekali jika ku pikir pikir, karena aku adalah Cyril maka aku dapat menggunakan semua ini. Aku pun terus menyusuri tanpa arah sembari melihat kemewahan yang terpampang jelas.
Tak lupa beberapa pengawal dan pelayan yang mengikuti ku dari arah belakang. Terkesan membuatku menjadi orang yang sangat berkuasa.

   Aku terus berjalan sampai terhenti disebuah lorong yang memiliki potret keluarga Duke Floyd. Ini adalah tempat dimana aku pertama kali bertemu dengan Maxmillan.

   Mataku memandangi potret keluarga tersebut sampai mataku terhenti dan memperhatikan potret wanita cantik dengan pakaian dan gaya yang angin serta berkelas tak salah lagi jika itu adalah Duchess. Seperti memasuki dimensi yang berbeda aku melihat potret diriku "Ezra". Diriku tersebut memberikan senyum smirk ke arahku.

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now