chapter 10 | bersemu merah

188 9 1
                                    

"Hannah

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Hannah...," panggil suara Bryan rendah sambil menepuk pundak istrinya yang masih tidur nyenyak.

Hari ini tanggal 18 Desember, pukul setengah tujuh pagi. Pria itu sudah mandi dan berpakaian rapi karena jadwal syuting lebih awal. Mereka harus sudah kumpul pukul setengah delapan nanti.

"Hannah, bangun," kata Bryan, kali ini suaranya lembut.

Hidung Hannah mengernyit. Dia udah hafal dengan aroma parfum suaminya dan menyadari Bryan ada di dekat kasurnya, Hannah perlahan-lahan membuka mata walaupun masih ngumpulin nyawa.

Melihat Bryan udah rapi, bersih, dan wangi, Hannah pun bangun dalam posisi duduk.

"Mau ke mana?" tanyanya sambil menggaruk dagu.

"Aku ada jadwal pagi di tempat syuting. Kali ini tempatnya berbeda dengan yang kemarin."

"Aku ikut," kata Hannah hendak beranjak turun dari kasur. Nyawanya mulai terkumpul sebesar empat puluh persen.

"Um, susul aja. Nanti aku kirim locationnya. Lokasinya di ruang tertutup kok, nggak di outdoor lagi. Biar aku minta supir yang anterin kamu ke sana."

"Hoahhmmmm..." Hannah menguap lebar. Tangannya terangkat ke atas, menggeliat.

Pada saat tangan Hannah terangkat, sontak kedua mata Bryan tertuju pada puting payudara Hannah yang menjiplak di baju tank top yang dia pakai sekarang. Tentu aja sebagai seorang perempuan, dia nggak pakai bra pada saat tidur malam karena nggak nyaman.

"Kamu udah sarapan?" tanya Hannah membuyarkan pikiran Bryan.

Bryan buru-buru mengangguk. "U--udah. Aku beliin kamu roti sama susu di minimarket bawah tadi."

"Semalam kamu tidur jam berapa?"

"Jam... Jam 12-an."

"Kamu yang harusnya banyak istirahat, bukan aku."

Bryan berdeham sekali. Dia nggak mau melihat choco chips Hannah yang terjiplak cukup jelas. "Baiklah, aku pergi dulu."

Hannah yang bingung pun mengantarkannya sampai pintu depan. "Hati-hati," ucapnya seraya memeluk Bryan yang secara nggak langsung tubuh Bryan pun menyentuh payudara Hannah yang hanya ditutupi baju tanktop itu.

"Besok kamu ulang tahun. Kita harus pergi jalan-jalan buat rayain ulang tahun kamu. Aku udah siapin kado buat kamu waktu di New York," ujar Hannah yang kedua tangannya masih memeluk Bryan.

Bryan susah bergerak. Dia nggak berani menatap wajah Hannah yang begitu dekat karena terlalu... cantik.

Yap, perempuan yang selalu ada di kehidupannya itu seperti zat endorfin, yang selalu memberikan kebahagiaan bagi Bryan. Selalu tersenyum, nggak pernah menangis.

"Um, yah, lepasin aku dulu. Aku susah gerak," kata Bryan tanpa menatap langsung Hannah.

"Hahaha, maaf, maaf," gelak Hannah seraya melonggarkan pelukan itu. "So, you want to go now?"

Bryan mengiyakan perkataan Hannah. Dia memiringkan kepalanya sedikit untuk mencium pipi kiri istrinya, lalu berucap, "Aku pergi dulu."

Pintu ditutup, Hannah refleks memegang pipinya bekas dicium Bryan yang bersemu merah.

"Kyaaaaaaa!!" jeritnya sambil lompat-lompat kegirangan.


---



"And... action!" seru si sutradara tepat bersebelahan dengan seorang kameramen video klip. Kelima member Day5 pun mulai bermain musik. Di bridge pertama lagu, Brian yang mendapat giliran bernyanyi. Suara khasnya yang ringan dan tinggi itu terdengar merdu membuat para kru tertegun mendengar suaranya. 

Dari luar gedung pembuatan video klip, terdengar langkah kaki orang sedang berlari sekaligus desahan napas terengah-engah. 

"Aku telat, aku telat, aku telat," sahut Hannah pada dirinya sendiri. Dia langsung mengatur napasnya begitu sudah masuk di dalam gedung, bertepatan ketika reff lagu dimainkan. 

Don't let go
'Cause to me you are
My last ray of hope
My one and only shining light
Hold onto me
Being alive
Is scary and tough
But I can push through
As long as I have your love

Hannah merinding melihat kelima member itu bernyanyi dan memainkan musik. Benar-benar bagus. Dia sampai terpaku, tatapannya nggak bisa lepas dari Brian yang memegang gitar bass kesayangannya. 

"Suami kamu bener-bener berdamage kalau lagi nyanyi sambil main musik," celoteh seseorang yang tiba-tiba ada di samping Hannah. Hannah menengok ke arah sumber suara. Ashley. 

Perempuan itu sedikit menjaga jarak dari Ashley, kemudian tertawa canggung, "Iya, benar."

Tuh kan, feelingnya betul mengenai Ashley Lee. Perempuan itu memang naksir dengan suaminya. Tapi Hannah masih tetap tenang. Dia nggak mau tanya langsung kepada Ashley ataupun Brian hari itu juga maupun besok. Apalagi besok Brian berulang tahun, Hannah nggak mau merusak hari bahagia suaminya.

"Anda juga dengerin lagu-lagu Day5, Miss Ashley?" Hannah bertanya sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dia berbicara menggunakan bahasa Inggris formal. 

Ashley mengangguk, "Ya, aku dengerin lagu-lagunya. Semuanya."

Hannah hanya ber-oh ria. "Di antara kelima member, member manakah yang paling dekat dan mana yang kurang dekat dengan Anda?" 

Pertanyaannya kayak semacam interview aja.

"Sebenernya aku deket sama lima-limanya. Yang aku nggak akrab itu cuman Simon, nggak tahu ya bawaan aku selalu marah kalau sama dia. Suami kamu pasti sering cerita kalau aku dan Simon kerjaannya berantem melulu di studio."

Nggak, nggak pernah Brian cerita soal tentang itu, jawab Hannah dalam hati. "Lalu, member yang dekat dengan Anda adalah...?"

"Brian. Brian member yang paling dekat sama aku," kata Ashley tersenyum pada saat David memainkan drum pada saat solo break. 

Udah aku duga, batin Hannah lagi. "Benarkah?"

Ashley mengangguk. "Ya, dia orangnya baik, walaupun agak tertutup dan pendiam. Dalam keadaan mendesak dia satu-satunya member yang tenang dan berkepala dingin."

"Dia juga jenius, bisa menulis lima buah lirik lagu dalam sehari. Dia juga pintar dalam mengomposisi lagu, pokoknya suami kamu itu bener-bener hebat. Aku salut banget sama dia."

Ha! Suami aku gitu loh! Ingin sekali Hannah menghujati Ashley dengan sumpah serapahnya. Tapi nggak mungkin dia lakuin. Dia harus tetap anggun menghadapi wanita ular satu ini. Udah punya istri, masih diembat aja suami orang!

"Terus apalagi yang kamu suka dari dia?" pancing Hannah lagi.

"Masakan buatan dia enak. Kamu bener-bener istri yang beruntung," senyum Ashley berseri-seri.

Hah.

Gimana gimana?

Jadi Brian pernah masakkin buat dia?

"Kamu sendiri yang dimasakkin sama dia?" tanya Hannah.

Ashley menggeleng, "Waktu itu aku sempet main ke dormnya Sean dan kami berlima--semua member kecuali Brian dan aku, dimasakkin makan malam sama dia."

Oh barengan sama member toh. Tapi tetep aja aku nggak suka, batin Hannah.

"Brian nggak cerita tentang itu sama aku. Dia masakkin kalian apa, kalau aku boleh tahu?" Hannah bilang yang sejujurnya.

"Dia masakkin kimbab dan nasi goreng kimchi. Yah, yang simple-simple aja. Tapi jujur itu nasi goreng kimchi terenak yang pernah aku makan. Aku pengen dimasakkin lagi sama suami kamu itu."

Jangan harap! kata Hannah ngedumel. Jujur ngobrol dengan Ashley yang hanya baru empat menit itu membuat Hannah kesal dan jengkel. Tapi dia menarik napas, kemudian menghembuskannya perlahan. Dia harus tanya ke Brian tentang apa yang terjadi. Harus. 

grumpy - young k (day6)Onde histórias criam vida. Descubra agora