chapter 1 | punya suami musisi

352 18 2
                                    

Kota New York dikenal sebagai kota yang nggak pernah tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kota New York dikenal sebagai kota yang nggak pernah tidur. Baru aja jam menunjukkan pukul 03.59 subuh, dari bawah sana Hannah bisa mendengar deru suara kendaraan yang lalu lalang di sekitar perumahan yang mereka tinggali, Greenwich Village.

Dengan malas tangan Hannah meraba-raba ke atas nakas untuk matiin alarm yang sengaja dia setel semenit sebelum pukul empat setiap harinya.

"Bangun, Brian...," katanya, berniat untuk membangunkan suaminya yang tidur di sebelah.

Namun ternyata ranjang yang biasa Brian tiduri kosong. Hannah langsung terkejap bangun. "Lho...?"

"Brian?" tanyanya lagi.

Beberapa detik kemudian dia bisa mendengar sayup-sayup suara steman gitar bas milik Brian dari arah ruang kerjanya.

Hannah yang masih mengumpulkan nyawa pun beranjak bangun dan menghampiri ruang kerja Brian yang pintunya setengah terbuka. Dia pun nongolin mukanya terlebih dahulu di pintu. "Brian?"

Pria dengan tinggi 180 senti itu sedang duduk membelakangi Hannah sambil menyetem gitar bass kesayangannya yang udah dia miliki enam tahun yang lalu.

Ruang kerja Brian didominasi warna abu-abu dan hitam, makanya terlihat gelap. Banyak koleksi-koleksi gitar miliknya; ada gitar akustik, gitar bass tentunya, ukulele pun ada tapi jarang dia mainin.

Di mejanya banyak sekali kertas-kertas coretan dan not balok berserakan yang nggak boleh diberesin sama sekali oleh Hannah. Kalau dia rapihin, bisa-bisa kena omelan Brian tujuh hari tujuh malam.

Yap, beginilah jadi istri seorang musisi.

Brian Kang, pria dengan keturunan Korea-Amerika berumur 29 tahun itu bekerja sebagai salah satu member band Day5 (anggotanya udah pasti ada lima orang), dan posisinya di grup adalah lead vocalist dan bassist.

Hannah baru jadi istri Kang Brian sebulan yang lalu. Berarti pernikahan mereka masih terbilang baru anget-angetnya. Masih keliatan bucin, kalau orang bilang. Tapi untuk kasus mereka berdua, sepertinya yang keliatan bucin cuman Hannah doang. Kenapa bisa begitu?

Karena Brian ini dikenal sebagai seorang pria yang datar. He doesn't show his emotion—nggak nunjukkin emosinya alias seperti robot. Dia pendiam. Ngomong pun irit, hanya seperlunya aja. Teman-teman kantornya, sesama member pun mengakui kalau Brian itu orangnya tertutup.

Sedangkan Hannah Woo (marga Hannah sebelum menikah dengan Brian), kepribadiannya berbanding terbalik dengan sang suami. Dia adalah orang yang penuh senyum, penuh semangat, ceria, terlihat feminin dari luar tapi dia punya sisi tomboy yaitu dia sabuk hitam dari cabang olahraga taekwondo.

Untuk soal komunikasi—karena Brian dan Hannah sama-sama keturunan Korea-Amerika, kadang mereka ngomong pakai English, kadang pakai Korea. Hannah jarang memanggil Brian dengan panggilan 'Oppa' (mereka beda satu tahun; Brian lebih tua) karena Hannah nggak terbiasa.

Tinggal di New York yang notabene orang-orang di sana kebanyakan pendatang pun membuat mereka harus beradaptasi lagi. Apalagi soal makanan. Brian lebih suka makan makanan khas Korea seperti kimchi, japchae, dll karena lebih sehat daripada makanan barat yang kebanyakan daging.

Memang ya, banyak yang bilang kalau cari pasangan itu yang satu introvert, satunya lagi harus ekstrovert supaya rumah tangga terlihat lebih 'hidup'.

Oke, kembali ke cerita.

Begitu Hannah nongolin kepalanya di pintu, Brian menoleh, "Oh, kamu."

Hannah tersenyum sekilas dan menghampiri Brian. "Tumben udah bangun jam segini. Biasanya bangun jam setengah 6, kan?"

"Hmm." Itulah respon Brian yang udah biasa Hannah dengerin. Dan Hannah pun tampak biasa-biasa aja dengan respon singkat suaminya.

Setelah menyetem bassnya, Brian pun meraih pensil dan salah satu kertas yang udah dicorat-coret sebelumnya.

Hannah tampak penasaran. "Oh, ini lagu yang kamu garap buat album selanjutnya, ya? Judulnya apa... 'My Day'..."

Brian langsung menutup kertas itu begitu Hannah ngeliat. Perempuan itu langsung paham. "Arraseo, arraseo! Aku nggak bakal ngeliat!"

Brian memang meminta Hannah untuk nggak liat setiap lagu yang Day5 bikin. Dan Hannah pun tampak baik-baik aja dengan hal itu. Dia nggak akan maksa ke suaminya buat ngebocorin album mereka. Yah memang keliatan kurang etis aja.

"Tenang, nggak akan aku bocorin lagu-lagu kalian ke temen-temen, kok! Ke Tessa, Cassie, dan Emily. Ah, aku udah nggak sabar dengerin semua lagu-lagu kalian!"

Grup band Day5 udah debut selama delapan tahun yang lalu di bawah 88RECORDS, salah satu perusahaan musik yang menaungi musisi-musisi Asia di Amerika.

"Oh iya, sebentar lagi kan tanggal 19 Desember—ulang tahun kamu," kata Hannah ceria, mengingat waktu tinggal dua minggu lagi adalah ulang tahun suaminya yang ke-30. "Boleh nggak aku request? Hehehe..."

Lucu juga, Hannah yang nggak ulang tahun malah minta request wkwkwk. Dasar.

"Apa?" tanya Brian yang masih asyik mikirin lirik sambil menulis.

"Boleh nggak nyanyiin lagu 'About You'-nya The 1975 buat aku nanti? Pakai bass boleh, pakai keyboard juga boleh," pinta Hannah yang ngefans berat sama band The 1975. Eh, tapi band Day5 milik suaminya dia ngefans juga kok.

Brian mencoret salah satu penggalan kata yang menurutnya kurang cocok, "Lihat nanti aja, ya."

Hannah manggut-manggut. "Aku buatin kopi dulu buat kamu, ya. Biar garap lagunya makin cepet!"

"Mm."

Hannah pun berlari-lari kecil menuju dapur. Sambil bikinin kopi hitam—kopi kesukaan Brian, dia nggak lupa buat menyetel salah satu lagu The 1975 'Robbers'.

She had a face straight outta magazine
God only knows but you'll never leave her
Her balaclava is starting to chafe
And when she gets his gun he's begging, "Babe, stay, stay, stay, stay, stay."

Dengan hati-hati Hannah menuang air panas ke cangkir kopi sambil bersenandung,

I'll give you one more time
We'll give you one more fight
Said one more line
Be a riot, cause I know you

Sebulan Hannah jadi istri Brian. Itu bikin Hannah senyum-senyum sendiri. Apalagi kalau ditanya gimana caranya ngedapetin Brian yang susahnya kebangetan.

Ceritanya bermula ketika keduanya masih di Seoul, tiga belas tahun yang lalu pada saat musim panas. Tepat Hannah berusia 15 tahun dan Brian 17 di SMA Apgujeong...

grumpy - young k (day6)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang