BAB 15 (MEMBUAT RENCANA)

3.4K 341 5
                                    







Setelah insiden teh tersebut, pengawasanku menjadi lebih ketat. Bahkan sekarang setidaknya ada dua orang yang mengawal ku dengan jarak kurang dari 10 meter. Yang semuanya adalah kesatria dari divisi milik Kartein.

Perlu kalian ketahui, kakak ku Kartein adalah salah satu dari 4 Jendral yang dimiliki oleh kerajaan Lacrea. Dan kesatria yang berada di divisi kakakku adalah divisi yang bertugas menangani khusus monster. 3 divisi lainnya di jabat oleh Pangeran ke-3 yang menangani khusus tentang informasi dan intelegensi. Lalu ada Count Luis di divisi pengawalan keluarga kerajaan serta Marques Zue di divisi Human Army.

Karena divisi kakak bertugas untuk memburu monster ataupun mengamankan hal hal yang berhubungan dengan monster. Tidak diragukan lagi jika mereka semua memiliki fisik di atas rata rata. Karena Medan berat dan monster yang mereka hadapi berbeda dengan tingkat kesulitan prajurit biasa.

Aku pikir tinggi minimal dari prajurit di divisi kakak adalah 180cm. Sepertinya itu adalah aturan mutlak. Sedangkan tinggi ku sekarang hanya 174cm ini membuatku terlihat pendek jika berada di antara mereka. Itulah aku sangat malas jika dikawal oleh mereka.

Tidak hanya itu, makanan ataupun minuman yang sampai untukku akan dicicipi terlebih dahulu oleh kepala pengawal pengawal yang mengawal ku. Aku melihat banyak pelayan yang bekerja di kediaman ini. Karena kediaman Duke begitu sangat besar dan memiliki halaman yang sangat luas.

"Hoamz.." rasa kantuk dan bosan menerpa ku dikala aku tengah berbaring di rerumputan taman utama. Akhir akhir ini aku sering berada ditempat ini sekedar untuk membaca buku ataupun bermalas malasan saja. Karena kekuasaan telah kembali ke tangan Duke Floyd. Aku jadi terbebas dan tidak memiliki kegiatan yang berarti. Terlebih aku diperlakukan sangat khusus sehingga membuatku menjadi pengangguran sukses benar benar terwujud.

Aku pun berbaring dibawah rimbunnya dedaunan pohon. Melihat ke arah langit dengan angin semilir yang menerpa ku.

"Sepertinya kau betah tinggal disini?" Ucap Freya tiba tiba.

"He'em" jawabku yang mulai terbiasa dengan Freya yang tiba tiba ber telepati. Ku lihat ia tengah duduk diatas dahan kecil di atas pandanganku.

"Kau tidak ingin pulang?" Tanya nya yang membuatku sontak terbangun kemudian menatap dimana Freya berada.

Aku pun duduk dan memalingkan wajahku ke arah depan dengan terus ber telepati dengan Freya. Seolah seperti seorang yang tengah melamun.

"Apa ada cara untukku pulang?"

"Tentu saja"

"Jika begitu, bisakah kau katakan bagaimana aku bisa pulang ke dunia asalku?".

"Seharusnya kau mati agar bisa kembali, namun karena kau memilih jalan untuk bertahan hidup, itu artinya pilihan untuk mati tidak berlaku lagi untukmu kembali".

"Mana aku tahu, siapa juga yang tidak akan melarikan diri, jika dirinya tau akan mati".

"Ada satu cara yang masih tersisa untukmu kembali".

"Benarkah kalau begitu apa?" Rasa penasaran mulai menghampiriku.

" Poin pertama, Kau harus memiliki seseorang yang sangat mencintai dirimu bahkan rela untuk mengorbankan semua nyawa hanya untuk menukar dengan nyawamu".

"Huh?"

"Lalu poin ke dua, kau harus mati ditangan orang yang paling kau cintai dan itupun harus tepat di jantungmu".

Aku memegang keningku dengan sebelah tangan, berpikir ini semakin rumit. Yang benar saja 2 poin yang tidak masuk akal.

"Jika aku tidak memiliki 2 poin tersebut aku tidak dapat kembali pulang?"

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang