20. (Masa Lalu) Byun Ahra si biang gosip terupdate

Mulai dari awal
                                    

"Apa? Shin Woo sering datang ke sini?" Minkyung sudah terpancing.

"Iya, apa kau tidak tahu? omo … sayang sekali, bahkan dia sering membawa makanan untuk Hwa Gi dan menaruhnya langsung di meja si mata empat," ucap Ahra penuh semangat.

Bukan tanpa alasan dia memanas-manasi Minkyung dia juga kesal pada Hwa Gi karena Jae Han pernah menolaknya saat dia mengajak pergi dan malah memilih pergi bersama Hwa Gi.

"Pantas saja dalam beberapa hari ini Shin Woo selalu saja terlihat sibuk ternyata dia ke sini," pikir Minkyung.

Siapa pun yang berpotensi merebut miliknya mau itu lelaki atau perempuan, Park Minkyung akan menganggap orang itu adalah saingannya. Tatapan tajam bak laser Minkyung arahkan ke koridor yang kosong, tangannya mengepal kuat. "Lihat saja apa yang bisa kulakukan untuk seseorang yang sudah merebut perhatian Shin Woo dariku," ucapnya dalam hati.

 Minkyung berlalu dari hadapan Ahra tanpa sepatah kata pun, sangat terlihat ada emosi di matanya. Sedangkan Ahra tersenyum simpul melihat punggung Minkyung terlapis sweater nila yang kiniy semakin menjauh dan akhirnya menghilang di persimpangan. Ahra cukup merasa puas karena sudah berhasil menyulut emosi seorang Park Minkyung.

***
Sudah beberapa hari semenjak kejadian Hwa Gi memarahi Jae Han, mereka belum bertegur sapa satu sama lain. Jae Han bersikap acuh tak acuh sedangkan Hwa Gi juga sama hanya saja dia menginginkan buku diarynya kembali tapi sangat susah mencari celah untuk berbicara dengan Jae Han.

Hari ini pun sama saja Jae Han langsung keluar ketika jam pulang sudah berdering. 

"Jae Han!" panggil Hwa Gi, dia sedikit berlari mendatangi Jae Han.

Ahra langsung menatap arah datangnya suara, tatapan selidik  pun ia lancarkan ketika Hwa Gi meraih tangan Jae Han tapi hanya sentakan yang ia dapat. Ahra tersenyum sinis.

"Tunggu, ada yang ingin kubicarakan." ujar Hwa Gi.

Jae Han pun berbalik. "Apa katakan saja di sini," balasnya.

Hwa Gi melihat sekeliling seperti meneliti keadaan kelas yang mulai sepi hanya ada beberapa anak yang belum keluar termasuk juga Ahra. Satu persatu orang-orang sudah keluar, tinggal Ahra yang masih duduk di kursinya namun merasa tatapan Hwa Gi dan Jae Han seakan memerintah dirinya untuk segera keluar maka Ahra pun keluar dengan sedikit salah tingkah.

"Bukuku, bisa tolong kembalikan bukuku?" ucap Hwa Gi hampir berbisik.

Jae Han langsung menurunkan tasnya yang tersampir di bahu, membuka tas lalu mencari-cari buku diary milik Hwa Gi namun cukup lama dia mencari buku itu tidak ditemukan di dalam tasnya. "Mungkin aku meninggalkannya di rumah, besok akan kukembalikan," jelas Jae Han dengan nada bosan.

"Di rumah? mengapa kau bisa meninggalkannya di rumah? jika …" ucapan Hwa Gi terhenti lalu dia menurunkan intonasinya dan lanjut berucap, "Bagaimana jika Shin Woo membacanya?" 

"Dia tidak akan bisa masuk kamarku tanpa seizinku bahkan itu untuk Ibuku sendiri, hanya kau orang luar yang pertama bisa masuk ke kamarku," jelas Jae Han.

"Tapi waktu itu kan kau yang membawaku masuk bukan aku yang mau masuk ke kamarmu!" sentak Hwa Gi.

Seseorang yang sedang menguping di balik tembok kini terkejut bukan main, Ahra menutup mulutnya dengan mata yang membola, info penting sudah ia dengar dengan telinganya sendiri. "Apa hubungan mereka sudah sampai sejauh itu?" pikir Ahra.

"Itu sama saja kan?" tanya Jae Han.

"Tidak itu berbeda!" balas Hwa Gi.

Jae Han menarik napas gusar. "Selain buku itu, apa tidak ada yang ingin kau katakan lagi? minta maaf misalnya."  

"Minta maaf? aku tidak pernah memiliki kesalahan padamu, untuk apa aku minta maaf? justru kau lah yang harusnya minta maaf karena selalu mengerjaiku bahkan waktu itu kau membuang makanan yang kubuat untuk Shin Woo, itu keterlaluan," pungkas Hwa Gi.

"Itu tidak seperti yang kau pikirkan tapi ya sudah, terserah! aku ingin pulang." Jae Han segera berbalik.

Lantas Ahra yang sedang menguping di luar segera beranjak kabur dari tempatnya.

"Jangan lupa besok kembalikan bukuku." 

Jae Han tidak menyahut tapi hanya mengacungkan jempol tanpa berbalik sambil melenggang pergi meninggalkan Hwa Gi.

***

Keesokan harinya Hwa Gi berjalan dengan senangnya menuju kelas. Bukankah hari ini Jae Han akan mengembalikan bukunya. Hwa Gi masuk ke dalam kelas dan langsung berjalan menuju meja. Namun ada satu hal yang membuatnya terkejut, di atas mejanya terdapat kertas dengan tulisan agar dia menjauhi Shin Woo. Hwa Gi memutar kepalanya menatap sekeliling kelas, namun tidak ada tanda-tanda orang yang sudah datang. Ia menjadi orang pertama yang sampai di kelas pagi ini.

"Apakah ini ulah Jae Han? Bukankah selama ini dia yang selalu mengatakan hal ini?" gumamnya pada diri sendiri.

Hwa Gi mengambil kertas itu lalu meremasnya dan membuangnya ke tempat sampah. Hwa Gi menggosokkan kedua tangannya, cuaca pagi ini terasa lebih dingin dari biasa menurutnya. Satu persatu murid mulai berdatangan, kelas pun mulai ramai dengan berbagai macam celoteh maupun tawa. Hwa Gi masih duduk di bangkunya, kini ia menunggu kedatangan Jae Han. Hwa Gi mulai memikirkan tulisan-tulisan apa yang akan dia tumpahkan nanti di bukunya. Rasanya banyak sekali ungkapan yang sudah lama tidak ia keluarkan.

10 menit sebelum bel masuk berbunyi Jae Han datang memasuki kelas dan berjalan menuju tempat duduknya. Hwa Gi yang melihat itu segera berdiri dan menghampiri Jae Han.

Hwa Gi sedikit menunduk mendekatkan dirinya ke arah telinga Jae Han "Mana bukuku?" tanyanya. Sedangkan Jae Han hanya mengeluarkan sebuah buku bersampul merah yang Hwa Gi kenal tanpa menjawab pertanyaannya.

"Terimakasih," ucap Hwa Gi senang dan mengambil bukunya dengan semangat. Saat ia akan kembali ke mejanya, ia teringat sesuatu.

"Jae Han ..." Panggilnya.

"Apa? Aku sudah mengembalikan bukumu kan," jawab Jae Han sinis.

"Apa kau berniat untuk mengerjaiku dengan cara lain setelah mengembalikan buku ini?" Tanya Hwa Gi sambil menggigit bibir bawahnya.

"Apa maksudmu? Kenapa kau selalu berpikir jelek tentangku," Jae Han menatap Hwa Gi garang.

"Bukan begitu maksudku, ya sudahlah terimakasih," Hwa Gi membungkukkan badannya lalu kembali ke mejanya.

"Dasar aneh," dengus Jae Han.

Hari berlalu begitu cepat.

Sekarang waktu menunjukkan sore hari, di mana semua siswa berbondong-bondong berjalan menuju gerbang sekolah. Begitu pun dengan Hwa Gi, hari ini ia akan pergi bekerja paruh waktu lebih dulu sebelum pulang. Karena tempatnya bekerja tidak terlalu jauh dari sekolah, ia memutuskan untuk berjalan saja untuk menghemat uang. Hwa Gi berjalan melewati gang gang kecil agar bisa sampai lebih cepat ke tempatnya bekerja.

Hingga tinggal beberapa belokan lagi untuk sampai di tempat kerjanya, Hwa Gi melihat ada beberapa anak seumuran dengannya tengah duduk berkumpul. Hwa Gi dapat melihat asap bergumul di antara mereka. 

"Pasti anak-anak bandel dan nakal," gumamnya. Karena Hwa Gi tidak mengenal satupun anak di antara mereka. Saat Hwa Gi akan melewati mereka, sebuah puntung rokok terlempar tepat ke hadapannya.

"Kau yang namanya Hwa Gi kan?" ucap salah satu anak.

Hwa Gi pun mundur, firasatnya mengatakan ada hal buruk yang akan terjadi. Dia segera berbalik namun di depannya seseorang mencegat dirinya.

Tbc
 

Tolong, Hwa Gi butuh hero!

HWA GI-SSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang