BAB 12 (PERKARA ES BUAH)

3.5K 420 64
                                    



    "Hmm,.. permainan apa yang harus ku mainkan dengan Floryn ya?" Gumamku sambil memegang dagu. Pose ku seperti seorang yang berpikir keras saat ini. Terlihat senyum mengembang diraut wajah milik Floryn. Sepertinya ia menganggap ku sangat imut. Dia terus menatapku tanpa henti diiringi dengan senyum senyumnya. Sedikit tidak nyaman.

    "Ayolah, jangan seperti itu, kau malah menakuti ku". Gumamku dalam hati. Hatiku saat ini meronta ingin cepat cepat keluar dari tempat ini. Dari pada disebut sebagai cinta, sepertinya Floryn menganggap ku seperti "sesuatu" yang harus dimilikinya. "Ini sih kode red flag". Ucapku dalam hati. Semoga hanya perasaanku saja. Sangat tidak lucu jika ada wanita mode red flag disini. Ijo neon saja jika itu hal yang menyangkut karakter wanita akan sangat mengerikan. Kalian pasti tau kan seperti apa para wanita, mahluk egois penuh teka teki penganut sekte "terserah" garis keras. Bisa menjadi mahluk yang lembut dan bisa menjadi sangat sadis. Terlebih saat cemburu, aura membunuhnya itu udah kek assassin yang dilatih selama bertahun tahun. Pikirku kemana mana karena heningnya suasana saat ini.

    Kami memutuskan untuk bermain namun tidak tahu harus bermain apa. Ini sedikit membuatku frustasi karena Floryn hanya menatap dan tersenyum saja melihatku. Entah sejak kapan, tapi aku merindukan Maxmillan. Setidaknya dari awal aku masuk kedalam dunia ini Max selalu perhatian padaku. Hangat dan tidak mengerikan seperti ini.

   Dalam helaan nafasku panjang, aku memalingkan wajahku kearah ranting tersebut, masih berkedip menandakan ranting tersebut masih mengisi daya. "Hm, sampai kapan?" Tanyaku dalam hati.

   Tiba tiba Freya muncul di sampingku, tanpa notifikasi maupun aba aba. Sontak saja aku terkejut untuk kesekian kalinya.

    "Aaaaaaasaa...! Aishh, tidak bisakah kau datang dengan cara yang normal". Pekik ku kuat karna terkejut.

    Ekspresi tidak bersalah dari Freya seolah tak bersalah membuatku benar benar kesal, terlebih ia tertawa sambil mengucapkan kata "manusia lemah" lewat telepati terhadapku.

    "Apa, apa salahku. Aku memang selalu datang dengan cara seperti ini dan itu wajar bagi ruh seperti kami" ujar Freya. Kini ia berbicara dan tidak menggunakan telepati. "Hihihi, maafkan aku, sungguh. Pffftttttt". Ia terlihat puas meledek diriku yang seperti sekarang.

    Aku hanya cemberut, rasanya malu tapi mau bagaimana lagi, peri satu ini sepertinya menyukai hal hal untuk membuat lawan terperanjat ketakutan. Dan sepertinya itu adalah sifat bawaan miliknya . "Ya tuhan bagaimana aku menghadapinya ke depan?" Gumamku dalam hati.

    Freya pun tertawa lepas sesaat aku bergumam dalam hati. Ia benar benar tertawa sampai beberapa saat sambil sesekali menatap wajahku.

   "Freyaaaa , jangan menjahilinya terus" cemberut Floryn pada Freya.

   "Apa ?, aku tidak melakukan hal yang buruk kok, lagian aku membawa sesuatu yang akan membuatnya senang loh". Ucap Freya sembari merayu saudara kembarnya tersebut.

    "Begitukah? Kalau begitu katakan apa yang membuat Cyril senang". Floryn pun mulai penasaran. Aku pun ikut penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Freya.

    "Ta daaa.." Freya pun menunjukkan sebuah mangkuk ditangannya. "Bahkan saat dipermukaan Cyril selalu memuji mangkuk ini loh" tambahnya. Tunggu sepertinya aku mengenali mangkuk itu. Bukannya itu adalah mangkuk berisi es buah buatan ku?

    "Es buah ku" ceplos ku tanpa sadar. Aku berusaha mengambil es buah tersebut. Namun Freya lebih dulu terbang menjauh dari ku. Setelah beberapa meter ku lihat ia mencoba mencicipi es buah tersebut. Awalnya, matanya kesana kemari seolah olah menjadi juri kompetisi memasak saat pertama kali mencicipi dessert buatanku tersebut. Tak lama ia mulai berkomentar dengan tidak terduga.

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now