BAGIAN (48)

3.2K 401 92
                                    


Vote dan komen

Hari ini Jevin dan Kavin pergi ke dokter untuk melakukan pemeriksaan kandungan karena sudah beberapa bulan sejak masalahnya dengan Jeremy, Jevin jadi tidak pernah kepikiran untuk memeriksakan kandungannya secara khusus kepada dokter yang selalu memeriksa Jevin. Saat jevin sakit juga dokter bilang kondisinya berpengaruh ke kehamilan Jevin, namun Jevin tidak terpikir untuk memeriksakan kandungannya secara khusus ke dokter kandungan.

Dan hari ini Kavin sengaja mengajak Jevin periksa karena khawatir bayi dalam kandungan Jevin kenapa kenapa karena beberapa lama ini Jevin stres dan sakit. Dengan ditemani Kavin, keduanya justru terlihat lebih serasi dan cocok menjadi sepasang suami-istri dibandingkan saat bersama Jeremy.

"Sekalian USG, gue pengen lihat baby" ujar Kavin tidak sabar sambil mengelus perut Jevin gemas. Jika dilihat lihat Kavin justru terlihat seperti ayah dari anak itu sendiri.

Jevin tersipu malu, ada rasa hangat dan nyaman saat Kavin berucap demikian, seolah-olah Kavin sedang menyapa anaknya sendiri, ia juga merasa sangat bahagia didampingi Kavin.

"Dia gak begitu aktif akhir akhir ini" balas Jevin.

Kavin langsung memasang raut cemas. "Tuh kan. Pasti karna lo sakit kemaren jadinya baby nya lemes nggak ada tenaga buat gerak gerak" ujar Kavin sok tau, raut wajah cemas dan panik itu terlihat lucu sampai Jevin tersenyum kecil.

"Semalem ada gerak dikit pas di usapin sama lo." kata Jevin kemudian. Iya, semalam Kavin menginap dirumah Jevin, tapi tenang saja Kavin tidak segila itu untuk menyentuh Jevin yang sedang hamil kok, Kavin hanya menemani dan menjaga Jevin selama tidur.

"Oh ya? Kayaknya baby seneng ditemenin kakaknya " ujar Kavin terkekeh.

Namun senyum Jevin luntur seketika mendengar ucapan tersebut.

"Vin.."

"Hm?"

"Stop nyebut diri lo kakak, gue nggak suka denger nya" kata Jevin yang ia sendiri tidak mengerti kenapa. Setiap Kavin menyebut dirinya sendiri sebagai kakak si baby, rasanya jantung Jevin berdesir sakit.

"Kenapa?"

"Nggak mau" Jevin terlihat murung. Baginya, Jevin masih berharap bahwa anak dalam perutnya adalah anak Kavin karena efek nya lebih kepada saat Kavin yang menemani daripada Jeremy. Jevin merasa Kavin justru terlihat seperti calon ayah yang menjaga anak pertamanya.

"Oke sorry. Jangan dipikirin." Kavin tidak ingin membahas lebih jauh lagi karena perjalanan mereka ke rumah sakit hampir sampai.

Tak berapa lama kemudian keduanya pun tiba dirumah sakit dan segera menemui dokter kandungan terbaik menurut rumah sakit tersebut. Beruntung pula dokter nya sedang tidak begitu padat jadi Jevin masih bisa bertemu dokter nya hari itu juga tanpa harus membuat janji terlebih dahulu.

Mereka kini sudah berada di dalam ruangan. Setelah berbincang sedikit mengenai kandungan Jevin akhir akhir ini, Jevin pun siap berbaring dan mulai melakukan pemeriksaan.

Ada Kavin yang menemani Jevin di sisinya, dengan lembut menggenggam tangan Jevin seolah menenangkan bahwa semuanya akan baik-baik saja, Jevin pun turut terharu tapi juga sakit melihat perlakuan Kavin yang begitu tulus padanya seolah olah sedang menemani istrinya memeriksakan anaknya, padahal sudah jelas Kavin bukanlah ayah dari anaknya.

Jevin menatap Kavin dengan tatapan berkaca-kaca, membuat Kavin tersenyum lembut dan mengusap kepala Jevin pelan.

"Gue disini, jangan takut" ucap Kavin.

Jevin semakin membalas genggaman tangan Kavin dengan erat, disaat yang sama air matanya turun, Jevin masih tidak menyangka Kavin yang dulu sangat keras, licik, manipulatif bahkan sampai Jevin ingin lepas dari Kavin, ternyata perasaan Kavin memang sebesar itu sampai rela sakit demi Jevin.

Mommy Boy (markno) [Slow Update(!)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang