29. Rumah sakit

1.3K 115 22
                                    

Rumah sakit, 25 Oktober 2022,

Clara beserta Hani berjalan melewati lorong rumah sakit. Diva dan Nanda harus segera pulang karena perintah dari orang tua mereka, yang bisa menemani Clara menjenguk Kinar hanyalah Hani.

Dokter di rumah sakit ini cukup cepat menangani pasien yang tabrakan, untung saja Kinar tabrakannya tak terlalu parah, namun lengan dan lututnya penuh luka yang besar akibat gesekan terhadap aspal. Kinar sudah di pindahkan ke ruangannya, biaya administrasinya pun di bayar oleh sang pemuda mobil Brio itu. Sebenarnya ini bukanlah salah pemuda itu, Kinar juga salah karena ia kebut-kebutan.

Mata Clara dan Hani celingak-celinguk mencari nama ruangan yang di kasih tau oleh Kiya tadi, mereka naik ke lantai 5 menggunakan lift. Suasananya hening, hanya ada Clara dan Hani di dalam lift ini. Mereka terlibat dengan pikiran masing-masing, terutama Clara yang memikirkan masalah Kinar, apa coba yang membuatnya emosi seperti itu.

Ting!

Pitu lift terbuka, ruangan Cempaka nomor 3 yang mereka cari berada di depan mata. Tangan Clara perlahan mengetok pintu, ia sedikit gugup lantaran teringat sorot mata Kinar yang tajam. Ganggang pintu itu mulai terbuka perlahan, Clara masuk seiringnya tangan Hani yang mendorong untuk cepat masuk ke dalam.

"Eh, ada Clara..." Ucap Kiya yang duduk di samping Kinar terbaring, dengan perban-perban di sekujur lengan dan lututnya.

"Hehehe, hai, kak." Sapa Clara.

Sedang Hani hanya tersenyum masam saat Kiya hanya menyapa Clara, bukan dirinya yang jelas-jelas kekasih Kiya.

"Eh, ada sayangkuuu." Kiya dengan wajah yang ceria langsung berdiri memeluk Hani dengan mesra. Hani hanya tersenyum tipis, kegiatan yang mereka lakukan ketika bertemu.

"Masih hidup?" Tanya Clara ke Kinar.

Lantas, Danar dan Lana tertawa dengan ucapan Clara. Tak ada sopan santunnya memang.

"Kocak banget anjir!"

Kinar memasang wajah betenya, "kalo kesini cuma mau ngejek mending jangan."

"Becanda," jawab Clara, "kenapa bisa nabrak tadi?"

"Tu mobil ngambil jalur aku gak pake sein."

"Kamu nya sih! Pake motor kebut-kebutan, untung tadi orangnya mau tanggungjawab, padahalkan kamu juga salah!"

Kiya merasakan aura mencekam mulai terasa, ia melepas pelukannya dari Hani, kode lirikan matanya menyuruh Danar dan Lana segera keluar dari ruangan ini. Satu persatu mereka mulai keluar, sekarang hanya menyisakan Kinar dan Clara.

"Kok aku?" Tanya Kinar dengan bingung, ia seolah terbawa emosi dengan tuduhan Clara.

"Kamu ngebut! Udah tau di jalan raya banyak kendaraan masih aja ngebut, kenapa sih!?"

"Aku cuma mau ngelampiasin emosi aku aja, Clara!" Bentak Kinar dengan mata yang terpejam.

Clara dengan keras kepalanya sama sekali tak takut dengan bentakan Kinar, jujur saja ia sangat mengkhawatirkannya keadaan Kinar.

"Siapa sih yang bikin kamu emosi gini?!"

"Orang kwarcab."

Hening beberapa detik, lantaran Kinar yang menjawab dengan lembut, tak ada bentakan sama sekali. Clara masih setia dengan duduk di samping Kinar, matanya melirik ke arah luka Kinar, sedikit meringis membayangkan betapa sakitnya itu.

"Kenapa emangnya?" Tanya Clara dengan lembut.

Kinar mengalihkan pandangannya ke arah lain, "mereka nulis nama aku ke daftar yang sama sekali belum aku baca infonya."

Kakak Pramuka Cantik!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora