19. Cowok

1.4K 144 7
                                    

Author pov

"Lu mau kue yang mana?" Tanya Kinar setelah mereka berdua yang ia yakini lelaki itu masuk ke dalam toko kue ini.

Pagi-pagi sekali mereka di buat misuh-misuh di karenakan pembina Pramuka di sekolahnya yang sedang berulang tahun, hal itu membuat mereka harus mencari kue ulang tahun yang sesuai dengan temanya.

"Iiihhh! Kinaaarr! Kan gue udah bilang, kalonya gue nyesuaikan sama lu aja!" Jawab lelaki itu, yang tak lain pria setengah wanita. Hampir seperti waria, namun sifatnya saja. Tidak dengan penampilannya yang masih seperti cowok tulen.

Kinar menatap sebal ke temannya itu, "Alvin! Lu kalo mode boti gini jangan di tempat umum dong! Malu gue."

Alvin tertawa kecil dengan suara berat yang ia keluarkan, sengaja agar ia terlihat sedikit sangar dan garang. "Iye-iye. Gue nyesuaikan aja sama lu kayak gimana kue nya. Toh, gue kesini cuma di suruh nemenin lu doang kan?"

"Pak Tarno ulang tahun yang ke berapa sih?" Tanya Kinar tanpa menjawab pertanyaan Alvin. Keduanya berdiri di depan meja pajangan kue, terdapat banyaknya kue ulang tahun yang di tampilkan disana, Kinar mencoba melihat berbagai macam kue tersebut.

"24 boy."

"Gue cewek." Koreksi Kinar.

"Oh iya, girl maksudnya."

Kinar tertawa rendah, ia memfokuskan matanya ke kue tadi. Sang pelayan toko kue menghampiri keduanya.

"Mau nyari kue apa, kak?" Tanya sang pelayan kue.

"Saya mau ngambil pesanan kue atas nama Adzkiya ada gak, mbak?"

Pelayan kue itu sempet berpikir, ia langsung mengangguk, setelah itu dirinya meminta izin ke Kinar untuk ke belakang. Tatapan Alvin di samping Kinar mulai tajam, ia tak habis sangka dengan Kinar.

"Gue kira lu milih sendiri kue nya!" Ucap Alvin sedikit terbawa emosi.

Kinar tertawa, "Hahaha. Gue emang sengaja tau, biar kita kesannya kayak mau beli kue. Padahal mah kue nya udah di pesan-in, kuenya juga udah di bayarin sama Kiya. Tinggal ngambil aja."

"Ck! Nyesal gue nemenin lu! Tau gitu mending gue duduk manis di kantin sambil ngeliatin adek kelas cowok yang lucu-lucu! Aaaaaaa!" Alvin dengan girang menutup wajahnya lantaran malu mengingat adik kelasnya yang memang lucu, tapi sayangnya ia hanya tersipu ke cowok, bukan ke cewek. Bisa di bilang Alvin adalah gay.

"Dih."

"Mereka tuh beneran lucu, Nar! Lu sendiri apa kabar sama degem SMP lu?"

"Degem?" Heran Kinar.

"Dedek gemes!"

"Oh... Si Clara? Yaaaa, biasa aja sih. Belum ada perubahan, masih kayak adek-kakak doang." Jawab Kinar dengan wajahnya yang sedikit murung. Sebelumnya ia memang sudah come out terhadap Alvin, untung saja Alvin sama seperti dirinya.

"Kapan mau confess sih?! Padahal kalian berdua udah lumayan deket tuh, tinggal ngomong jujur doang napa sih! Greget gue liatnya."

"Vin, lu gak tau aja pikiran dia tuh masih ke kanak-kanakan. Coba gini deh, kalonya gue confess ke dia, tanggapannya bakal gimana? Atau jangan-jangan ntar dia malah nge-gibahin gue tentang gue yang suka sama dia. Gue juga mikirin konsekuensinya, Vin, ya kali gegabah gitu aja. Andai aja nih si Clara udah dewasa, mungkin udah dari dulu gue langsung bilang suka ke dia, tanpa perlu gue jelasin maksud dari kata suka yang gue ucapin."

"Kenapa gak lu bikin perjanjian aja sama dia? Kayak mungkin lu bisa gitu, bikin sebuah perjanjian harus saling jujur-jujuran tanpa ada yang di tutupin. Kek, contohnya tentang perasaan. Bisa di mulai dari lu yang deg-degan kalo sama dia. Siapa tau dia ngerasain hal yang sama, kan?"

Kakak Pramuka Cantik!Where stories live. Discover now