27. Candu

2.1K 126 40
                                    

Pukul 10:23 malam, mereka masih berada di balkon rumah Clara. Dengan posisinya yang masih berpangku berhadapan, Clara terus menatap mata Kinar. Kedua tangannya ia taruh di bahu Kinar, bola matanya berbinar menatap wajah Kinar. Yang di tatap hanya tersenyum tipis, bahkan kedua tangannya memegang pinggang Clara.

Tatapan Clara turun hingga ke bibir Kinar, terpaan angin mengenai baju tipisnya, rambutnya kesana kemari karena angin. Kinar paham dengan tatapan Clara, namun sebisa mungkin ia berusaha tak paham dengan tatapan Clara. Biarkan Clara sendiri yang bergerak sebagaimana nya ia mau.

"Kak..." Panggil Clara.

Masih dengan tangannya yang berpangku pada bahu Kinar. Kinar merespon dengan senyuman, semakin ia mendekati jaraknya dengan Clara, dirinya berusaha menggoda Clara. Ia ingin melihat reaksi Clara.

"Kenapa?"

"Pengen..."

Kinar tertawa, di remasnya pelan pinggang ramping Clara, wajahnya ia dekati hingga kedua hidung mereka bersentuhan. Tatapan mereka saling bertemu dengan jarak sedekat ini, aroma kopi tercium dari napas Clara. Bukannya jijik, Kinar malah menyukainya.

"Pengen apa?" Goda Kinar.

"Itu."

"Iya, apa? Ngomong yang jelas coba."

"Cium!"

Kinar lagi-lagi tertawa, "cium apa?"

Clara menghiraukan jawaban Kinar, matanya terpejam seiring bibirnya yang menyentuh bibir Kinar. Kinar tersenyum di balik kecupan Clara, tanpa berlama-lama lagi ia melumat bibir bawah Clara dengan matanya yang ikut terpejam. Langit malam beserta penghuni hewan di sekitarnya merupakan saksi kedua sejoli yang sedang berciuman di atas balkon.

Kinar menikmati setiap kecupan dan lumayan yang ada di bibir Clara. Manis beserta rasa kopi ia temukan. Sangat candu. Angin terus menusuk kedua sejoli tersebut, bintang-bintang memperhatikan mereka, sinar bulan menerangi seolah-olah memberikan suasana yang baik bagi mereka.

Tangan Kinar meremas pinggang Clara, sedang tangan Clara memegang bahu Kinar, ia berusaha menahan tubuhnya yang lemas karena salah tingkah. Sungguh, Clara tak percaya ia bisa mencium Kinar dengan keadaan sadar seperti ini, entah apa yang akan terjadi ketika mereka menyudahi ciuman ini.

Kinar membuka perlahan matanya, bibirnya terus melumat bibir Clara, di lihatnya mata Clara yang terpejam menikmati ciuman mereka. Lamanya mereka bercium harus di sudahi dengan angin malam yang semakin menusuk.

Your lips, my lips
Apocalpyse

Sekarang yang ada di pikiran Kinar hanyalah bait lirik tersebut. Dahi mereka saling menyatu, saling bertatapan dalam diamnya malam. Kinar tersenyum, ia melihat bibir Clara yang sedikit merah karena ulahnya. Dirinya suka dengan kemanisan bibir Clara.

"Kamu... Suka?" Tanya Kinar pelan.

Clara tersenyum tipis, tangannya masih setia memegang bahu Kinar, tatapannya sendu menandakan ia masih terbayang akan ciuman tadi.

"Banget."

Clara mencium lagi bibir Kinar. Kini keduanya berciuman romantis dengan sangat lama, selain pelukan lama mereka, ada juga ciuman lama mereka. Entah sudah berapa jam mereka terus berciuman dengan posisi ini, tanda-tanda dari mereka untuk menyudahi pun tak ada. Hingga ketika waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, mereka berhenti dari ciuman panas ini.

***

Pagi harinya...

"KAKAAAKKK!!!" Teriak Clara dengan suaranya yang cempreng. Kinar terbangun dengan sisa kesadarannya, ia menatap bingung kepada Clara yang ada di sebelahnya.

Kakak Pramuka Cantik!Where stories live. Discover now