"Stop,"

Kali ini lampu berhenti menyorot seorang gadis cantik yang mengenakan bandana berbentuk kelinci, ia tersenyum kegirangan sampai membuat matanya menyipit lalu berlari ke arah panggung dengan sama semangatnya seperti penonton pertama tadi.

"Oh wow, manis sekali." Komentar Valeron sontak saja membuat suara gemuruh penonton menyoraki gadis tadi. Ada yang ikut senang karena gadis itu terpilih, ada juga yang iri dengan gadis itu karena dipuji manis oleh Valeron, dan aku salah satu gadis yang iri tersebut. Apalagi melihat Aliya dan Sabrina yang duduk di sampingku kini juga menatap sinis ke arah panggung.

"Oke, perkenalkan diri, asal darimana, dateng kesini bareng siapa, dan mau apa dari gue," Tanya Valeron dengan nada manis, tidak seperti saat menanyai penonton pertama tadi membuat gemuruh penonton kembali bersorak dengan berbagai macam ekspresi.

"Halo semua nama aku Anya, aku dari Jakarta, aku dateng bareng temen-temen, aku pengen apa ya... Bentar mikir dulu kak," Ucap gadis tadi yang bernama Anya dengan suaranya yang lembut.

"Dih najis, sok cantik banget lagi, masih SMA kan lu, sok-sokan nonton konser, besok sekolah dek," Gerutu Aliya membuatku yang tadinya sedikit kesal dibuat tertawa terbahak.

"Jadi Anya mau apa?" Kata Valeron lagi dengan senyum yang membuatku muak.

"Eeeem... Minta peluk boleh gak kak,"

Telingaku sepertinya sudah tidak dapat menampung bunyi lagi, sorak sorai penonton kembali terdengar sangat memekakkan telinga, ini luar biasa membuat kepalaku pusing.

"Cohhhhh gatel," Teriak seorang penonton dari arah belakangku.

"Tenang-tenang, Anya minta di peluk ya? Waduh sebenernya gue takut ada yang marah nih, tapi karena tadi gue udah janji bakal kabulin apapun permintaan penonton yang kena lampu sorot, jadi oke, sini Anya gue peluk." Ujar Valeron mengarahkan tatapannya kepadaku yang langsung saja kuhadiahi dengan senyuman sinis.

Huuuuuuuuu!!!!!!

Valeron memeluk tubuh gadis itu yang tingginya hanya sebatas dada, pipi gadis tadi memerah sempurna dengan senyum lebar yang tak bisa ditahan.

Beberapa detik kemudian pelukan tersebut dilepas dilanjutkan sesi foto bersama Valeron seperti penonton pertama. Gadis tadi mendekat ke arah Valeron sampai tubuh mereka seperti benar-benar menempel satu sama lain. Sabrina mengelus punggung ku pelan sambil membisikkan kata-kata penenang.

"Sabar bu, kalo udah di belakang panggung langsung tebas aja titit Valeron bu, biar tau rasa, eh jangan deh itu keterlaluan," Kesal Aliya seolah mewakili diamku yang sedang menahan amarah.

Setelah gadis berbandana kelinci tadi turun dari panggung, lampu sorot kembali diputar. Kali ini cukup lama untuk Valeron memberhentikan lampu tersebut. Cukup membuat beberapa penonton di belakang ku yang dari tadi berteriak-teriak kini hening menunggu berhentinya lampu sorot itu.

"Stop,"

Tanganku berkeringat, Sabrina dan Aliya disampingku tersenyum menggoda kearahku. Lampu tadi berhenti tepat ke arahku, kini terpampang jelas wajahku yang tiba-tiba berkeringat di layar, sorakan kembali terdengar, kini lebih berisik dari sebelum-sebelumnya.

"Anjir! Udah deh guys ini mah disengaja, orang yang kena aja Amona," Gerutu salah satu suara dari belakangku.

Gawat, apakah aku akan banyak dicibir seperti gadis tadi? Bisa pingsan aku.

"Anjir udahlah, satu studio kalah kalo saingannya idaman Valeron," Sahut yang lain.

Di depan sana senyum jumawa Valeron tersungging, "Ayo, kok malah diem." Katanya.

Physical Attack √Where stories live. Discover now