TERZR || 13

105 85 60
                                    

Welcome, Im come back.
Vakum selama satu tahun dan pulang lagi ke sini, rasanya canggung banget buat nulis lagi. Ada rasa sungkan dan takut kalau nanti akhirnya bakal ancur.

But, tekad gue tetep ada kok, meski sisa seberapa. Gue tetep mau tamatin cerita ini. Gue mau cerita ini terbit dan jadi karya pertama gue yang bisa gue banggain.

Haha ngehalu! Iya, gue cuma berandai-andai.

Jangan lupa vote sebelum baca!
Tandai Typo and Krisannya!

Jangan lupa vote sebelum baca!Tandai Typo and Krisannya!

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

"TERE!"

Teriakan Risa mengagetkan Tere, hingga gadis itu terbangun pagi-pagi buta sekali. Ini hari minggu dan seharusnya ia bangun pukul sembilan atau sepuluh. Tapi ini malah dibangunkan sebelum waktunya.

Berjalan menyeret kaki dengan mata yang belum terbuka sempurna dan kesadaran yang masih setengah.

"Hoaam, kenapa sih mah?" tanya Tere setelah sampai dihadapan Risa-mamanya.

"Liat kelakuan kucing liar yang kamu bawa tuh!" Risa menunjuk ke arah Monyet yang sedang mencakar-cakar sofa tamu hingga beberapa sobekan terlihat membuat spon sofa keluar.

Tere terbelalak melihatnya, kesadarannya sempurna dan langsung mengangkat Monyet dari sofa.

"Nyet, aduh jadi rusak sofanya mama. Lo mau gue cemplungin got apa, ha?"

"Ma, maafin Monyet ya? Tere yakin dia cuma iseng aja makanya dia bertingkah. Nanti Tere ajarin Monyet lebih sopan lagi. Maafin Monyet ya ma?"

Tere menatap Risa yang masih berkacak pinggang melihat tidak suka kepada kucing oren yang dinamai Monyet itu.

"Sekali lagi dia berulah, mama gak segan-segan buang dia ke hutan!" peringat Risa yang kemudian kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Mendengar ucapan Risa yang tidak main-main itu Monyet panik hingga hampir mencakar lengan Tere.

"Meong!"

"Meoongg!

"Meeoongg!"

❄❄

Di dalam mobil dua lelaki tampan itu sama-sama tidak bertegur sapa atau sekedar bercengkrama. Ezar sibuk dengan aktivitas menyetirnya, dan Arif sibuk dengan ponselnya. Sesekali Ezar menatap sang abang dengan raut sangat jengkel. Mengingat tadi pagi dia tiba-tiba meminta diantar ke rumah Aldi sang papa yang berada di Bogor.

Sampai di depan kediaman megah Aldi, terlihat Aldi dan Dini-Ibu tiri Ezar dan Arif, sudah menunggu kedatangan keduanya.

"Halo jagoan-jagoan papa!" Sapa Aldi merangkul keduanya secara bergantian. Dini yang kondisinya sedang hamil besar hanya mencium pipi kedua anak tirinya itu.

TEREZAR ♡ON GOING♡Where stories live. Discover now