Day-13. Beezel Fowk

Start from the beginning
                                    

Melihat kedua kawannya berkunjung, Gabriel merasa bahagia, cepat-cepat ia bukakan pintu dan menyambut mereka yang baru saja mendarat di balkon apartemennya.

"Gabriel," pekik Rafael tiba-tiba memeluk Gabriel dengan suka hati.

Mendapat perlakukan seperti itu, sontak membuat Gabriel menolak jauh-jauh tubuh Rafael dengan raut wajah yang terkejut.

"Kenapa?" tanya Rafael kebingungan.

"Apa yang kamu lakukan?" hardik Gabriel.

"Memelukmu? Aku kangen banget, Gabriel," timpal Rafael kembali memeluk Gabriel, namun sahabatnya itu lagi-lagi menjauhkan diri dari jangkauannya.

Mikhael yang sedang mengamati tanaman-tanaman milik Arcello ikut berbicara dari arah balkon. "Kamu lupa, dia satu-satunya dari kita yang bebas bersentuhan dengan manusia?" ucapnya mengingatkan Gabriel akan kelebihan si bungsu.

"Oh iya ...." Giliran Gabriel yang memekik. Disambutlah tubuh si bontot Rafael pada pelukannya. Wangi khas malaikat beraroma susu vanila paduan buah persik, menguar tersesap memenuhi rongga hidungnya.

Rafael memang punya keistimewaan. Dia satu-satunya malaikat yang diberi berkah oleh langit untuk bisa bersinggungan dengan dunia manusia. Menyentuh manusia, menaiki kendaraan, mengunjungi tempat-tempat hiburan, dan masih banyak lagi yang bisa Rafael lakukan.

"Mike nggak asyik, dia kasih tahu aku belakangan," adu Rafael pada Gabriel.

"Aku baik-baik saja," balas Gabriel dengan senyum meyakinkan.

"Hmm ...." Rafael memandangi Gabriel dengan saksama. "Oke sih, ganteng. Nanti aku make over lagi," komentar Rafael atas penampilan Gabriel.

"Jangan aneh-aneh Rafie," ingat Mikael.

"Maaf kawan, aku nggak mungkin membiarkan ketampanan Gabriel hanya tersembunyi di balik celemek dan kemoceng itu ...," bela Rafael.

"Tuan Arcell sudah memberimu izin untuk mengundang kami ke sini, bukan?" ucap Mikhael mengubah pembahasan.

Gabriel hanya mengangguk dengan senyuman meyakinkan.

"Mana Tuan Arcell kita? Mana dia?" Kehebohan datang dari Rafael lagi.

"Dia sudah berangkat kerja," tukas Gabriel yang membuat Rafael sedikit kecewa. Sayang sekali dia tidak bisa bertemu dengan titisan Raja Arash itu.

"Tadinya aku ingin meniupkan terompet ini sebagai salam perkenalanku untuknya," seloroh Rafael sambil mengacungkan terompet emas miliknya.

Tidak ingin terjadi apa-apa, cepat-cepat Mikhael merebut terompet tersebut. "Jangan macam-macam, kau!" ancamnya sambil memelototi si bontot yang hanya cengar-cengir tanpa merasa bersalah.

"Duduklah, kalian mau minum?" tanya Gabriel sebelum pergi ke dapur.

"Air berkah firdaus," celetuk Rafael.

"Madu bunga kesturi," susul Mikhael.

Mendengar permintaan aneh kedua sahabatnya, cepat-cepat Gabriel menyela. "Nggak ada ... nggak ada. Di sini cuma ada air putih," selorohnya.

"Kalau begitu ngapain nawarin?" tanya Mikhael heran.

"Ya, cuma buat formalitas aja," jawab Gabriel sambil tersenyum lebar menunjukkan lesung pipitnya.

Mendengar candaan Gabriel membuat Rafael berdecak lucu. "Cih, sekarang udah bisa bercanda layaknya manusia, ya?" sindirnya sambil mendelik ke arah Mikhael.

"Iya dong, kan sekarang aku sudah jadi manusia," timpal Gabriel sambil menyodorkan dua gelas air putih ke hadapan teman-temannya.

"Gabriel, kamu lucu pakai gituan. Tuan Arcell yang pilihkan?" celetuk Rafael menunjuk apron bergambar buah stroberi berwarna merah yang dikenakan Gabriel sambil tertawa, lagi-lagi menyindir.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Where stories live. Discover now