26 : Untold

117 16 0
                                    




Namjoon segera pergi ke basement untuk mengambil mobilnya.

"Ia pasti belum jauh" Pikirnya.

Mobil itu berjalan pelan menyusuri tepi jalan.

Benar dugaanya.
Dari kejauhan ia melihat Seokjin berjalan cepat sambil menunduk dan memeluk tubuhnya kemudian berbelok ke sebuah gang sepi.

Namjoon bergegas memarkirkan mobilnya tepat di sebelah gang itu.


"Seokjin!"

"Namjoon-ah....jangan mendekat!"

Seokjin berbalik. Ia menangis. Wajahnya pucat sekali.

"Sayang....kau kenapa?"
Namjoon terus berjalan menghampirinya.

"Sayang?"

"Jangan Namjoon-ah....."

Suaranya melemah. Air matanya mengalir deras. Sebelah tangan menekan kepalanya.

"Seokjin....maafkan aku...."
Namjoon yang tidak peduli terus berjalan mendekat.

"Namj.....ugh!" Seokjin membekap mulutnya dan berbalik.

Langkahnya terhenti saat ia melihat Seokjin mengeluarkan isi perutnya. Jantungnya berdegup kencang.

"Jin!"

Namjoon segera berlari ketika tubuh Seokjin melemah dan terhuyung ke belakang.

"Sayang bangun..." Suaranya pecah.

"Kau kenapa?" Ia terus mengusap pipinya. Menopang kepala di pangkuannya.


"Aku....sa kit...Nam joon ie....."
Seokjin pun kehilangan kesadarannya.

"Terimakasih telah membawanya langsung ke rumah sakit ini"

"Dasar keras kepala..." Sandeul mendengus.

"Berkali-kali aku meyakinkan Seokjin untuk segera operasi"

"Tapi ia selalu mengulur"




"Operasi?"

"Seokjin sakit apa dokter?"




Sandeul menoleh kaget.

"Ia tidak bilang padamu?!"

Namjoon menggeleng. Wajahnya ketakutan.

"Tumor otak, Namjoon-ssi..."

Jantung Namjoon serasa ditonjok hingga berhenti. Matanya membelalak tak percaya.


"Tim dokter kami telah meneliti berbagai resiko jika dilakukan pengangkatan"

"Untuk sementara kami terus melakukan terapi untuk mencegah tumor itu berkembang"

"Pengangkatan ini beresiko menghilangkan ingatannya...kemungkinan terbesar permanen"



"Namjoon-ssi..."

"Seokjin sangat takut jika ia sendirian"

"Maka dari itu ia lebih memilih penyakit itu menggerogotinya sampai akhir"

Namjoon menggeleng kuat-kuat.

"Tidak...."

"Kumohon...."

"Selamatkan nyawanya dokter...."

"Selamatkan Seokjin..."





Ia berlutut dan menangis.

Hello, Not GoodbyeWhere stories live. Discover now