Gabriel berpikir, jika sifat malaikatnya mungkin perlahan menghilang digantikan dengan sifat-sifat manusia.

Melihat Arcello asyik memainkan gawai, Gabriel juga tak mau kalah. Ia merogoh gawainya yang berada di saku apron.

“Tuan, mau dimasakin ini nggak buat nanti?” Gabriel menyodorkan video masakan ala Tiongkok di tiktok.

Tapi bukan menyimak video, Arcello justru salah fokus pada akun tiktok milik Gabriel. Ia bertanya-tanya bagaimana ceritanya si mantan malaikat itu bisa nyasar jauh ke tiktok, bahkan mempunyai akun.

“Cie ... udah kenal tiktok nih sekarang?” goda Arcello.

“Ah ... itu ...,” jawab Gabriel malu-malu.

“Boleh kok. Asal Phi bahagia saja.” Arcello menyetujui usulan menu makan malam yang ditawarkan Gabriel, sekaligus mengizinkannya bermain tiktok.

“Tapi jangan sampai nonton porno, ya. Apalagi upload,” ancam Arcello. “Di sini masih Ilegal, nanti Phi bisa ditangkap polisi,” Arcello seperti menakut-nakuti anak kecil.

“Porno?” Gabriel tidak paham apa yang tuannya katakan.

Arcello terkadang lupa kalau Gabriel adalah mantan malaikat. Jadi mana mungkin ia punya pengalaman tentang hal tidak senonoh seperti itu.

Belum sempat menjawab pertanyaan yang Gabriel lontarkan, Arcello dikagetkan panggilan telepon dari Bian. Cepat-cepat Arcello menerimanya.

“Hmmm, Ada apaan?” tanya Arcello malas.

“Buruan ngantor. Kita mau kedatangan bos baru,” terang Bian terdengar panik.

Mendengar informasi dari sahabatnya, membuat Arcello terperanjat. “Bos baru?” tanyanya tak percaya.

“Iya, Gantinya Pak Rama udah datang.” jelas Bian.

“Mampus gue!” umpat Arcello sambil menepuk jidatnya. Tanpa mempedulikan panggilan dari Bian lagi, Arcello bangkit dari kursi dan langsung menyambar tasnya.

Melihat tuannya mendadak tergesa-gesa, Gabriel pun bertanya. “Panggilan mendesak,Tuan?” tanyanya keheranan.

“Iya, Phi. Bos baru udah dateng,” jawab Arcello sambil buru-buru memakai sepatu.

Melihat polah tuannya, Gabriel dengan sigap membukakan pintu.

“Doain aku selamet ya, Phi.” pamit Arcello sambil berlari.

Gabriel yang ikut panik hanya bisa membalas singkat. “Hati-hati di jalan, Tuan,” pungkasnya.

Sepeninggalan Arcello, kemudian suasana rumah menjadi hening menyisakan Gabriel yang berdiri termanggu melepas Arcello pergi. Niat hati ingin mencari-cari pekerjaan rumah mana yang belum sempat ia kerjaan, tapi Gabriel ingat amanah Arcello untuk tidak terlalu bekerja keras. Dia harus hidup ala manusia.

“Berantakan sedikit itu manusiawi.” monolognya menirukan ucapan Arcello. Dan berakhirlah Gabriel yang memilih berbaring pada sofa di ruang tengah.

Lamunannya mengingatkan Gabriel pada lagu yang tadi ia dengarkan. Perasaannya tergambar seperti yang lagu itu ceritakan. Ia pun bergumam merangkai kata hingga menjadi sebuah balada.

Sesaat aku terdampar di sini
Di negeri yang tak kukenali
Membuatku terpenjara sendiri
Tanpa ada yang menemani

Dersik angin terdiam
Bahkan bunga pun bungkam
Meratapi jiwa yang terasa kelam
Terseret gelombang lalu tenggelam

Namun, tangan mungilnya mengulur
Menarik diriku naik ke luhur
Bagai sang induk mengerami telur
Walau sulit untuk berkata jujur

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Where stories live. Discover now