X

34 9 2
                                    

"Hallo? Bagaimana kabar ibu?"

Aku sangat jarang kembali, sesekali menelponnya untuk memberi kabar. Dulu saat aku bersikeras untuk bersekolah di korea, Rasanya baru kemarin. Aku ingat bagaimana ibuku menangis melepas kepergianku di bandara.

"Ibu baik."

Aku mengerutkan kening, orang tua selalu berbohong. "Ibu... Sudahlah aku dengar dari si Toru kalau ibu sakit." Ya kakakku bicara kalau ibu sakit dan di bawa kerumah sakit sekitar tiga bulan lalu.

"Dasar anak itu! Tapi jangan khawatir ibu baik-baik saja. Bagaimana kabarmu nak? Kapan sekolahmu selesai?"

Pertanyaan ibu membuatku gugup, menyelesaikan studiku yang seharusnya bisa selesai enam bulan depan. "Secepatnya, Emma juga rindu rumah."

"Syukurlah. Ibu berharap kau di berikan kemudahan."

Hening melanda, aku tidak pernah memikirkan kedepannya. Jika studiku selesai cepat atau lambat aku dan Yoongi akan berpisah.

"Ibu jaga kesehatan ya.." kataku sebelum ku tutup panggilan itu. "Emma tutup dulu."

Panggilan itu seketika berakhir. Udara dingin menyerbu, setelah hujan lebat melanda siang ini. Ada jadwal keenam bertemu dengan dosen Pembimbing, menyelesaikan tesis adalah tujuan utama untuk kepergianku.

Anak rantauan, pergi jauh untuk tujuan mulia. Tetapi entah mengapa tujuanku malah berbeda. Tujuan muliaku yang sangat mulus menjadi ternodai, aku banyak meninggalkan jejak lain yang bernoda dan malah menambah noda.

Membuka pesan, ada banyak berita tentangnya. Aku tahu orang-orang akan berspekulasi menjawab pertanyaan besar ini. Hubungan artis-artis negara mereka. Membawa satu noda yang melekat sekedar merendahkan.

"Emma!"

Aku terkejut mendapati pintu apartemen yang ku tinggal mendadak terbuka. Nicol datang bersama Dora. Padahal tidak ada jadwal bertemu tapi mereka seenaknya saja datang tanpa memberitahu.

Sikap mereka agak aneh. Bahkan Dora membersihkan meja dan mengeluarkan dua botol wine disana.

"Kau tidak ada jadwalkan hari ini. Kita bisa merayakan sesuatu disini."

"Aku ada jadwal bertemu dosen jam empat sore nanti." Aku menyahut ucapan Nicol. Gadis itu menepuk pundakku dan berbisik.

"Ah dosennya tak akan datang. SooJin-ssi ada keperluan di Busan tiga hari lalu kau tidak tahu?"

Pikiranku mendadak terhenti, aku pernah mengetahui seseorang mengatakan ini padaku. "Oh, River bilang seperti itu."

"Okey, waktunya pesta!" Dora menyahut sembari memberikan topi kerucut padaku. Tunggu ini bukan ulang tahunku, tapi rasanya mereka seperti sengaja melakukan pesta sekedar menghiburku yang kesepian.

"Wolly ulang tahun kan! Kemari Wolly sayang! Potong kue ulang tahunmu!"

Semakin berantakan, nicol malah memanggil Wolly si kucing putih itu untuk memotong kue dari makanan kucing itu. Aku baru ingat, kalau wolly akan ulang tahun tapi bukan hari ini melainkan besok.

"Dora, siapa yang membuat ini?" Aku bertanya, kemungkinan bukan dora yang membuat ide gila seperti ini. Lihat setiap sudut penuh dengan cofferty dan hiasan sticker penuh wajah wolly terpampang nyata dan besar di sisi sana.

"Aku hanya mengikuti hal gila di pikiran Nicol. Kau tidak marahkan Emma. Anggap saja kau membantu memulihkan stresnya."

"Tidak apa-apa.. Masalahnya ulang tahun Wolly masih besok."

Seketika itu Dora melihatku, sepertinya wanita itu cukup terkejut. "Sial, jangan beritahu dia kalau aku memberikan informasi yang salah." katanya lirih.

Celebrity : Secret LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang