VIII

34 9 0
                                    

"Hyung, semua orang membicarakanmu karena kau sedikit berubah tiga bulan lalu." Jimin datang pas Yoongi yang tengah melepas aksesoris di tubuhnya. Tadi konser tampak meriah meski sedikit hujan.

"Berubah?" dengan dinginnya Yoongi mengatakan demikian tanpa menatap Jimin.

"Kau punya kekasih?" baru Jimin mengatakan itu dia melirik pada cermin yang mana memperlihatkan Jimin dibelakangnya.

"Haha.. Jimin bagaimana bisa orang yang workaholic sepertinya berpacaran? Pacarnya saja pasti tidak akan tahan." Seokjin hadir dengan candaannya. Yoongi tidak akan tersinggung, dia tahu bagaimana watak kakak tertua grubnya.

Jimin masih kukuh, membuat Yoongi memutar tubuhnya. "Kenapa ingin tahu?" tanyanya ketus entah karena lelah ingin kembali ke hotel atau ingin mematahkan asumsi Jimin tapi tak punya alasan apalagi dari sudut matanya Namjoon kini berjalan menghampiri.

"Aku juga sering melihat Yoongi hyung tersenyum-senyum sendiri."

Bukannya menghentikan pertanyaan Jimin agar segera berkemas malah kini ikut mengompori. Namjoon terkadang menjadi tidak tahu diri di depannya.

Yoongi menatapnya tajam seolah membunuh, Namjoon yang di tatap kini menjadi ngeri. Menyeret Jimin, Seokjin dan lainnya yang tertarik pada topik mereka.

"Rapikan barangmu dulu kawan! Lima belas menit lagi kita ke hotel."

Lalu satu sudut bibir yang tertarik menandakan kemenangan.

🍰

Di hotel ditemani makanan dan segelas wine yang sudah datang. Penghangat yang di setel menjadi 17 derajat celcius dan lampu yang sedikit hangat. Yoongi menunggu seseorang menjawab panggilan videonya.

"Yoongi aku belum mempersiapkan sarapanku."

Panggilannya terjawab tetapi langsung menjadi keluhan. Yoongi tertawa lirih, melihat dari layarnya Emma tengah di sibukkan oleh dapur. Ah ini bukan kencan di malam hari, dinner dengan makanan yang sama. Tetapi dia menyadari di korea jauh lebih cerah di banding disini.

Sembari membuka tutup botol wine dan menuang pada gelas kaki yang di dapatkan dari hotel, Yoongi menunggu Emma yang tengah mempersiapkan sarapan untuk wanita itu sendiri.

"Done!" suara Emma yang semangat membuat Yoongi menghentikan minumannya. Menatap Emma dengan posisi yang paling nyaman untuk memulai makan--online--bersama.

"Mana anggurmu?"

"Anggur? Ah tidak baik minum pagi-pagi." disana Emma mengangkat segelas teh lemonnya. "Ini akan lebih baik."

"Oke."

Hanya satu kata saja mereka memulai memakan makanan. Sambungan video juga tidak mati. Tidak ada perkataan hingga Emma tiba-tiba berucap sesuatu.

"Aku tidak jadi magang. Dosen Jang menyuruhku untuk fokus pada tesis."

Yoongi menghentikan makanannya, dengan sebelah pipi yang menggembung. Mengunyahnya perlahan dan menelannya sebelum menyahut.

"Kau akan kembali lebih cepat."

Yoongi menyadari Emma akan pergi kembali jika perkuliahan wanita itu selesai. Di pikirannya kini adalah bagaimana caranya membuat Emma tetap bisa di sekitarnya.

"Mol dan Wol sudah kuambil, kau tidak perlu risau."

Yoongi mengangguk kecil. Dia tidak berbicara malah asik membuka plastik yang menutupi makanannya.

"Yoongi, apakah yang lain tahu tentangku?"

"Maksudmu?" alis Yoongi sedikit terangkat sebelah sebelum menoleh dan menggeleng. "Tidak." ia tahu kemana arah pembicaraan Emma kali ini.

"Kenapa tidak diberi tahu? Bukankah mereka seperti saudaramu?"

"Aku belum siap mengatakannya."

"Karena?"

Tidak menjawab, Yoongi malah terdiam membeku saat di beri rentetan pertanyaan. Bukannya menjawab malah keningnya sedikit berkerut sebab di pintunya tengah di ketuk.

"Tunggu, jangan ditutup panggilannya dan jangan berisik." setelah mengucapkan itu pada Emma. Yoongi bergegas untuk melihat siapa yang datang mengacaukan kencan onlinenya kali ini.

"Hyung!"

🍰

"Hyung!"

Aku terdiam mendengarkan suara seseorang yang datang di kamar hotel Yoongi, suara Bariton yang cerah memanggil Yoongi dengan begitu manis. Aku tahu suara khas itu.

"Hyung masuk ya!"

"Tidak!"

Aku hampir tersendak mendengar Yoongi mengatakan dengan ketus untuk menghalangi seseorang itu untuk masuk. Terkesan galak, seperti bapak-bapak.

"Jungkook tahan!"

Lalu suara-suara pekikkan itu terdengar. Suara kekehan dua orang dan suara Yoongi yang kesal diiringi suara langkah yang masuk dengan cepat.

"H-hallo.. " Aku menyapa ketika salah satu dari keduanya berada di depan layar. Menatap dengan sedikit tak percaya.

Muka Taehyung sangat lucu, polos dan melihat Yoongi dengan bertanya-tanya. "Hyung kau punya kekasih?" suara Taehyung yang melengking sembari membawa tap Yoongi, aku melihatnya sangat buram sebab di bawa.

Telunjukku menyeret tombol merah lebih cepat, membuat panggilan video itu berakhir lebih cepat. Menghembuskan nafas dan tertawa. Tidak kusangka aku menyapa Kim Taehyung.

"Holly, dia pasti kesal setengah mati." tanyaku sambil menduga-duga kalau sekarang, pasti sudah dihakimi oleh dua adiknya.

Pudel itu mengabaikannya, berlari menjauh kearah kedua kucing. Lalu bunyi pintu terbuka membuatku melihat dimana Dora dan Nicol datang.

"Aku membawa cake kesuka--anmu." Nicol melanjutkan ucapannya yang ceria dengan lirih sebab melihat ku yang sudah siap dengan makanan yang ada diatas meja, apalagi ponsel yang ada di depanku.

"Kau baru saja menelpon seseorang?" Dora bertanya. Wanita itu duduk di kursi sebelahku.

"Kencan onlineku batal karena Taehyung." eluhku.

Nicol yang tengah membuka kardus cake terhenti. Menatapku dengan muka setengah terkejut. "Taehyung sudah tahu kamu?" tanyanya.

Aku hanya mengangguk.

"Yoongi pasti sudah bicara pada member tentang--"

"Tidak dia belum bicara."

Dora terkejut mendengar ucapanku. "Dia tidak berbicara? Ini lebih kacau dari yang kuduga."

"Member pasti mengerti."

"Aku tahu mereka pasti mengerti. Tapi masalahnya dia benar-benar ingin menyembunyikan Emma dari semua orang."

"Wah possesif." Nicol menyahut lagi kali ini memakan sebagian cake setelah mengurusnya. "What?" tanyanya saat empat pasang mata menatapnya.

"Kurasa Yoongi tidak seperti itu?" Dora mengalihkan pandangan lalu kerutan di keningnya tampak samar. Sepertinya ada yang salah. Aku juga berpikir yang sama seperti Dora. Ternyata sebenarnya Yoongi adalah orang yang posesif dari yang kuduga.

"Aku juga baru menyadarinya."

Nicol terdiam sebelum mengambil dua sendok dengan penuh cake untuk disiapkan di mulut kami. "Berpikir akan membuat perut kalian bergumam!" katanya memaksa kami membuka mulut lebar-lebar.

{}

Celebrity : Secret LoverWhere stories live. Discover now