"Kelamaan, mending sekarang, tuh di depan situ ada bengkel. Buruan."
Aku diam sejenak sambil menatap ke bengkel itu, "Gak usah deh, biar ayahku aja nanti."
"Masa kamu mau naikin motor yang bannya bocor gini ke rumah? Bahaya tau. Orang aja biasanya dituntuntun kalo bannya bocor. Rumahmu masih jauh loh."
"Ya aku bawanya pelan-pelan."
"Ditambal aja, Lin."
"Ntar aja."
"Kenapa sih? Takut digodain sama abang-abang bengkelnya? Hahaha."
"Enggak ya."
"Buruan tambal sekarang, aku bilangin ke abangnya."
Akhirnya aku mengikutinya ke bengkel yang ditunjuk tadi. Motorku diparkir dan distandar dua setelah Wildan bilang ke abang-abangnya kalau bannya bocor.
"Ini mau ditambal aja apa diganti ban? Tambalannya udah banyak banget."