Bagian 3

161 44 10
                                    

"Hallo Nona Kim, Ini aku Seokjin.."

"Ya, ada apa menelpon sangat larut?"

"Eeeee.... Aku baru saja berbicara dengan putraku Haowen tentang pernikahan kita. . . . . . emmm bisakah kita bertemu terlebih dahulu? Aku ingin memperkenalkan-mu padanya."

"Dimana?"

"Bagaimana dengan makan siang. Maukah kau menjemput Haowen di sekolah bersamaku?"

"Ok. Jemput aku di rumah mode Lotus besok siang."

"Nona Kim, terimakasih."

"Hmm."

Panggilan telah diputuskan sepihak oleh Dita dan hal itu membuat Seokjin tertegun.

Apakah keputusan ku sudah benar? Dia terlihat begitu kaku dan keras.

Dia benar-benar dalam dilema. Sejak pertemuan pertama Dita memberi kesan yang canggung untuknya. Memang benar dia memiliki nama Kim Jongdae pada namanya tetapi fakta bahwa Bae Irene bukanlah anak kandung dari Jongdae membuat pribadi Seokjin enggan untuk terikat. Bukan karena kakek Kim memperlakukannya dengan buruk, tetapi sebaliknya, pria tua itu begitu baik. Memperlakukannya layaknya cucu biologis. Seokjin berterimakasih akan hal itu tetapi nalurinya selalu menolak untuk terlibat perasaan terlalu jauh dengannya (Kim Jongdae). Dia bisa saja menerima tawaran dari penatua kim untuk mengelola Fuhua, tetapi dia akan kehilangan kehormatan pada dirinya sendiri. Dia dan Dita bisa menjadi setara jika dia memilih untuk mengambil Fuhua, namun perasaan malu karena bergantung pada nama orang lain akan terus mengakar padanya sampai akhir.

Sekarang Seokjin bekerja di perusahaan orang lain dan Memulai karirnya sendiri dari titik terendah. Dia bekerja menjadi staff kecil dalam perusahaan, menjadi pesuruh yang selalu di intimidasi oleh beberapa senior. Jika gaji yang ditawarkan tidak layak, dia akan menyerah sejak awal. Kini dia tidak hanya harus memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga putranya. Biaya sekolah semakin tinggi dari waktu ke waktu, dan keperluan kedepan akan semakin banyak. Bertahan adalah satu-satunya yang harus Dia lakukan, tidak perduli jika tubuhnya menjadi taruhan.
.
.
.
.
.
.
.
Sesuai janji, Seokjin sampai di rumah mode lotus pukul dua belas siang. Dia mengendarai mobil Hyundai Grandeur bekas dan memarkirkannya di sisi lain jalan. 

Dita wanita eksentrik berkasta tinggi, jika dia terlihat pergi dengan rongsokan miliknya, ia khawatir bahwa Dita akan kehilangan wajah.

Seokjin mengirim pesan padanya beberapa waktu setelah sampai, dan tidak lama, dita pun muncul.

Pandangan Seokjin terpaku pada wajahnya, dia sangat penasaran dengan reaksi dita saat melihat kendaraan jenis apa yang di gunakan untuk menjemputnya. Namun yang terjadi tidak terprediksi, Dita hanya berjalan dengan alami seolah mobil miliknya bukan hal yang aneh atau aneh.

Bahkan setelah ia kembali ke tempat duduknya, dita masih bersikap acuh.

"Apakah baik-baik saja jika aku menjemputmu dengan benda ini?" tanya Seokjin pada akhirnya.

"Apakah kau memiliki yang lain?"

"Tidak."

Dita menganggukkan kepalanya. Dia tau itu, dan itulah sebabnya dia tidak rewel. Lagipula ini hanya sebuah kendaraan, yang terpenting adalah benda ini bisa berjalan, terasa nyaman dan berkendara dengan aman. "Jadi tidak perlu bertanya." lanjutnya santai.

Ku pikir dia akan mengeluh ternyata aku salah. Dia lebih rasional. Tidak ada kendaraan yang lain, jadi tidak ada pilihan. Aku tidak tahu harus menangis atau tertawa, pola gadis ini sulit untuk ditebak.

"Aku sudah memesan taman bermain untuk hari ini."

Cittttttt........

Tanpa sengaja tangan Seokjin tergelincir dari roda kemudi.

pampering my little husbandWhere stories live. Discover now