"Lo keras kepala Devano, apa perlu gue cari tahu sendiri?" Mereka sama-sama keras, sama-sama tak ingin mengalah, beginilah jadinya jika mereka di satukan dalam sebuah perdebatan.

"Terserah, gue mau cabut." Devano memilih jalan pintas, jika terus melanjutkan percakapan dengan Gara, bisa-bisa emosi batin yang ia simpan meluap semuanya.

Gara itu, pandai memancing kemarahan lawan bicaranya yang malah ujung-ujungnya, membuat si lawan bicara mengatakan sesuatu yang tak ingin ia katakan.

"Lo kebiasaan kabur dari masalah atau gimana, Van?" Suara Gara menginterupsi langkah Devano, membuat Devano berbalik karena tak senang dengan apa yang Gara katakan.

"Kalau bisa gue lari, udah lari gue dari dulu." Ujar Devano dengan emosi yang ia tahan. Hari ini cukup berat untuknya, ia menghadapi semuanya sendirian, ia bisa meledak kapan saja jika terus di pancing-pancing oleh perkataan Gara.

"Lo pikir Lo hebat, Van?" Gara tak ingin berhenti. Devano ini, selalu tutup mulut untuk semua hal, ia benar-benar ingin membuat Devano bicara banyak untuk semua hal yang ia pendam. Gara tahu, diantara sahabat-sahabatnya, Devano adalah orang yang paling banyak menghadapi masalah.

Devano tak ingin peduli, apapun yang Gara katakan, ia harus tutup telinga untuk semua yang ia dengar.

Gara berdiri, ia juga ikut mengejar langkah Devano yang begitu cepat. "Masalah Lo itu nggak seberapa Van! Cemen banget Lo sampai kabur-kaburan gitu!" Gara berteriak, sengaja sekali memancing emosi Devano yang siap meledak.

Hati Devano benar-benar merasa panas, ia berbalik dan langsung menghampiri Gara dengan emosi di ujung kepala.

"Bang**t! Lo pikir masalah yang Mama gue buat itu kecil?! Lo pikir gue nggak capek harus beresin semua kekacauan yang Mama gue buat, hah?!" Devano akhirnya meluap begitu saja, ia bahkan sampai mencengkram jaket Gara dengan begitu kuat.

Hari ini, ia benar-benar lelah, ia harus menghadapi kekacauan yang Mamanya perbuat di rumah sakit tempat Mamanya Syila bekerja. Selain itu, Mamanya juga hampir membuat keributan di keluarga baru Papanya. Ini gila! Ia hampir gila menghadapi semua yang terjadi.

Alasan kenapa ia bisa berada di rumah Omanya Syila itu karena hasil perbuatan Mamanya. Mamanya mengatakan yang tak seharusnya, membuat Mama Syila pingsan dan ia pun harus menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada keluarga besar Syila. Untungnya, saat itu Syila tak berada di rumah, ia tak tahu harus bagaimana jika Syila juga berada di rumah.

Mamanya, sudah terlalu banyak menyakiti hati Syila, ia tak tega jika harus menambah rasa sakit hati perempuan itu kembali.

"Gue capek Gar, jadi Devano!" Devano mendorong Gara menjauh, sebelum ia kembali meluapkan sesuatu yang tak seharusnya, ia benar-benar harus pergi saat ini juga.

Gara yang baru kali ini mendengar luapan emosi Devano terdiam, ia hanya bisa melihat sahabatnya itu berlalu pergi begitu saja. Sepertinya, semua orang butuh waktu sendiri saat ini. Gara tak ingin memaksa terlalu banyak, setidaknya ia tahu garis besar permasalah yang Devano hadapi saat ini apa.

-o0o-

"Kak Gara tadi ngomong apa sama Kak Devano?" Tanya Syila dari sambungan video call yang mereka lakukan. Ia benar-benar penasaran sejak tadi apa yang dua laki-laki itu bicarakan.

Gara My BoyfieWhere stories live. Discover now