I LOVE YOU - 2

2 1 1
                                    


Sudah semingu keadaan seperti ini. Agnitha yang tiba-tiba saja jadi pendiam dan sedikit cuek. Mau tak mau Marcus pun mulai jengah dengan keadaan seperti ini. Marcus adalah tipe pria yang to the point.

Ia tidak suka menyembunyikan dan menebak-nebak sesuatu. Bukannya ia tak bertanya apa-apa pada istrinya itu, namun jawaban Agnitha yang selalu 'tidak ada apa-apa, biasa saja, oh begitu ya?' membuat Marcus tak bisa mengorek apa-apa lagi dari mulut istrinya itu.

Namun, tampaknya batas kesabarannya telah habis. Seminggu adalah waktu yang cukup lama bagi Marcus untuk menerima tingkah Agnitha yang seperti itu. Ia ingin tahu apa masalahnya dan di mana salahnya. Membiarkan segala sesuatu mengalir apa adanya tanpa mencari penyelesaian itu bukan wataknya.

Hari ini sepulang kerja, Agnitha masih saja dengan sikap diamnya. Meskipun menyapa singkat suaminya, namun tak ada percakapan panjang yang terjadi. Pertanyaan Marcus hanya dijawabnya dengan singkat. Terkesan malas-malasan.

Marcus yang sudah gemas dengan sikap Agnitha belakangan ini, segera mengikuti Agnitha ke dalam kamar. Suara aliran air yang teratur terdengar dari arah kamar mandi. Marcus melihat telepon seluler Agnitha tergeletak begitu saja di atas meja.

Marcus mengambil ponsel itu diam-diam dan membukanya. Untunglah Marcus tahu password-nya. Sebenarnya Marcus bukan tipe laki-laki yang suka mengorek-ngorek ponsel istrinya. Tapi, sikap Agnitha yang berubah akhir-akhir ini mau tak mau membuatnya menjadi curiga pada istrinya sendiri.

Marcus mulai membuka satu demi satu pesan, panggilan masuk dan keluar, maupun akun media sosial Agnitha. Tak ada yang mencurigakan. Pesan-pesan yang masuk dari kolega kerja dan sahabat, serta keluarganya tak ada yang aneh. Status media sosialnya juga begitu. Semuanya masih di taraf normal. Marcus menghela napas panjang. Tak ada yang bisa membuatnya keluar dari kerisauannya.

Suara guyuran air dalam kamar mandi berhenti. Marcus cepat-cepat meletakkan ponsel Agnitha ke atas meja. Ia pun duduk di tepi ranjang. Tekadnya malam ini masalah ini harus selesai. Ia tidak terbiasa membiarkan sebuah masalah berlalu begitu saja. Masalah harus diselesaikan bukan dibiarkan mengalir atau menguap begutu saja.

Agnitha keluar kamar mandi dengan bathrope putihnya. Rambutnya masih tertutup handuk. Ia terkejut saat melihat Marcus duduk di tepi ranjang sambil menatapnya tajam.

"Ada apa?" tanya Agnitha menutupi keterkejutannya.

"Seharusnya aku yang bertanya 'ada apa'," jawab Marcus tanpa mengalihkan pandangannya dari Agnitha.

Agnitha tidak suka jika Marcus menatapnya seperti itu. Marcus terkesan mendominasi dengan tatapan tajamnya.

"Kenapa?" tanya Agnitha lagi sambil mengusap kepalanya dengan handuk.

"Itu juga seharusnya aku yang bertanya 'kau kenapa'?" tanya balik Marcus.

"Ck, kenapa kau balik bertanya padaku?" kata Agnitha jengkel.

"Karena seminggu ini kau berubah. Lebih pendiam, wajah kusut, bibir cemberut, bahkan tidur membelakangiku," kata Marcus.

"Kan sudah kubilang tidak ada apa-apa," sembur Agnitha jengkel.

Ia sudah lelah dengan pekerjaannya hari ini. Ditambah Marcus yang menginterogasinya di rumah, ia merasa harinya tambah menjengkelkan.

"Pasti ada apa-apanya. Itu bukan dirimu yang biasanya," kata Marcus lagi. Nada suaranya mulai meninggi.

"Aku tak apa-apa. Jadi, tak usah khawatir. Bisakah kita hentikan pembicaraan ini? Aku lelah sekali," kata Agnitha sambil membawa baju gantinya ke dalam kamar mandi.

I Love UWhere stories live. Discover now