Day-6. Penyesuaian

Começar do início
                                    

Sesaat keduanya terdiam karena kaget. Tapi bukanya segera memperbaiki posisi, Arcello justru meracau, “Hmm ... wangi banget, Phi. Udah mandi, ya?” cetusnya.

Tanpa mempedulikan orang yang tengah ia peluk, Arcello malah mengendus-ngendus dada Gabriel sambil memejam. Bahkan ia mengabaikan pemilik dada yang tengah gemetar menahan kegugupan.

Gabriel masih membatu, kaku. Ia sibuk menetralkan degup jantungnya agar tidak terlalu cepat, mengingat telinga Arcello sedang menempel di dadanya.

“Saya belum mandi, Tuan,” terang Gabriel mulai bersuara. “Mungkin wangi baju yang tuan pinjamkan,” tebaknya.

“Ish! Mau bilang sok wangi bawaan lahir?” cibir Arcello, sambil menjauhkan wajahnya dari dada Gabriel.

Gabriel tersentak. Apa jawabanku salah, ya? Tapi, bukankah baju yang Tuan Arcell pinjamkan ini sangat wangi? batinnya.

Kelengahan Gabriel berhasil dimanfaatkan Arcello untuk mencuri sarapan yang sejak tadi dia ingini.

“Au?”

Gabriel masih bengong, ketika Arcello berhasil mendapatkan roti panggangnya, bahkan sekarang ia sedang mengunyah.

“Enak!” Arcello tersenyum sambil bergumam, puas.

Tidak ada yang bisa Gabriel lakukan ketika tersadar, roti panggang itu sudah berpindah tangan. Sedangkan pelakunya, sekarang terlihat senang dan kenyang. Melihat tingkah tuannya yang lucu, membuat Gabriel hanya bisa menggeleng sambil tersenyum.

Entah keberanian dari mana, yang membuat tangan Gabriel tiba-tiba mendarat pada kepala Arcello, lantas membenarkan beberapa helai rambut yang terlihat centang.

“Rambut tuan mengganggu,” terangnya.

Mendapat perlakukan yang mendadak, membuat Arcello yang tengah asyik mengunyah, seketika terdiam bungkam.

“Hanya hari ini!” ancam Gabriel. “Besok cuci muka dulu ... baru boleh sarapan.”

Arcello mengangguk pelan sambil mengunyah lagi.

Astaga! Pagi-pagi udah bikin anak orang jantungan, batin Arcello.

***

Arcello baru duduk pada kursi, ketika Auryn tiba di ruang kerja mereka. Auryn merasa heran karena sahabatnya yang mungil itu tumben tidak kesiangan. Saksama ia memerhatikan penampilan Arcello yang mencuri perhatiannya. Si pria yang biasanya kumal, kali ini tampak lebih rapi.

“Ohoo ... tumben-tumbenan Tuan Muda nggak kesiangan?” sindir Auryn begitu tiba di hadapan Arcello. “Lu juga rapian, sekarang. Pasti ada sesuatu?” tuduhnya sambil menggerakkan alisnya turun naik.

“Apaan sih, Kak? Serba salah, deh. Gue kesiangan, lu ngomel. Gue kucel, lu ngomel ... sekarang, gue udah nggak telat dan lebih rapi, lu malah curiga. Heran gue,” jawab Arcello kesal.

Auryn tertawa puas setelah membuat sahabatnya cemberut. “Ya, nggak biasanya aja lu kayak gini. Se kantor tuh udah pada tahu, kalau seorang Arcello Maqil yang mungil ini, adalah karyawan teladan,” ucap Auryn. “Tepatnya teladan kesiangan.”

“Ish! Lu, mah.” Arcello mencebik. Ia tidak menyangkal apa yang sahabatnya bicarakan. Arcello memang juaranya kesiangan, sampai atasan pun sudah bosan menegurnya. Mungkin, jika saja ia tidak banyak membantu perusahaan, sudah sejak lama Arcello ditendang dari tempatnya bekerja. Hanya saja, ia sangat pintar, sehingga, perusahaan pun akan berulang kali berpikir untuk melakukan itu.

“Ada apa, sih, Cell? Lu sembunyiin apaan dari gue?” desak Auryn. Kalau soal kepekaan, jangan ditanya, Auryn juaranya. Dibanding Arcello, Bian, dan Zach, Auryn selalu menjadi orang pertama yang menyadari jika ada keanehan terjadi di sekitar mereka.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Onde histórias criam vida. Descubra agora