"Nada, ya, Nada adalah kekasihmu, bukan? Orang-orang mengatakan bahwa kalian sudah pacaran hampir empat tahun dan akan segera bertunangan?"

"Tunangan?" Alfian tertawa. "Kasnia, aku dan Nada memang memiliki hubungan yang dekat, tapi mengenai tunangan itu hanya gosip belaka. Janganlah langsung percaya pada desas-desus yang tersebar di mana-mana. Kita juga dekat, kan? Lebih baik tanyakan langsung kepadaku daripada langsung percaya pada omongan orang lain."

"Tolong, jauhkan dirimu dari aku, Alfian! Aku tidak ingin merusak hubungan kalian. Biarkan aku bahagia dengan kehidupanku sendiri, dan jangan memberiku harapan palsu, mengerti?!"

"Aku tidak akan melakukan hal itu, Kasnia. Karena aku mencintaimu."

Kasnia memilih untuk pergi, meninggalkan Alfian, sambil menangis sepanjang jalan sore itu. Dia lupa untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Selfa dan orang-orang terdekat.

•••

Setelah kejadian itu, Alfian memohon maaf kepada Kasnia dan meminta kesempatan untuk tetap ada di hatinya. Dia berjanji untuk menyelesaikan masalah dengan Nada di kemudian hari. Kasnia, setelah berpikir sejenak, memberikan jawaban singkat dan membuka pintu untuk memperbaiki hubungan mereka.

Kasnia meminta Alfian untuk berbicara secara pribadi, setelah menjalani hubungan tanpa status di belakang. Kasnia telah memberikan jarak di antara mereka berdua untuk tidak bertemu. Sosok pria yang saat ini ada di hatinya, namun tidak memiliki status yang jelas di antara mereka. Hubungan apa pun yang mereka jalani saat ini tampaknya tanpa arah dan tujuan. Kali ini, dia ingin meminta penjelasan yang jelas dari pria tersebut.

Alfian menatapnya dengan intens, mulutnya tertutup rapat seolah-olah dia kesulitan untuk memulai percakapan. Jadi, di sore hari setelah setahun lamanya menjalani komitmen, dia terpaksa bertemu dengan Kasnia di suatu tempat.

Tidak ada percakapan yang dimulai oleh keduanya. Kasnia memilih untuk menatap wajah sedih Alfian.

"Selesaikan saja komitmen kita, Alfian. Berkomitmen denganmu hanya akan membuatku terjebak dalam kebodohan. Apakah aku harus rela menjaga hatiku hanya untukmu, sementara kamu menjaga hati untuk dua wanita?" tanyanya langsung ke pokok permasalahan.

"Kasnia, dengarkan dulu! Aku sayang padamu, Kasnia." Namun, Kasnia tidak langsung merespons.

"Apa, sayang? Lalu kenapa kamu mempermainkan hati dua wanita, Alfian? Apakah kamu benar-benar mau bersamaku? Tapi kenapa kamu masih bertahan dengan Nada?"

"Siapa yang tidak mau bersamamu, Kasnia? Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untukmu, tapi di sisi lain aku juga sayang pada Nada, aku tidak bisa melepaskan Nada begitu saja."

"Tapi, jika suatu saat aku dan Nada tidak berjodoh, lalu aku datang ke rumahmu. Apakah kamu masih mau menerimaku, Kasnia?" lanjut Alfian.

"Kamu egois, Alfian! Coba pikir, untuk apa aku menerima orang yang sudah membuat hatiku sakit, yang telah menyia-nyiakan kasih sayangku, yang datang saat butuh dan menghilang saat bahagia. Sungguh sakit, bukan? Seberapa banyak pun kamu memohon, aku tidak akan menerima kamu lagi. Aku mohon, lepaskan aku! Akhiri saja komitmen kita. Biarkan aku bebas tanpa harus merasakan sakitnya luka ini."

"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, Kasnia. Silakan! Karena pada dasarnya aku tidak bisa melepaskan Nada. Maafkan aku, semoga kamu selalu bahagia di luar sana, Kasnia."

"Terima kasih, semoga kamu juga bahagia."

Dilema cinta. Itu adalah hari yang buruk. Karena pada tahun lalu harus merasakan pahitnya cinta yang tak pernah terlupakan seumur hidup. Sebenarnya belum pernah jatuh cinta sejatuh ini pada seorang pria. Tapi mengapa hati ini harus jatuh pada orang yang sudah memiliki kekasih. Ya, padanya yang bahkan tidak pernah mau mengakui bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama. Padanya yang begitu egois ingin memiliki keduanya. Padanya yang membuat perasaan ini begitu sia-sia.

•••

Kasnia tertawa getir ketika mengenang kejadian buruk di tahun lalu, dan air matanya mulai mengalir. Ia segera mengusap air matanya dengan kasar.

Selfa bertanya kepada Kasnia, "Bagaimana perasaanmu sekarang terhadap Alfian?"

Kasnia menjawab, "Insya Allah, aku ikhlas, Sel. Ternyata mengikhlaskan itu sangat melegakan, ya? Pada dasarnya, mungkin Alfian memang bukan takdirku, tapi takdirnya adalah bersama Nada."

Selfa memberikan dukungan, "Baguslah. Jangan biarkan kebodohan itu terulang lagi, ya, Kasnia. Cukup sekali saja."

Kasnia menanggapi, "Tidak, kok. Lagian sudah lama sekali kita tidak berkomunikasi sejak aku keluar dari vokalis, dan katanya grup yang dibentuk oleh Alfian juga sudah bubar."

Kasnia menyadari bahwa jika memang harus menjauh dan takdir tidak mempertemukan mereka lagi, itu tidak apa-apa. Bahkan, tanpanya, ia bisa bernapas lega dan tidak merasakan lagi sakit hati karena cinta yang terbagi. Semua luka hati akan sembuh, dan tidak ada lagi urusan cinta dengan Alfian yang pernah membuatnya berjuang setengah mati.

Kasnia memilih untuk menghilang. Bukan berarti ia menghilang dari dunia, tapi ia ingin menghilang dari kehidupan Alfian.

Selfa menawarkan sebuah surat dari Dika, teman sekolah dasar mereka yang dulu pernah mengejar-ngejar Kasnia. Selfa menanyakan, "Ini ada surat dari Dika, kamu ingat kan?"

Surat tersebut berisi,
"Hai, Kasnia. Aku kembali dengan sosok Dika yang mencintaimu tanpa syarat. Aku meramalkan bahwa alam semesta akan menyatukan cinta kita. Jika itu kenyataannya, aku sangat senang!"

TAMAT

Inisial M. Sukabumi, 2019
1777k kata

Antologi CerpenWhere stories live. Discover now