Kasnia teringat pada hari ketika Alfian mengungkapkan perasaannya, dua hari setelah undangan hadroh di Sukabumi. Itu adalah momen yang paling bahagia di antara hari-hari mereka, meskipun Kasnia juga memiliki perasaan yang sama sejak lama, dia memilih untuk menyimpankan karena rasa malu.

Awalnya, Kasnia tidak percaya bahwa Alfian memiliki perasaan untuknya. Baginya, sulit dipercaya bahwa seorang lelaki seperti Alfian bisa tertarik pada perempuan biasa seperti dirinya. Selain itu, Alfian juga sangat pintar dan tak ada yang bisa menandinginya.

Namun, seiring berjalannya waktu dan seringnya mereka bermain hadroh bersama, Kasnia merasa nyaman dengan kehadiran Alfian. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dan itu membuat rasa nyaman di antara mereka semakin tumbuh.

Suatu hari, Alfian mengungkapkan perasaannya kepada Kasnia. Dia mengatakan bahwa setiap kali dia dekat dengan Kasnia, dia merasa nyaman. Meskipun dia tidak yakin dengan perasaannya sendiri, dia berpikir bahwa itu mungkin rasa cinta atau hanya perasaan biasa karena mereka sering bersama.

Kasnia merespons dengan mengatakan bahwa mungkin itu hanya perasaan Alfian saja karena mereka memang sering bersama. Namun, Alfian mengungkapkan bahwa dia tidak ingin kehilangan Kasnia dan tidak ingin melihatnya bersama orang lain.

Kasnia mengakui bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Akhirnya, mereka sepakat untuk saling menjaga hati satu sama lain. Mereka berkomitmen untuk menjaga perasaan mereka dan tidak membiarkan orang lain masuk dalam hubungan mereka.

Kasnia menerima komitmen tersebut dan mereka memutuskan untuk merahasiakan hubungan mereka, kecuali kepada teman mereka, Selfa. Mereka ingin menjaga kedekatan mereka tetap pribadi dan tidak ingin ada campur tangan dari orang lain.

•••

Setelah setahun menjalani komitmen tanpa kepastian. Hari itu, acara maulid nabi di kampung tempat tinggal Kasnia. Dengan langkah ragu, Kasnia mendekati teman-temannya yang sedang berkumpul di teras majelis. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu dengan serius, yang membuat Kasnia penasaran.

Kasnia duduk di samping Selfa, sambil membuka kotak kecil berisi kue dan minum air mineral. Namun, saat mendengar pembicaraan yang membuat hatinya sakit, air mata mulai mengalir di pipinya

"Aku iri, bagaimana orang lain bisa memiliki hubungan yang langgeng, seperti Alfian dan Nada." Bagitu kata salah satu teman Kasnia.

"Iya, mereka sudah berpacaran selama empat tahun dan kabarnya akan tunangan."

Kasnia terkejut dan hatinya mulai dipenuhi dengan pertanyaan.

"Mengapa Alfian melakukan hal itu di belakangnya? Apa benar Nada, perempuan yang dikatakan sebagai kekasih Alfian?"

Dengan hati yang berdebar, Kasnia berjalan menuju tempat parkir, tanpa memperdulikan tatapan heran dari orang-orang di sekitar. Dia berfikir tentang alasan di balik tindakan Alfian dan kehadiran Nada. Rasa cemas dan luka hati mulai terasa jelas di hadapannya.

Kasnia berhenti sejenak, mengatur napasnya dan menahan air mata agar tidak tumpah. Dia melangkah maju setelah Nada pergi dari tempat itu.

Alfian terkejut saat Kasnia mendekatinya.
"Kasnia?" tanyanya.

"Kasnia, kamu juga di sini?" tanya dia lagi.

Kasnia berbalik dan menatap wajah Alfian dengan hampa, kali ini air matanya berhasil mengalir deras. Alfian terkejut melihat reaksi tersebut.

"Tolong, jauhkan dirimu dari aku, Alfian!"

"Mengapa? Mengapa tiba-tiba kamu bicara seperti itu?" tanya Alfian heran.

Antologi CerpenWhere stories live. Discover now