Day-5. Kesepakatan

Começar do início
                                    

Gabriel langsung menggerakkan jari tangannya, seolah menghitung. Pandangannya bahkan menerawang ke atas. Sedangkan Arcello mulai jengah menunggu jawaban, dia berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air.

“Sekitar ... tiga puluh ribu tahun,” terangnya, setelah sekian lama menghitung.

Mendengar jawaban itu, Arcello yang tengah minum, sontak tersedak dan menyemburkan bernas air dari dalam mulutnya. Ia terbelalak. “Gila!” pekiknya tak percaya.

Melihat reaksi tuannya, Gabriel pun ikut terkejut. Dia buru-buru menyusul Arcello ke dapur dengan membawa tisu. Tanpa konfirmasi dari Arcello, Gabriel serta-merta mengelap bibir tuannya yang berpelotan.

Arcello tercengang mendapat perlakukan dari Gabriel. Tubuhnya mendadak kaku saat ujung bibirnya dilap dengan lembut.

“Sudah ...,” ujar Gabriel sambil tersenyum, setelah mengelap sudut bibir tuannya. Tanpa rasa bersalah, Gabriel kembali ke ruang tengah, dan meninggalkan Arcello begitu saja di dapur.

Setelah Gabriel berlalu, Arcello mengerjap-ngerjapkan mata, tak yakin dengan peristiwa yang terjadi secepat kilat itu.

Wait ... wait!” sela Arcello berusaha memulihkan kewarasannya sambil menyusul Gabriel ke ruang tengah. “Tiga puluh ribu tahun?” tanya Arcello memastikan, setelah ia kembali duduk di sofa. Gabriel pun mengangguk, yakin.

“Tua banget!” seru Arcello yang merasa takjub.

Gabriel tertawa renyah. “Tidak setua itu, Tuan. Hitungan umur bangsa malaikat, dengan manusia, jelas berbeda,” terangnya. “Jika menggunakan hitungan manusia, usia saya paling sekitar ...,”

“Tiga puluh tahunan, sih, pantasnya," tukas Arcello sepihak. “Yang jelas, usiamu lebih tua dariku.”

Gabriel pasrah. Terserah tuannya mau berkata apa. Di matanya, Arcello masih saja terlihat lucu. Ia pun mulai menikmati obrolan ala manusia.

"Jadi, aku harus memanggilmu, apa?” tanya Arcello lagi.

“Terserah Tuan, apa pun saya terima,” timpal Gabriel.

Arcello berdecak, “Ish! Kamu ini.” Sesaat ia tampak berpikir, memilih-milih panggilan yang tepat untuk pria tampan di hadapannya. “Kakak? ... nggak. Mas? Dih, nggak cocok. Om? harusnya sih Om, tapi enggak deh. Abang? Ntar kayak tetangga sebelah. Apa lagi, ya?” gumamnya. Entahlah, memberi panggilan untuk Gabriel, seperti sebuah keharusan untuknya.

“Aha!” Tiba-tiba Arcello memekik. “Gimana kalau Phi, aja? Boleh?” usul Arcello dengan mata yang berbinar, berharap disetujui.

Sesaat, Gabriel mengernyit, kurang paham. Sedangkan Arcello menanti penuh harap.

“Aku lagi ngerjain buku terjemahan dari Bahasa Thailand. Di sana, Phi dipakai untuk memanggil orang yang lebih tua,” terang Arcello. “Aku rasa ini cocok untukmu,” usulnya. “Mau, ya? Please, mau, lah!”

Arcello benar-benar memaksakan kehendaknya. Entah kenapa, ia sangat ingin memanggil Gabriel dengan sebutan Phi. Selain karena usia yang lebih tua darinya, ia juga berpikir, kalau si malaikat itu mirip ‘Phi’, yang berarti hantu. Alasannya sudah jelas. Pada awal kemunculannya, Gabriel seperti hantu yang berhasil membuat Arcello ketakutan.

Melihat tuannya bertingkah menggemaskan, membuat Gabriel tidak tega berlama-lama membiarkan Arcello menunggu jawaban. Sang mantan malaikat pun mengangguk, sepakat.

Arcello tersenyum. “Oke. Phi Gab ... gimana?” cobanya. Gabriel pun mengangguk dan tersenyum senang.

“Oh, ya. Phi juga nggak perlu manggil aku Tuan. Panggil saja Arcell,” pinta Arcello.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Onde histórias criam vida. Descubra agora