{7} . Dia Hanya membutuhkan Bulan dan bintang untuk Menemaninya//

Start from the beginning
                                    

Raya berjalan menuju ke barusan bangku mereka dengan wajah lempeng dan mendudukkan bokongnya di kursi.

Kring... Kring... Kring.

Bell berbunyi memekakan telinga. Mereka semua memasuki kelas masing-masing yang sudah ditentukan.

" Lilya, kelas kita mungkin bakal jadi kelas terfavorit. " Bisik Indi.

" Kenapa? "

Indi menunjuk dua orang yang duduk tak jauh dari mereka. Mereka adalah Nata dan Catra, masih ingat Nata?

" Harus banget ya sekelas sama Nata?" Bisik Lilya juga.

" Catra juga. Kalo gini caranya sih... Mana bisa move on gw?! " Resah gelisah Indi

" Demo yuk ke ruang kepala sekolah. " Lanjut Indi membuat Lilya tertawa.

" Kalian lagi bicarain apa sih? " Tami merubah posisinya yang semula menghadap ke depan sekarang mata mereka saling beradu.

" Si Nat---" Belum sempat Lilya memberitahukan kepada Tami, ucapannya langsung ditegur oleh guru yang baru saja masuk membuat mereka langsung diam dan tidak berbicara lagi.

" Jadi, saya adalah wali kelas kalian. Perkenalkan nama bapak Azad Gamil, kalian bisa panggil pak Aza. Ada yang ditanyakan? "

Semua dikelas itu diam saling melirik satu sama lain.

" Tidak ada ya. Em, yaudah kita pemilihan ketua kelasnya aja. Siapa yang mau sukarela menjadi ketua kelas disini. "

Mereka langsung menunjuk kepada satu orang yaitu kepada marella utami dengan senyuman lebar.

" Nggak pak! Aku gak mau. " Tolak Tami keras. Tapi, tak diindahkan oleh pak Aza membuat nya cemberut.

" Deal ya. Nata aidin kafee yang menjadi wakilnya. " Final pak Aza.

" Sabar ya. " Kata Indi dan Raya menepuk bahu Tami berniat menyemangati.

***

Mereka berempat berjalan menuju kantin untuk mengisi cacing-cacing. Selama perjalanan mereka ke kantin, tami selalu mengoceh membicarakan apa yang ia lihat. Lilya seperti ibu-ibu yang sedang menjaga ketiga anaknya. Di antara mereka keempat lilya lah yang paling tinggi kemudian raya dan indi lalu tami.

" Wah, masakan bu kantin gak pernah mengecewakan, selalu enak! " Puji tami, masih mengunyah nasi yang hampir penuh di mulut nya.

" Jangan bicara kalau lagi ngunyah. " Peringat raya sambil melirik sekilas ke arah tami. Yang di angguki  berkali-kali oleh tami tak lupa juga menampilkan senyuman lebarnya.

" Kok lo lucu banget. " Ucap indi sambil mencubit pipi tami gemas.

" Sakit tau. " Kata tami sambil Cemberut sembari mengusap pipinya yang memerah bekas cubitan dari indi.

" Adik-adik kelas kita kenapa pada centil-centil banget sih. " Indi melirik sekitarnya diikuti oleh lilya, raya dan tami, lalu kompak menggelengkan kepalanya melihat adik-adik kelasnya yang sibuk merapikan tataan rambut dan make up nya.

DERMAGA//Where stories live. Discover now