Arcello tampak serius di depan laptop. Bola matanya bergulir memeriksa email yang belum sempat ia baca. Beberapa berisi laporan pekerjaan. Lainnya notifikasi pengiklan, dan satu pemberitahuan teyan untuk korban bencana alam, yang baru-baru terjadi di salah satu daerah.

Tidak lama kemudian, matanya teralihkan saat menyadari kejanggalan terjadi. Arcello menyadari jika apartemennya tampak lebih rapi dan bersih. Beberapa barang tertata di tempatnya. Tidak tampak sampah tisu ataupun kemasan makanan berceceran. Terlebih, Arcello melihat lantainya lebih bening mengkilap, tanda sudah dipel.

Alih-alih memeriksa email pada laptop, Arcello malah memeriksa apa yang telah terjadi di apartemennya. Ia menghampiri rak buku yang tidak jauh dari tempatnya berada. Dengan cermat Arcello memeriksa buku-buku yang sudah tersusun rapi, dengan rak yang tampak lebih bersih, tidak berdebu lagi.

Tidak sampai di situ, Arcello pun berlari ke arah tempat sampah. Betapa terkejutnya saat tak mendapati satu pun sampah di dalamnya. Ia mundur beberapa langkah sambil menggelengkan kepala, tak percaya.

"Perasaan belum sempat beres-beres, deh?" Arcello menyangkal kejanggalan yang terjadi di apartemennya. Dengan wajah yang memucat, buru-buru ia kembali ke ruang tengah-menutup laptop dan membawanya ke kamar sambil berlari.

***

Di hari berikutnya, Arcello semakin dibuat kebingungan dengan kondisi apartemennya yang semakin rapi. Kejanggalan terlalu kentara untuk diabaikan. Kini, bukan cuma rak buku yang dirapikan. Piring dan gelas kotor yang menumpuk di wastafel pun tampak tersusun rapi pada raknya.

Tidak sampai di situ, Arcello pun mulai mengecek barang-barang lain. Misalnya, stok makanan di dalam kulkas, beberapa pasang sepatu pada rak, serta pakaian berantakan yang ada di dalam lemari-semua sudah tertata rapi.

Namun, bukannya takut, Arcello malah semakin penasaran dengan apa yang terjadi saat ia tidak berada di apartemen.

Teringat akan sesuatu, Arcello membuka laptop dan menyalakannya. Ia teringat dengan aplikasi CCTV yang sempat ia hapus karena terlalu memakan banyak ruang pada laptopnya. Kemudian, ia kembali memasang aplikasi tersebut dan menyalakannya.

"Kita lihat, siapa pelaku sebenarnya?" gumam Arcello sambil tersenyum licik.

Dua hari setelah Arcello menyalakan CCTV di dalam apartemen, tapi tidak menemukan siapa pun berada di sana saat dirinya pergi bekerja. Hal tersebut benar-benar membuat Arcello stres. Belum lagi perkara pekerjaan yang semakin hari semakin banyak. Ia merasa kepalanya seperti mau pecah. Sampai membuat siapa pun yang melihatnya tampak khawatir, termasuk Auryn.

Auryn berjalan menghampiri Arcello yang tertidur di meja kerjanya. Auryn sama seperti Zach dan Bian. Dia adalah rekan kerja sekaligus sahabat Arcello. Auryn mengamati apakah sahabatnya benar-benar tidur atau tidak. Biasanya Arcello memang suka pura-pura tidur sambil mendengarkan musik. Tapi sepertinya kali ini ia benar-benar tertidur.

Auryn mendengus. Dengan kesal ia pun menggebrak meja yang membuat Arcello melonjak, kaget.

“Woy! Tidur mulu,” seru Auryn.

“Astaga, Kak. Kaget tahu.” Archello terbangun dari tidurnya setengah melompat, kemudian mengusap dada.

“Lagian ... Masih pagi juga udah molor aja. Yang lain pagi tuh dilihat segar. Lah, lu malah kumal kayak cucian baju yang udah numpuk seminggu," omel Auryn. "Ada apaan sih?” tanyanya sambil menarik kursi dan duduk di sebelah Arcello.

Arcello tampak menghela napas. “Gue kurang tidur karena lagi bingung, Kak. Akhir-akhir ini ada kejanggalan yang terjadi di tempat gue,” jelasnya sambil mengucek mata.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Where stories live. Discover now