Part 23 - Best Wishes For Us (END)

Start from the beginning
                                    

Saat ini aku, Alfa, dan Ravi memang sedang berada di perjalanan menuju rumah Ravi. Siang ini aku dan Ravi ada janji temu dengan Mami Astrid yang sekarang sudah kupanggil Mami tidak lagi Tante seperti dulu dan tim Wedding Organizer yang juga sebenarnya milik Mami Astrid.

Aku dan Ravi akhirnya memutuskan untuk menikah setelah 3 bulan yang lalu Ravi, Mami Astrid, Papi Keenan, dan Jimmy datang ke rumah untuk melamarku. Saat itu juga aku langsung mengiyakan lamaran tersebut karena 2 bulan setelah percakapan kami di Toilet Hotel, Ravi mulai menjelaskan semuanya secara lebih detail dan tidak lelah untuk meyakinkanku kalau dia benar-benar mencintaiku. Akupun luluh dengan perjuangannya.

"Astaga Kakakku sayang. Maafkan daku. Aku benar-benar lupa Kak. Sekarang aku langsung kirim ke email Kakak ya. Maaf sekali lagi ya Kak. Pokoknya Kakak jangan marah ya. Aku nggak akan ulangin lagi kok." Alfa mencoba bernegosiasi denganku.

Akupun tersenyum mendengar penuturan Alfa barusan.

"Iya Alfaku sayang. Kakak nggak marah deh sama kamu. Tapi kamu jadi kan temani Rafa jadi pasangan bridesmaid-groomsmen di wedding Kakak dan Bang Ravi? Kakak nggak terima penolakan loh."

"Dih... kalau nggak terima penolakan kenapa masih nanya Kak? Terserah Kakak dan Abang lah. Astaga... yang ada nih ya Abang pasti akan ngadu yang nggak-nggak ke Mommy dan Daddy kalau aku nggak turutin mau kalian. Lagian kenapa juga si Rafa harus putus dengan Agnes sih? Jadi aku yang repot kalau gini."

"Hei dilarang menggerutu ya adik kecil. Lagian kenapa kamu dan Rafa nggak pacaran lagi aja sih? Kan seru tuh." ujar Ravi yang kemudian ikut serta dalam pembicaraanku dan Alfa.

"Ihh... Apaan sih Bang. Ogah banget. Jangan coba-coba untuk jadi Mak Comblang deh Bang! Maaf ya Kak, bukannya aku mau jelek-jelekin adik Kakak itu, tapi aku udah terlanjur sebel banget sama adik Kakak yang satu itu."

"Sebal beneran atau sebal pura-pura dek? Abang doain kamu CLBK sama Rafa. Kamu tahu nggak kemarin waktu Abang sama Kak Rosa double date dengan Kak Dana dan Bang Jack, Rafa tiba-tiba datang dan ikut gabung bareng kami berempat. Ternyata Kak Dana yang telepon Rafa dan suruh Rafa ikut gabung sama kami. Kak Dana juga interogasi Rafa panjang lebar. Kak Dana dan Bang Jack udah maafin Rafa kok dek. Malah mereka berdua mendukung Rafa untuk balikan lagi sama kamu." ucap Ravi masih mencoba meyakinkan Alfa.

"Iya Alfa sayang. Kak Dana dan Bang Jack udah mendukung kalian berdua untuk celebek-celebek kok. Kakak sama Abangmu ini juga dukung banget kok, biar kamu jadi adik ipar Kakak." ucapku dengan penuh semangat.

"Loh emang kalau aku nggak jadi dengan Rafa juga aku bukan adik ipar Kakak? Ya tetap adik ipar toh kakakku sayang. Lagian udah ah jangan dekat-dekatin aku sama Rafa lagi. Aku juga harus jaga hati yang lain Kak, Bang. Kak Dana juga nggak ada cerita sama sekali ke aku mengenai pertemuan kalian kemarin dengan Rafa. Jadi, tolong Kak, Bang stop untuk coba comblangin kami berdua. Aku sedang mencoba untuk menata hatiku kembali untuk menerima pria lain di dalam hidupku dan maaf itu bukan Rafa. Rafa cukup menjadi masa laluku." ucap Alfa dengan nada serius.

Aku dan Ravipun berpandangan mata sebentar dan menggelengkan kepalaku, memberi kode kepada Ravi agar tidak melanjutkan pembicaraan ini. Ravipun menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengerti akan kode dariku.

"Alfa, maafkan Kakak dan Abang kalau begitu. Kakak yakin kamu tahu apa yang terbaik untuk hidupmu." ucapku.

"Dek, Abang benar-benar minta maaf sama kamu ya. Abang dan Kakak janji untuk stop jodoh-jodohin kamu dan Rafa lagi. Abang tahu kamu sedang mencoba untuk menerima Danesh dalam hidupmu. Apapun hal positif yang kamu lakukan, Abang dan Kakak akan selalu mendukungmu." ungkap Ravi.

"Bang, Kak, maafkan Alfa. Tapi memang buat Alfa, Rafa itu hanya masa lalu, kenangan buruk yang sudah aku tutup rapat-rapat. Sekarang aku mau fokus dengan hubunganku dengan Bang Danesh. Maafkan aku sekali lagi Kak, Bang." ujar Alfa.

Sebelum aku dan Ravi menjawab Alfa, tiba-tiba ponselku berdering dan tertera nama 'Shanly' di layar ponselku. Akupun menjawab panggilan tersebut dan ternyata Shanly mengatakan bahwa ia sudah sampai dengan selamat di Bali tadi pagi.

Shanly juga mengucapkan terima kasih banyak sekali lagi kepadaku, Papa, Mama, Rafa, dan Alfa yang sudah banyak membantu Shanly dan keluarganya ketika Pak Broto, ayahanda Shanly meninggal dunia.

Shanly memutuskan untuk resign dari Elalov Company 1 minggu yang lalu. Shanly, ibu, dan ketiga adiknya memutuskan untuk pindah dan menetap di Bali mengikuti sahabat ibu Shanly.

Di Bali, Shanly juga langsung mendapat pekerjaan baru sebagai Sekretaris Utama Perusahaan milik sahabat ibu Shanly.

Dari pengamatanku sewaktu membantu Shanly di rumahnya saat itu, aku memang melihat kalau sahabatnya Bu Broto itu sangat baik kepada Shanly dan keluarganya.

Jujur saja saat itu aku dan Alfa sempat terpana melihat ketampanan Om Jomblo, kalau kata Shanly itulah namanya. Malahan saat itu aku dan Alfa mendengar Shanly selalu memanggilnya Om Blo.

Saat aku dan Alfa serius menanyakan namanya, Shanly dengan tegas menjawab 'Om Jomblo'. Aku dan Alfa memang sempat mengira bahwa Shanly sedang bercanda dengan kami.

Tapi kenyataannya memang sedari dulu Shanly dan ketiga adiknya tidak pernah tahu nama sebenarnya Om Jomblo tersebut. Sedari kecil mereka berempat selalu memanggil sahabat ibunya tersebut dengan panggilan 'Om Jomblo' seperti yang selalu dijawab oleh ayah dan ibu Shanly ketika Shanly dan ketiga adiknya terus bertanya siapa sebenarnya nama asli si Om Jomblo tersebut.

Aku dan Alfa yang saat itu mendengar penjelasan Shanly pun tambah melongo. Kami sangat bingung kenapa ayah dan ibu Shanly begitu merahasiakan nama asli sahabatnya tersebut. Tapi sudahlah kami juga saat itu tidak mau ambil pusing dengan persoalan nama saja.

Look at Me, PleaseWhere stories live. Discover now