Part 23 - Best Wishes For Us (END)

4.4K 48 0
                                    

"Udah selesaikah?" tanya Danesh tiba-tiba saat melihat aku dan Ravi keluar bersamaan dari dalam Toilet.

Aku juga melihat Alfa yang sudah tertawa cekikikan dan tampak sangat segar sembari mengunyah biskuit cokelat yang ada di tangannya.

Sepertinya Alfa memang tidak benar-benar sakit, berarti Alfa yang muntah-muntah tadi merupakan bagian dari skenario mereka juga. Astaga! Aku yang benar-benar panik tadi pasti akan jadi bahan candaan Alfa di kemudian hari. Bisa-bisanya mereka membuat skenario seperti itu.

"Pasti udahlah Bang. Lihat aja itu wajah malu-malu tapi mau calon kakak ipar aku. Hehehe... sukses kan Bang skenario buatan aku? Makanya jangan batu dibilangin!" tutur Alfa sembari mengedipkan sebelah matanya ke arahku yang kali ini malah membuatku kesal dengan tingkahnya.

Apa-apaan bilang aku malu-malu tapi mau. Dasar Alfa! Ada-ada saja tingkah jahilnya. Awas saja kamu ya Alfa, aku pasti akan sesegera mungkin membuat kamu dan Rafa bersatu kembali seperti dulu. Jangan sampai si Rafa keduluan sama Danesh.

"Iya deh adik Abang yang paling cantik. Makasih banyak ya atas bantuanmu selama ini. Tapi udah ah jangan goda calon kakak iparmu seperti itu. Nanti ribet urusannya kalau bidadari cantik di samping Abang ini marah." goda Ravi ke arahku yang seketika membuatku terkekeh mendengarnya.

"Aihhh... Bang, lihat tuh si Kakak malah ketawa loh!" seru Alfa sembari menunjukku.

"Alfa! Udah cukup ih! Kamu tuh senang ya lihat aku kayak gini? Ternyata ini semua tuh rencana kamu ya. Nyebelin ih kamu Alfa! Kamu tahu nggak tadi sepanik apa Kakak lihat kamu kayak gitu." tegurku kepada Alfa.

"Kakak?" tanya Alfa menatapku dengan raut tak percaya.

Alfa kemudian menambahkan lagi "Ciee... ini kode loh Bang dari Kak Rosa biar dihalalin cepat-cepat. Yeah... berarti Tante Astrid nggak bakal sedih-sedih lagi karena anak bujangnya yang belum laku-laku. Akhirnya ya Bang. Sesuatu banget ini sih. Hehehe."

"Alay banget sih kamu Klenting Alfania. Siapa juga yang kode? Udah ah aku lapar nih, kita order makanan aja yuk!" ujarku dengan nada memelas.

Jujur saat ini aku memang tiba-tiba merasa sangat lapar. Sepertinya energiku banyak terkuras hari ini.

"Yaudah Nesh minta tolong order makanan untuk kita ya. Gw mau telepon Om Elard dan Om Mahen dulu buat mengabarkan kalau Rosa dan Alfa nggak bisa pulang malam ini." ujar Ravi.

Kemudian Ravi menatapku dan membelai lembut puncak kepalaku sembari berkata "Sayang, sebentar aku telepon papa kamu dan Om Mahen dulu ya. Biar Danesh atau Alfa yang order makanannya."

"Iya Rav, makasih banyak ya. Nanti selesai kamu call papa. Aku juga mau langsung call papa. Danesh, minta tolong order secepatnya ya makanan kita. Ini cacing di perut aku udah bunyi-bunyi minta asupan. Hehehe." ucapku.

Setelah selesai makan malam bersama, kamipun menghabiskan waktu untuk bertukar cerita. Aku dan Alfa bergantian untuk tidur karena sebelumnya di saat Ravi dan Danesh turun ke bawah untuk mengambil orderan makanan kami, aku dan Alfa sudah sepakat untuk gantian tidur karena biar bagaimanapun kini ada 2 orang pria dewasa dan 2 orang wanita dewasa di dalan 1 kamar yang sama.

Tentu saja seharusnya itu tidak etis, walaupun posisinya aku dan Danesh sepupu jauh, sedangkan Ravi dan Alfa sepupu dekat. Jadi aku dan Alfa sepakat untuk bergantian tidur dengan pembagian jam. Kami juga menyetel timer agar kami lebih tahu di jam berapa kami bisa berganti.

Sebenarnya aku sih oke-oke saja meskipun kami tidak memakai timer, tapi Alfa yang terus memaksa agar memakai timer karena Alfa merasa tidak enak denganku.

*****

"Alfa! Mana laporan keuangan pembangunan Perumahan bersubsidi yang ditanggung jawabi oleh DARR Company? 2 hari yang lalu aku udah minta kamu untuk kirim ke emailku loh." tanyaku kepada Alfa yang sedang bermain Mobile Legend di ponselnya.

Look at Me, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang