"Kita mau kemana sekarang?" Dewi memandangi area sekitar yang bukan menuju rumahnya, ia melirik Putra dari kaca spion.

Tak ada jawaban dari Putra, laki - laki itu terus melajukan motor sesekali tersenyum di balik helmnya. Perlahan motor pun seketika berhenti di depan sebuah rumah makan.

"Turun Sayang, gue laper pengin makan."
Dewi memandangi sekilas rumah makan tersebut sebelum turun dari motor.

Putra segera menggandeng tangan Dewi memasuki rumah makan. Terlihat suasana yang begitu ramai hingga tak ada satupun meja untuk di isi.

"Ramai banget, Sayang. Bagaimana dong." ujar Putra. Menatap sekeliling meja yang penuh dengan orang - orang.

Seketika Dewi teringat dengan bakso langganan Ibunya, perempuan itu segera menepuk bahu kekasihnya itu membuat Putra menoleh pada Dewi. "gue ada tempat makan yang enak, tapi gue gak yakin elu mau ke sana?"

Putra hanya diam sembari memikirkan kata - kata dari Dewi, tiba - tiba perut Putra berbunyi menandakan bahwa tidak ada pilihan lain selain menuruti kata - kata Dewi.

Putra segera menganggukkan kepala, mengiyakan ajakan Dewi.

Dewi melengkungkan senyuman, sengaja ia membawa Putra pergi ke sana, jarang sekali mereka makan di tempat seperti itu.

Biasanya Putra membawa Dewi untuk makan di restoran hingga Dewi lama - kelamaan bosan dengan makanan di tempat itu.

Putra bergegas melajukan motornya ke tempat yang di tunjukkan oleh Dewi. Beberapa menit kemudian mereka pun tiba di depan warung bakso yang berada di pinggir jalan.

Melihat tempat itu, tatapan Putra sedikit aneh karena baru kali ini, ia makan di tempat seperti itu. Laki - laki itu segera melirik Dewi yang masih ada di belakangnya. "elu yakin mau makan di tempat seperti ini?"

Dewi menganggukkan kepala sembari turun dari motornya. Setelah melepas helm ia segera menarik tangan Putra yang masih terdiam dan atas motornya.

"Ayo."

Putra masih terdiam di atas motornya, ia melirik warung dan Dewi secara bergantian.

"Katanya laper pengen makan." Dewi terkikik sambil menunjuk perut Putra.

Putra menghembuskan nafas kasarnya sebelum akhirnya turun dari motor, sebenarnya laki - laki itu ingin mengajak kekasihnya itu di rumah makan namun pada akhirnya berakhir di sebuah warung.

Laki - laki itu kini terlihat canggung berada di dalam warung, matanya mengitari orang - orang dan suasana di dalam warung, tanpa berlama - lama Dewi segera menarik Putra ke sebuah meja.

Dewi segera mengambil menu yang ada di atas meja, ia melihat barisan makanan dan minuman yang tersedia di warung itu.

Dari sederet makanan itu ada satu makanan yang yang menjadi favoritnya.

Seorang pelayan wanita datang ke meja Dewi dan Putra. "Kakak, mau pesan apa?"

"Saya mau bakso ikan dan minumnya es teh." Dewi melirik Putra yang masih tenggelam dalam buku menunya.

"Kalau kamu?" Dewi menepuk lengan laki - laki itu hingga membuat lelaki itu tercekat dan menoleh pada Dewi. "Iya, ada apa?"

"Kamu mau pesan apa?" Dewi mengulangi pertanyaannya.

"Aku pesan yang sama dengan kamu. " ujarnya.

Dewi menatap pelayan itu. "Kalau begitu, saya pesan Bakso Ikan dan es teh manisnya dua."
"Baik, tunggu sebentar, ya kak."

Sepeninggal pelayan itu, Dewi kembali menatap Putra yang terlihat cemas."Putra, apa kau baik - baik saja?"

"Aku.. baik - baik saja." Sebenarnya Putra terlihat canggung makan di tempat tersebut.

Tapi, demi Dewi ia harus menahan kecanggungannya.

Tak lama kemudian, pesanan datang, Dewi tampak kegirangan melihat makanan favoritnya sudah ada di depan mata, ia pun segera menikmati bakso tersebut.

Sejenak, tanpa Dewi ketahui, Putra tersenyum melihat kegiatan perempuan itu makan makanan favoritnya. Laki - laki itu pun segera melahap makanannya.

***
Frans yang berada di ruangannya pun terlihat menikmati makanan yang di pesan beberapa waktu yang lalu, selama melahap makanan tersebut ia teringat dengan perempuan yang mengantar makanannya itu.

Wajah perempuan terlihat mirip oleh seseorang yang berada di masa lalunya, wajahnya dan senyumannya begitu mirip hingga ia tak mampu untuk membedakannya.

Hingga suara benturan pun menyadarkannya kembali. "Astaghfirullah, apa yang sedang gue pikirin?"

Terdengar kembali suara benturan seperti ada sesuatu yang jatuh, ia pun segera bangkit dan menghampiri asal suara tersebut.

Angin dingin turut menyapa Frans saat menyusuri lorong Rumah Sakit Jiwa itu membuat bulu kuduk laki - laki itu meremang.

Dan benar saja, ia terkejut dengan apa yang di lihat oleh laki - laki itu di dalam bangsal.

"Ibu.."

Bersambung.
22 April 2023.

The GoddnessWhere stories live. Discover now