.

.

Setelah selesai bersih-bersih Aland merebahkan dirinya di kasur menatap langit-langit kamarnya.

"Huff gue harus apa ya, bosan juga gue kalau sendirian gini?"

"Candra sama Sky kemana lagi, katanya mau ke sini pas makan malam"

"Gue udah lapar lagi, kalau tau gini lebih baik gue pesan makanan aja dari tadi" dumel Aland dan akhirnya berdiri mengambil jaket miliknya karena dia sekarang memutuskan untuk mencari makanan ke luar.

Aland mengendarai motor sport miliknya, membelah jalanan di malam yang dingin itu. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Apartementnya, akhirnya Aland berhenti ketika melihat warung yang bertulisan Seblak itu.

"Gue coba deh, dulu abang-abang gue selalu larang gue makan ini, padahal kata orang-orang enak"

"Gue kan penasaran gimana rasanya"

"Sekarang saatnya gue cobain hehe" gumam Aland dan bersenandung ria mendudukkan dirinya di kursi yang ada.

"Bang, Seblaknya seporsi" ujar Aland

"Mau level berapa mas?" Tanya penjual itu membuat Aland bingung

"Level paling yang enak apa bang?"

"Kalau mau biasa bisa level 1 bang, atau yang paling pedas ada level 5" jelas penjual itu

"Yaudah bang, level 5 saja" ucap Aland, tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini buat memakan makanan pedas yang jadi kesukaannya, walaupun dulu dia harus makan pedas secara sembunyi-bunyi.

"Tunggu sebentar ya mas" ujar penjual itu dan diangguki oleh Aland. Aland memainkan ponselnya seraya menunggu makanannya, tak berselang lama pesanannya pun datang, setelah mengucapkan terima kasih Aland bersiap-siap memakan makanan yang tampak menggiurkan itu.

"Wihh, kayaknya enak" gumam Aland dan menyimpan ponselnya kembali. Aland terlebih dahulu mencicipi kuah seblaknya, seketika matanya molotot merasakan sensasi di lidahnya itu.

"Anjir enak, kenapa juga gue baru bisa ngerasain makanan seenak ini" sesal Aland dan melanjutkan makanannya, walaupun merasakan sedikit kepedasan di lidahnya.

"Hah panas ya" ujar Aland mengelap keringat didahinya dan mengipas-ngipas mulutnya, merasa tidak sanggup lagi menghabiskan seblak itu.

Tapi karena dia masih belum puas memakannnya, akhirnya Aland tetap melanjutkan acara makannya dengan nikmat bahkan mengabaikan dering ponsel di sakunya.

"Ahh akhirnya habis juga" gumam Aland dan menghabiskan tes es yang juga sempat di pesannya tadi.

Setelah melakukan pembayaran, Aland menjauh dari warung itu dengan cepat menggunakan motornya, ketika melihat ponselnya yang tertera kalau Sky telah menghubunginya beberapa kali. Dia takut aja kalau temannya itu tau kalau dia habis makan-makanan pedas, pasti Sky dan Candra akan marah pikirnya.

Aland duduk di taman setelah membeli sekaleng susu untuk mengurangi rasa pedas di mulutnya.

Di tatapnya langit malam yang cerah dihiasi bintang dan bulan itu. Tatapan yang tadi terlihat cerah sekarang berubah sendu ketika Aland lagi-lagi mengingat tentang keluarga aslinya.

"Ayah, bunda, abang, Kenzi kangen"

"Kenzi sampai kapan ya berada di dunia novel ini?"

"Atau apa Kenzi bisa kembali lagi bersama kalian?"

"Apa raga Ken sudah meninggal?"

"Apa Ken bisa bahagia di sini?"

"Apa Ken bisa ngubah nasib Aland?"

Aland Leon O. (Pre ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang