Berpelukan Sepanjang Hari

412 50 2
                                    

Musim panas tahun ini sepertinya benar-benar yang terpanas sepanjang sejarah. Berhubung Taehyung hanya sedang berdua dengan Jeongguk di rumah, ia bisa bermalas-malasan.

Pukul 11 pagi Taehyung berlari kecil ke arah dapur dan membuat satu teko besar es sirup yang Jeongguk beli semalam sebelum keduanya pergi ke kedai steak langganan dirinya dan Jimin.

Jeongguk tengah duduk di ruang tengah bersama laptop dan beberapa kertas yang menumpuk. Pria itu terlihat sangat sibuk dan fokus.

"Kak Ggugi, mau es?" Ujar Taehyung seraya membawa nampan berisikan teko es sirup dan dua gelas kosong. Jeongguk tersenyum dan mempersilakan Taehyung duduk di sisinya.

Jeongguk menyingkirkan kertas-kertas penting miliknya ke sofa lain yang kosong—menjaga agar tidak rusak karena bulir-bulir air yang jatuh dari luar teko es.

"Sirup merah ini rasa raspberry, aku suka ternyata." Ujar Taehyung setelah mengecap rasa pada es sirup buatannya. Jeongguk meraih gelas miliknya yang sudah penuh oleh es sirup berkat Taehyung, kemudian ikut menikmati rasa manis dan segar dari es tersebut.

"Kak Ggugi masih kerja?"

"Sudah selesai. Saya hanya mengecek ulang dokumen kantor, hari ini saya mau menemani kamu belajar." Jawab Jeongguk dengan jemarinya yang merapikan anak rambut milik Taehyung.

Yang termuda cemberut, kemudian meletakkan gelas dengan isi yang sudah tandas di atas meja. "Aku gak mau belajar dulu hari ini padahal. Panas sekali, gak fokus belajar. Mau rebahan saja."

"Oh, astaga. Ya sudah gak apa-apa. Saya temani, kita berpelukan sepanjang hari."

"Hehehe, mau." Kan. Taehyung itu memang mudah sekali mengubah-ubah air wajah. Terbukti sekarang ia sedang tersenyum cantik dengan mata berbinar hanya karena kalimat yang Jeongguk ucapkan.

***

Berakhirlah kedua insan itu di dalam kamar Taehyung. Dengan AC yang dingin dan beberapa toples camilan di atas meja belajar Taehyung. Jeongguk dan Taehyung sedang sama-sama merebahkan diri di kasur empuk milik Taehyung—hanya tiduran dan berpelukan kok, tidak lebih hehehe.

"Kak, Kak Ggugi punya hobi tidak?" Pertanyaan random pertama Taehyung keluar setelah hampir satu jam keduanya saling cuddle di atas ranjang.

"Punya. Hobi saya fotografi itu."

"Tidak ada yang lain?"

Jeongguk terlihat berpikir, "Mencium pipi roti kamu boleh disebut hobi?"

"Ish! Kak Jeongguk."

Jeongguk tertawa melihat wajah yang lebih muda mencebik dengan lucu, kemudian ia mencuri satu kecupan di pipi roti milik Taehyung.

"Kalau kamu, hobi yang kamu miliki selain fotografi apa?" Kini Jeongguk yang bertanya. Taehyung dengan semangat menjawab, "Journaling di buku harian! Eumm, lalu... Berenang! Aku suka berenang, tetapi sekarang tidak lagi."

Jeongguk penasaran, jadi ia kembali melontarkan pertanyaan, "Kenapa tidak lagi suka berenang?"

"Aku suka berenang karena Ayahku. Tapi aku malah jadi terobsesi agar bisa berenang bebas dan tidak pernah kembali di sungai Han. Hehehe. Itu bodoh sekali, aku—aku pernah tidak bersyukur atas hidupku ternyata." Ujar Taehyung jujur. Jeongguk memahami arah bicara Taehyung.

Semenjak pemuda delapan belas tahun—sembilan belas tahun di akhir tahun ini—itu tinggal bersamanya, Jeongguk memang tidak pernah lagi menyinggung masalah keluarga Taehyung.

Jeongguk tidak pernah bertanya bagaimana wajah kedua orang tuanya, apakah Taehyung memiliki adik atau kakak, apakah Taehyung merindukan kedua orang tuanya atau tidak. Jeongguk tidak bertanya apapun bukan karena ia tidak peduli, tetapi menghormati sosok dalam dekapannya itu sampai sudah siap menceritakan semuanya.

Yang Jeongguk tahu hanya kedua orang tua Taehyung bersikap tak peduli sejak ulang tahun ke-5 nya dan dirinya yang diusir Ayahnya sendiri di malam sebelum wisuda sekolahnya tiba.

"Apa Jimin sudah tahu hal ini? Maksud saya, perihal cerita sesungguhnya dibalik kamu yang kerja part time dan tidak langsung kuliah."

"Ah iya... Jimin belum aku beritahu apapun, Kak." Ujar Taehyung dengan pelan. Anak itu sepertinya sedang larut dengan rasa sedih.

Jeongguk kembali mengecup pipi, hidung, dan kening Taehyung. Senyuman muncul di bibir Jeongguk sebelum ia berkata, "Jimin harus tahu. Undang dia main ke rumah kalau dia sedang senggang, ya?"

"A-aku takut dia marah, Kak."

"Tidak akan. Percaya sama saya. Dia sahabat terbaikmu, kan?"

Taehyung menganggukkan kepalanya, "Kalau gitu sudah pasti dia tidak akan marah padamu. Nah, sekarang mari kita tidur sampai sore. Saya mengantuk, Bintang Kecil."

Jadi, misi Taehyung selanjutnya adalah memberikan penjelasan pada Jimin. Pelan-pelan saja. Oke, bantu Taehyung mengingatnya ya!

Tbc.

(Agak telat, tapi happy eid mubarak buat teman-teman yang merayakan!)

120 Minutes (Kookv)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें