๑'•. Parangtritis

Start from the beginning
                                    

"Alunan biola yang sungguh indah."

"Aku jadi penasaran kak."

"Rossa?"

Tiba tiba Eliza datang menghampiri kedua anaknya.

Perempuan asli jawa itu ikut bergabung di sela aktivitas mereka yang cukup menarik perhatian.

"Ada apa ini?"

"Kak Saka cerita soal sekolahnya ma" jelas Rossa.

"Benarkah? mama jadi penasaran."

"Sudahlah ma, aku lapar."

Entah kenapa Saka jadi agak merengek ke Eliza layaknya kembali ke masa kecil.

"Putra mama yang tampann, yuk turun!"

Eliza dan kedua anaknya turun ke meja makan dan sudah ada Herald di sana.

Saka terkejut tatkala melihat sang papa sudah menyantap makan malamnya di sana.

"Kamu mau makan apa sayang?" tanya Eliza.

"Aku ambil sendiri ma."

Rossa pun turut mengambil nasi dan lauk ayam kesukaannya.

Tiba tiba Herald tersedak dan gadis itu langsung mengambilkannya air di dalam gelas.

"Minum dulu pa."

Herald pun mengambil gelas itu dengan cepat dan meminum airnya.

"Terima kasih" balas pria itu dengan ekspresi datar.

Entah kenapa sejak pertemuan perdana kemarin Herald nampak tidak menyukai kehadiran Rossa.

Setelah makan malam selesai Saka membawa Rossa ke kamar dan menemaninya sebentar.

"Papa sepertinya marah denganku kak."

"Karena?"

"Entahlah."

"Jangan terlalu dipikir, tidur saja ya?"

Rossa lalu meletakkan kepalanya di atas bantal dan perlahan Saka mengelus surainya lembut hingga dia tertidur.

Esoknya tepat sebelum lomba diselenggarakan Angga beserta tiga yang lain tengah berlatih di lapangan futsal sekolah.

Di sana ada anak kelas MIPA yang lain dan beberapa kakak kelas sebagai pelatih.

"Masing masing kelas silahkan memilih satu orang untuk jadi kiper dan penyerang."

Maksud dari arahan tersebut adalah mereka yang terpilih nanti akan bergantian saat lomba karena per dua kelas akan ditandingkan.

Mulai dari 11 MIPA 1 sampai 6.

"Siapa yang mau?" tawar Angga.

"Kau saja jadi penyerang" sahut Bagas.

"Oke, kalau kiper?"

"Saka!"

Laki laki itu lantas terkejut dan menatap ke arah mereka.

"Kau bisa?" ucap Angga padanya.

"Jangan remehkan aku."

"Bagus, tuan muda kita jadi kiper."

Setelah terpilih masing masing perwakilan menyetorkan nama ke panitia lomba futsal.

Dan mereka pun memulai sesi latihan bersama.

Waktu demi waktu berlalu dan keempatnya duduk dahulu di tangga tribun kedua dari bawah.

"Bagaimana dengan kekasihmu?" goda Angga setelah meneguk air putihnya.

Raden SakaWhere stories live. Discover now