18. Na kelemahan Azhar

22 3 0
                                    

Suasana ruang bimbingan konseling saat ini hening dan menegangkan. Ini kali pertama ada seorang ketos yang masuk ruang bk karna melanggar peraturan sekolah yaitu berkelahi dengan teman karna masalah hubungan asmara.

Bu Diah selaku guru bk berdecak, memecah suasana. "Azhar dan Sabina, bisa jelaskan apa yang sedang terjadi di lapangan indoor tadi sampai ada korban yang masuk UKS, terlebih lagi dia masih murid baru."

Kedua murid itu sama-sama diam, tak ada yang berniat menjawab. "Azhar, bisa tolong jelaskan?"

Azhar menegakkan tubuhnya. "Sebelumnya saya minta maaf karna telah melanggar tata tertib sekolah, saya sebagai ketua osis disini meminta maaf yang sebesar-besarnya bu." Bu Diah mengangguk pelan.

"Saya juga meminta maaf karna tidak bisa mengontrol emosi saya. Tapi coba ibu bayangkan ada murid baru yang bertindak kurang ajar terhadap Sabina, apa saya harus diam saja?"

Bu Diah berdehem. "Bisa kamu jelaskan tindakan yang dilakukan Hans seperti apa?"

Azhar ingin menjawab lagi namun Sabina mengkode untuk diam. Biar dirinya yang menjawab karna ia yang merasakan.

Sabina menceritakan apa yang terjadi di lapangan indoor tadi. Bu Diah mengangguk-angguk mengerti setelah mendengar cerita Sabina.

"Kalian ini masih sekolah jangan terlalu sama yang namanya cinta-cintaan, iya kalau kalian jodoh--" kalimat bu Diah terhenti, kedua remaja itu menatapnya biasa saja namun menusuk membuat ia kelabakan. "M-maksud saya, jika kalian berjodoh pasti akan didekatkan. Nah, sekarang kalian fokus belajar dulu yang benar kejar cita-cita kalian,"

"Terlebih kamu seorang ketua osis Azhar, harusnya memberikan contoh yang baik bukan seperti tadi." Tutur bu Diah. Kedua remaja itu hanya menunduk mendengarkan.

Ceramah itu berlangsung selama 15 menit. Azhar dan Sabina hanya diam mendengarkan, sesekali menjawab jika diberi pertanyaan.

Pintu ruangan BK itu dibuka, menampakkan Azhar dan Sabina yang akan keluar. Sabina bernapas lega, dia serasa terbebas dari penjara.

"Ay." Panggil Azhar. Sabina menoleh. "Maaf, gara-gara aku kita jadi kena BK."

"Gapapa, sekali-kali kena." Sabina menjawab disertai kekehan.

Azhar tersenyum kecil. "Kepala kamu gapapa?"

"Gapapa, aku bukan cewek lemah yang kena bola dikit langsung menye-menye."

"Kaki kamu?" Tanya Azhar lagi.

"Gapapaa." Jawab Sabina panjang. Azhar tersenyum, tangannya mengelus puncak kepala Sabina.

Ponsel Azhar yang berada di saku celana bergetar menandakan ada telepon masuk. Ia merogoh sakunya mengecek ponselnya. Matanya membulat kaget melihat nama sang penelpon, ia melupakan sesuatu.

"Hallo Wan."

"Lo kemana anjir! Ini anak-anak udah pada nungguin, lo nya nggak dateng-dateng. Lo nggak lupa rapatnya kan?"  Disebrang telpon Juan mengomel.

"Sorry gue kelupaan tadi, gue otw kesana ya." Setelah mendengar jawaban Juan, Azhar langsung bergegas pergi.

"Na, ikut aku." Ucap Azhar sembari menarik tangan gadis itu.

"Eh tapi aku mau pelajaran." Sabina tergopoh-gopoh mengimbangi langkah Azhar.

"Gapapa sekali-kali ikut aku, nggak usah pelajaran." Jawab Azhar lempeng.

Dasar ketos sinting! Bukannya mengajari yang baik malah dituntun ke jalan kesesatan.

Mereka sampai di ruang yang bertuliskan 'ruang osis.' Bagitu Azhar masuk, dia melihat sekelilingnya ternyata sudah kosong tidak ada satu pun anak osis disana. Hanya ada Juan yang sedang memberesi meja.

"Wan anak-anak bubar?" Azhar bertanga pada Juan.

Juan melihat Azhar yang datang bersama pacarnya. "Iya, gue bilang rapatnya ditunda besok pulang sekolah."

"Sorry gue tadi ada masalah dikit." Ujar Azhar.

Juan mendengus. "Gue denger dari anak-anak katanya lo gebukin Hans?"

"Dia gangguin cewek gue bro."

"Serius lo? Wah keknya lo harus ekstra jagain cewek lo deh." Celetuk Juan.

Azhar mengangguk, dia melihat kekasihnya yang hanya diam saja. "Na, kamu harus hati-hati sama Hans. Jauhin dia!" Peringat Azhar.

"Siapa juga yang mau deket-deket, orang nggak kenal." Sabina menjawab. "Memang dia siapa kamu?"

Tanpa menjawab pertanyaan Sabina, cowok itu malah berucap pada Juan. "Bro! Gue bawa cewek gue ke dalem dulu ya, jangan sampai ada yang masuk. Kalau ada yang tanyain gue bilang aja Azharnya gak ada."

"Siap bos!"

Azhar membawa Sabina keruangan yang berada di dalam ruangan osis. Di pintunya terdapat kata yang bertuliskan 'Dalam ruang masih ada ruang' biasanya tempat ia berkumpul bersama teman-temannya.

Sabina takjub melihat isi dari ruangan itu yang sengat rapi. Disana terdapat rak buku berukuran sedang, dua sofa besar, dan beberapa piagam penghargaan atas nama pacarnya.

"Ini ruangan apa Azhar?" Tanya Sabina. Ini baru pertama kali dia kesini selama tiga bulan pacaran dengan ketua osis itu.

"Ruangan khusus ketua osis."

"Wihh enak banget ya jadi ketua osis." Ujar Sabina.

"Enak apanya jadi babu yang iya." Celetuk Azhar. Dia berjalan ke arah sofa, mendaratkan pantatnya disana.

"Sini ay." Ujar Azhar mengintruksi Sabina agar duduk di sebelahnya. Gadis itu berjalan menghampiri Azhar dan duduk di sebelah cowok itu.

Azhar merangkul bahu Sabina mendekatkan posisi mereka. Dia menciumi lengan gadis itu, menghirup aroma bayi yang sangat ia suka. "Wangi." Gumamnya. Cowok itu menghujami pipi dan leher Sabina dengan ciuman.
  
"Geli Azhar ih." Sabina menjauhkan wajah pacarnya.

Azhar terkekeh geli. "Gumushh." Dia menggesekkan hidungnya ke hidung Sabina. Setelah itu dia mendekap tubuh gadis itu mengukungnya Menggunakan kedua tangan dan kakinya. Posisi Sabina membelakangi Azhar.

"Azhar." Panggil Sabina.

"Hm?" Cowok itu memainkan rambut Sabina.

"Azhar balum jawab pertanyaan aku tadi." Ucap Sabina.

Azhar mengerutkan dahi bingung. "Pertanyaan yang mana?"

"Hans, Azhar ada masalah sama dia?" Azhar diam tetap memainkan rambut gadis itu.

"Jawab ih."

"Dia musuh aku, bukan musuh sebenarnya. Awalnya aku nggak kenal dia siapa. Ceritanya gini, dulu aku pernah punya masalah sama temennya dia sampai berantem, aku bikin babak belur temennya Hans sampai masuk IGD nah, si Hans nggak terima dia bawa temennya sekitaran 5 orang buat ngeroyok aku yang cuma satu orang. Beruntung hari itu aku menang, aku bisa kalahin 6 orang dengan tangan kosong meskipun ada luka jahit juga."

"Mereka nggak terima dan jadilah sampai sekarang mereka anggep aku musuh."

Sabina berbalik badan mendengar penjelasan cowok itu. "Azhar kalahin 6 orang sendiri?" Azhar mengangguk.

"Terus Azhar gapapa? Luka jahitnya gimana sampai sekarang masih sakit?" Azhar tersenyum melihat kekasihnya yang panik.

"Aku gapapa." Jawab Azhar.

Sabina memukul keras tangan Azhar. "Azhar itu macem-macem aja, pakek berantem segala nanti kalau Azhar yang masuk IGD, terus ada yang patah, lumpuh gimana?!" Omel Sabina persis seperti ibu yang mengomeli anaknya.

"Azhar kan pendekar kuat. Cowok ini siap melindungi Na dari segala macam bahaya apapun resikonya."

Sabina tersenyum kecil. "Kalau Azhar sendiri yang berada dalam bahaya dan Azhar nggak bisa cari celah buat selamat, gimana? " Dia bertanya.

"Pasti bisa, asalkan ada Na disamping Azhar, Azhar nggak akan lemah. Karna kelemahan Azhar cuma ada di Na."

"Kalau Na pergi, dunia Azhar hancur." Sambung cowok itu dalam hati.





















My Baby AzzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang