Bagian 10: Partner Dansa

699 126 17
                                    

"Apa yang membuatmu resah, Destiny?" Tanya Ayah setelah sepuluh menit kereta kuda berjalan dengan suasana yang hening.

Aku yang tertuju pada pemandangan luar jendela kereta, menoleh ke arah Ayah. Dia betul tahu bahwa anak gadisnya sedang resah. Jeda sesaat sebelum aku menjawab pertanyaan Ayah.

"Aku hanya takut menghancurkan debutanteku, Ayah.." Aku angkat bicara, "Bagaimana kalau Destiny ceroboh dan malah menjatuhkan nama baik keluarga kita? Destiny tidak ingin mengecewakan Ayah.." Jelasku, kepalaku terus menunduk saat berbicara.

Ayah segera menanggapi keresahanku dengan mengangkat daguku, membuatku menatap kedua manik milik Ayah. Mimik wajahnya tampak serius, dan menentang pertanyaanku.

"Ayah tahu, Destiny de Lilac adalah putri yang percaya diri dengan kemampuannya. Dan satu lagi, Ayah sama sekali tidak mempermasalahkan hal yang membuat Destiny khawatir, Ayah hanya ingin Destiny menikmati debutante ini." Akhir Ayah, mengelus kepalaku pelan.

Aku merasa kekhawatiran dan keresahan di hatiku kini berubah menjadi kehangatan yang membuatku tersenyum. Tak ada kata untuk mengekspresikan rasa terima kasihku kepada laki-laki paruh baya ini.

♡ ♡ ♡


Kereta kuda kami berhenti setelah menempuh berbagai lika-liku menuju istana raja. Membayangkan aku akan melihat langsung tirani di dunia fantasi ini membuat bulu kudukku merinding. Tapi aku juga sangat menantikan melihat adegan Cloud berdansa dengan Athanasia.

Ah.. saat itu Ize juga ingin mengajak Athanasia berdansa, ya..

Aku kembali murung memikirkan itu. Namun segera ditepis oleh Ayah yang mengulurkann tangannya untuk membantuku turun dari kereta. Aku ikut mengulurkan tanganku untuk membalas uluran tangan Ayah. Setelah berhasil turun dari kereta dengan susah payah, kami berjalan masuk ke dalam istana yang dipenuhi lampu-lampu dekor yang menyala dengan anggunnya.

Aku terpukau-pukau dengan segala hal yang kulihat disana. Kali ini aku menyaksikan langsung megahnya istana penguasa negeri dongeng ini.

Kami telah sampai di aula. Aula yang sangat luas, sepuluh kali lipat luasnya daripada luas aula di kediaman de Lilac.
Para gadis dan pria Bangsawan berkumpul layaknya semut dengan pakaian warna-warni dan berkilau.

"Wah, lihat siapa yang datang." Kata seseorang, yang tiba-tiba menghampiri kami.

Seorang laki-laki paruh baya dengan beberapa kerutan di wajahnya. Bersurai putih susu dan dengan kedua manik kuning gelapnya. Roger Alpheus, menghampiri kami dengan segelas minuman di tangannya.

Ayah tersenyum tipis dengan kedatangan teman karibnya itu.
"Kau sudah disini ternyata." Mereka saling menepuk pundak.

Saat salam teman karib itu selesai, Roger menatapku dan tersenyum.
"Lihat gadis cantik ini. Aku jadi sulit mempercayai bahwa Lady Destiny adalah putrimu, Philip."

Aku tersenyum dan memberi hormat, "Selamat malam, Tuan Alpheus. Semoga matahari Obelia senantiasa tertuju pada Anda."

"Selamat malam, Lady Destiny. Oh iya, biar Saya perkenalkan Lady dengan Putriku. Sebenarnya dia keponakan Saya, namun sudah Saya anggap seperti putri saya." Kata Roger, tersenyum. Kemudian celingak-celinguk mencari Putri yang dimaksudnya.

Zenith..

"Ke mana perginya dia, ya? Permisi sebentar, Lady de Lilac. Saya akan kembali untuk memperkenalkan kalian." Paman putih hilang ditelan lautan para kaum bangsawan.

𝐁𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔; (𝐈𝐙𝐄𝐊𝐈𝐄𝐋 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang