Bagian 8: Kembali

1.1K 226 12
                                    

6 tahun berlalu..

Pagi ini, kepalaku terasa berputar-putar. Entah apa yang telah kulakukan hingga menjadi seperti itu. Tapi, setiap hendak melangkah, rasanya aku benar-benar akan tumbang.

Ah, tidak boleh.. kalau begini, aku akan mempermalukan diriku di depan banyak orang nanti..

Ya, sebentar lagi debutante. Ayah tidak memaksaku untuk ikut hal yang seperti itu, tapi aku ingin melihat debutante yang sesungguhnya. Hari dimana Athanasia berhasil mengubah nasibnya.

Tapi, alasan utamaku bukan itu..

"Julian, bisakah kau membuatkanku secangkir teh mawar?"

Julian menatapku cemas.

"Nona baik-baik saja? Wajah Nona terlihat pucat. Ingin istirahat sekarang?"

Julian berbisik di telingaku, masih dengan raut wajah cemasnya itu. Ah, karena sekarang aku masih dalam jam pelajaran dansa, makanya Julian berbisik agar Nyonya Chedwick tidak mendengar kami.

Aku yakin kalian tidak akan ingin membahas guru dansaku yang satu itu. Bahkan saat aku melangkah dengan benar dalam latihan dansaku, bibirnya tak pernah menampakkan senyum. Sejujurnya dia cantik, aku akui. Tapi judesnya minta ampun.

Kembali pada diriku yang masih menderita karena kepala yang rasanya berputar semakin hebat.

Aku menggeleng menjawab pertanyaan Julian.

"Tidak apa-apa, Julian. Aku bisa bertahan hingga pelajaran selesai."

"Jika itu yang Nona katakan, saya akan segera menyuruh pelayan untuk membawakan Nona teh mawar."

"Iya, tolong, ya.."

Gila.. apanya yang tahan sampai pelajaran selesai? Sekarang saja kepalaku rasanya ingin pecah. Sebenarnya kenapa?

Ini kemungkinanku saja, apa pada akhirnya aku akan tetap dikembalikan ke duniaku?

Padahal aku belum bertemu dengannya lagi sejak hari itu..

Tapi sudah 6 tahun lebih aku terjebak di dunia ini. Mana mungkin tubuh asliku masih tetap setia menunggu, 'kan?

"Sudah cukup istirahatnya, Lady. Debutante sudah berada di depan mata."

Seru Nyonya Chedwick yang siap melayangkan tongkat kayunya yang biasa dipakainya saat ingin memukulku apabila gerakanku salah.

Dengan susah payah aku membopong badanku yang tak kusangka akan seberat ini. Aku menelan mentah-mentah oksigen di sekitarku, kemudian menghembuskan kasar karbon setelah berhasil mendapatkan konsentrasi.

"Siap? 3.. 2.. 1.."

Musik dinyalakan.

Saat itu sakit kepalaku sudah benar-benar diambang batas. Di langkah pertama yang serampangan, kakiku terkilir dan alhasil badanku tumbang di lantai.

Aduh, sakit banget.. Saat ini Nyonya Chedwick mungkin sedang meneriakiku dan menyuruhku bangun, ya? Tapi aku sudah tidak kuat.. lagi...

"dy.. Lady!... lady..."

Aku tidak sadarkan diri.



Perlahan, kelopak mataku mulai terbuka. Memperlihatkan awan dan langit yang cerah. Ah, awan memang rasanya selembut ini?

Tubuhku semakin ringan dan tak bisa merasakan permukaan. Apa ini?

Deruan angin menerbangkan gaunku ke atas, juga surai violetku yang menghalangi pandangan.

𝐁𝐄 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔; (𝐈𝐙𝐄𝐊𝐈𝐄𝐋 𝐗 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑)Where stories live. Discover now