"Dulu pantai pink namanya pantai tangsi, engga banyak orang yang mengetahui pantai ini, aksesnya juga sangat sulit karena harus menelusuri hutan tropis dan jalanan yang rusak. Mas sama mbaknya tadi kesini pake boat kan?"

Kami mengangguk lagi, "dulu cuma wisatawan muda orang Lombok yang kesini, lalu dari tahun ke tahun pantai ini viral, kemudian pelaku pariwisata di Lombok mengembangkan potensi wisata dan diberi nama yaitu pink beach Lombok. Mereka juga mulai memberi alternatif menuju tempat ini dengan menggunakan jalur laut, makanya tadi mas sama mbak kesini pake boat." Jelas si pemandu.

Aku menghirup udara dengan rakus, merasakan segarnya pemandangan ditempat ini, juga bagaimana tenangnya air laut.

"Disini ombaknya ga besar ya pak," Ujar Vale tiba-tiba. Bapak tadi menoleh dan dengan segera menjawab, "Iya, makanya cocok buat snorkeling."

Jujur kalau boleh, aku ingin tinggal disini saja, aku akan mendirikan rumah di pinggir pantai, setiap hari aku akan menikmati pemandangan yang memanjakan mata ini.

"Mas sama mbaknya lagi honeymoon ya," Celetuk pemandu tiba-tiba, aku terkejut memandang sang pemandu lalu tatapanku beralih menatap Vale, "Engga pak, kami---," Ucapanku dipotong oleh lelaki itu. "Kami bukan suami istri pak, kami masih pacaran," Sahutnya yang semakin membuatku menajamkan mata.

Segera kucubit lengannya yang membuat ia mengaduh kesakitan. "Oh gitu, saya kayak ga asing sama wajah mas nya," Kata pemandu tadi sambil menampilkan wajah mengingat-ingat, Valeron tersenyum canggung, "Muka saya emang pasaran pak," Katanya membuatku tertawa terbahak.

"Masasi mas," Ujar pemandu tadi masih tak percaya, Vale mengangguk lalu menyerahkan ponselnya yang sudah dilindungi anti air kepada pemandu tadi. "Tolong fotoin kita berdua pak," Ucap Vale sambil menyerahkan ponselnya.

Aku sedikit berjengit ketika ia mendekatkan tubuhnya kearahku, "Cepet pose, ntar kalo jelek lo ga terima," Kata Vale menatapku, aku segera mengalihkan pandangan darinya, lalu tersenyum canggung kearah kamera.

Beberapa kali pemandu itu memotret kami, lalu Valeron mendekat sebentar kearah pemandu untuk membisikkan sesuatu yang tidak dapat kudengar, setelah itu ia kembali mendekat kearahku.

Pemandu menghitung dari 3 ke 1, dengan sangat cepat dan tanpa aba-aba Valeron mencium pipi kiriku dengan cepat yang membuatku mematung ditempat seperti tubuhku yang melayang tinggi dengan perut yang menggelitik. Gila, Vale sudah gila.

"Valeron!!" Teriakku ganas kembali memcubitnya dan membuat tubuh kekar itu sedikit oleng, segera ia menarikku untuk menjaga keseimbangannya karena aku membawa pelampung. "Ganas banget, kalo gue tenggelem gimana," Sungutnya, aku tidak peduli, kemudian menjauh dari Valeron.

Kami kembali ke kota dengan keadaan yang sangat canggung, beberapa kali ia mengajakku bicara, tapi aku hanya membalas seadanya.

Setelah kegiatan snorkling tadi aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan Valeron yang tiba-tiba saja menciumku. Kadang dadaku berdebar dengan kecepatan yang tidak normal dan membuat pipiku memerah hanya dengan mengingatnya, saat ini aku tidak berani untuk keluar dari kamar, tentunya karena takut bertemu dengan lelaki itu.

Hampir seharian aku terdiam didalam kamar, tertidur sebentar kemudian bangun di pukul empat sore. Aku memutuskan untuk pergi mandi dan melakukan kegiatan sholat. Ingin keluar tapi aku masih takut bertemu dengannya.

Namun, perutku sangat sakit karena menahan lapar seharian. Mau tak mau dengan mengendik-ngendik aku berjalan keluar untuk pergi ke minimarket ataupun restoran yang bisa sedikit mengganjal perutku. Tapi belum sempat aku membuka pintuku lebar, didepan sudah ada Valeron yang memasang wajah datarnya tepat didepan pintu, aku sedikit terkejut kemudian tersenyum canggung kearahnya. "Lo belom makan kan?" Tanyanya dengan datar, aku mengangguk canggung lalu--- "Iya, ini keluar mo makan." Kataku, "Yaudah ayo," Ajak Valeron segera berjalan mendahuluiku menuju tempat makan, aku bergeming sebentar lalu mengikutinya di belakang, harus bersikap bagaimana menghadapi Leo nanti. Kenapa lelaki itu terlihat biasa saja, ishhhh.

Sesampainya di tempat makan kami segera memesan makanan, karena menghindari rasa canggung diantara kami, aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi sampai makanan datang, setelah itu aku segera menikmati hidangan. Hanya ada keheningan selama kami makan. Sampai akhirnya Leo membuka pembicaraan.

"Lo ngehindar dari gue ya," Tanyanya menyelidik, aku tertegun kemudian menggeleng pelan. Valeron hanya menghembuskan napasnya pelan, "Lo marah karena tadi?" Lanjutnya kembali aku menggeleng. "Terus kenapa?" Katanya.

"Aku gapapa, emang capek aja tadi terus tidur," Jawabku, Valeron mengangguk pasrah. Sepertinya ia tidak ingin membuat suasana liburan menjadi buruk, setelah selesai makan kami memutuskan untuk berjalan-jalan disekitaran penjual oleh-oleh khas Lombok. Beberapa pernak-pernik kadang membuatku tertarik dan ingin mampir sebentar tapi kuurungkan karena lelaki itu tidak berhenti sama sekali, aku pun juga tidak ingin memintanya untuk berhenti, entahlah, suasana menjadi aneh semenjak kejadian tadi.

Physical Attack √Where stories live. Discover now