Senam hati bersama 'anak kita' [10]

76 8 1
                                    

Program kerja tergampang jatuh kepada Kalista Angelina. Hanya menjalankan senam pagi setiap hari minggu, dan membantu menginformasikan beasiswa prestasi olahraga kepada penduduk desa.

Langit biru cerah, sinar matahari menyinari ladang hijau di sekitar desa. Kalista bersiap-siap di lapangan desa, memakai seragam senam ceria.

"Yo, Kalista jadi bintang senam pagi nih! Gue bayangin adegannya, lo sambil joged-joged, terus Ibu Bapak Desa ikutan, hahaha!" celetuk Haikal.

"Iya, gue bisa bayangin tuh senyum senyum Ibu Bapak Desa. 'Pakaiannya gini ya, Kalista?' sambil ikutan goyang. Kocak!" kelakar Varel.

"Kurang ajar!" dengus Kalista.

"Terus, gue bayangin lo pulang sambil teriak, 'Senam pagi, beasiswa, dan ngopi. Hari ini epic, guys!'' timpal Daffa terkekeh pelan.

Kemudian mereka pergi meninggalkan ucapan Daffa begitu saja karena warga mulai berkumpul.

"I'm fine gwenchana gwenchanayo teng neng neng neng," ringis Daffa.

Ibu Bapak Desa sudah berkumpul di sekitar lapangan, mengobrol antara satu sama lain. Beberapa warga ikut berdatangan, penasaran dengan senam pagi dan berita beasiswa dari Kalista.

"Pagi, mbak Kalista! Senamnya bakal seru nih, kan?" tanya Ibu Sri.

"Pagi juga, Ibu Sri! Pasti seru, Bu. Semua siap buat gerak-gerak pagi?"

Sementara itu, Ibu Bapak Desa ikutan berebut tempat di barisan senam. Ibu Desa dengan tawa cerianya berkata, "Kalista, kita siap nih! Ajarin kami goyangnya yang kekinian!"

Kalista, sambil tertawa, "Oke, Bu! Kita mulai ya, mari kita goyang bareng!"

Latar suasananya penuh tawa, derap langkah, dan musik yang diputar semakin memeriahkan pagi di desa. Warga desa ikut-ikutan bergabung, bergerak bersama Kalista dengan semangat.

Setelah selesai senam, Kalista mengumpulkan semua orang di bawah pohon besar di pinggir lapangan. Dia mulai berbagi info beasiswa, dan warga desa mendengarkan dengan antusias.

Haikal tiba-tiba ikut menyelip, "Mba Kalista, apa bener ada beasiswa? Gue mau dong!"

"Buset langsung dipancing aja," batin Kalista.

"Nih, teman-teman, gue mau ceritain lebih detail soal beasiswa olahraga. Jadi begini, beasiswa ini tuh bukan cuma buat yang udah jadi atlet top, tapi juga buat kita yang punya potensi dan semangat dalam bidang olahraga. Jadi, bener-bener kesempatan emas buat kita semua!"

"Syaratnya, gak terlalu ribet kok. Pertama, kita harus punya prestasi di bidang olahraga, bisa dari tingkat sekolah, desa, atau bahkan kecamatan. Gak harus yang juara satu, yang penting kita udah aktif ikutan kegiatan olahraga."

"Terus, kita juga butuh surat rekomendasi dari guru olahraga atau pelatih. Nah, ini penting banget buat nunjukin bahwa kita serius dan diakui kemampuannya oleh orang yang ngerti olahraga. Jangan lupa juga, surat keterangan sehat dari dokter. Kita harus bisa jaga kesehatan supaya bisa terus berprestasi, kan?"

"Contoh beasiswa yang biasa ada, misalnya beasiswa dari badan olahraga nasional. Mereka ngasih dukungan buat atlet muda yang punya potensi. Selain itu, ada juga beasiswa dari perusahaan atau yayasan yang peduli olahraga. Gue denger ada yang nyediain beasiswa buat berbagai cabang olahraga, jadi kita bisa lebih leluasa pilih yang kita minat."

"Sebagai contoh, ada nih temen gue dulu. Dia dapet beasiswa karena jadi juara bulutangkis di tingkat provinsi. Nah, berkat beasiswa itu, dia bisa ikut pelatnas dan makin berkembang. Jadi, loh, kesempatan buat terus mejeng di bidang olahraga kita bisa lebih terbuka lebar!"

"Intinya, teman-teman, Bapak, ibu, yang mau anaknya, kenalannya, saudaranya dapet beasiswa gak susah kok. Karena beasiswa olahraga ini ngasih kita kesempatan buat fokus dan berkembang di bidang yang kita suka. Jadi, kalo ada yang punya bakat atau udah punya prestasi, jangan ragu buat mencoba daftar. Who knows, kita bisa jadi bintang olahraga masa depan!"

"Wah, bagus banget ini, mba Kalista! Saya langsung daftarin anak saya, nih. Makasih ya!" seru Pak Joko penuh semangat

"Sama-sama, Pak Joko! Semoga banyak yang bisa dapat beasiswa dan mewakili desa kita!" jawab Kalista dengan perasaan bahagia.

"Terima kasih, Kalista! Desa kita makin hidup dan ceria berkat kamu!" ucap Ibu-ibu dengan senyum sumringah.

Mereka semua merasa bahagia, saling tertawa, dan merencanakan kegiatan seru selanjutnya. Kalista, sambil melihat senyum bahagia mereka, merasa bangga menjadi bagian dari desa yang penuh keceriaan dan semangat.

Next or No?

Siapa yang kangen Mereka??? 🌷

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kuliah Kerja Ngapel [KKN] || DojeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang