"Lu nebak kayak gini karena apa?"

Alvin memutar bola matanya malas, "Mending kita berdua nyari tempat duduk dulu deh. Gue capek berdiri mulu disini."

Kinar mau tidak mau menuruti apa kata-kata Alvin. Sedari tadi pesanan kue yang mereka tunggu memang lama, alhasil mereka sempat bercerita dulu disini. Keduanya mendudukkan diri di salah satu meja yang di sediakan, duduk saling berhadapan tanpa ada pesanan minuman.

"Lanjut yang tadi." Ucap Kinar.

Alvin menarik napasnya, "Lu inget kan waktu persami kemarin?"

"Iya, inget. Kenapa?"

"Waktu api unggun, gue tuh merhatiin kalian tau. Secara kan gue emang sengaja dateng kesana, tapi gak nemuin elu, alias gue kesana gara-gara ada temen gue yang lain."

"Oalah. Oke-oke, terus?"

"Nah, gue nyadar kalonya Clara dari gerak-geriknya kayak nahan salting. Gue gak tau ya kalian ngomongin apa, pokoknya pas lagi api unggun terus si Clara ngeliatin ke langit tapi lu nya malah ngeliatin dia."

Kinar sempat berpikir sejenak, mengingat-ingat perkataan Alvin. Ia mengangguk setelah tau kejadian tersebut.

"Oh iya, gue inget banget. Kalo gak salah gue bilang sayang ke dia."

"Bilang sayang dalam artian apa?"

"Gue bilang kalonya gue sayang sama dia. Bukannya bilang sayang kayak yang lu pikirin."

Alvin terkekeh geli, "Iiiihhh! Lu berdua lucu banget deh! Udah sih itu, Nar. Si degem lu tuh punya perasaan ke lu juga. Cuma bedanya dia masih SMP, masih belum ngerti sama perasaan ke cewek, siapa tau dia mikirnya cuma sebatas perasaan ke temen yang kayak biasa."

"Hmmm. Terus gue harus kayak gimana?"

"Yaaaa, kayak yang gue bilang tadi. Lu bikin perjanjian sama dia, saling jujur-jujuran tanpa ada yang harus di tutupin."

"Emangnya bakalan mempan?"

"Iya! Asal lu tau ya, gue gak punya pacar gini udah berapa kali ngebantuin hubungan yang kayak lu tuh berhasil terus. Udah banyak yang makai cara gue."

Kinar menatap ke meja, ia terdiam seribu bahasa sekedar mengiming-imingi ucapan Alvin. Mungkin dirinya bisa saja memakai cara yang di gunakan Alvin, namun Kinar takut nantinya hubungan ia dan Clara malah renggang. Yang pasti karena kejujurannya yang bisa di luar batas. Siapa tau Kinar jujur ke Clara kalau ia mempunyai perasaan lebih. Terlalu cepat untuk Kinar jujur seperti itu.

"Ini, kak. Pesanan atas nama Adzkiya."

Kinar tersentak kaget mendengar suara sang pelayan toko yang menghampirinya mejanya, ia segera berdiri di ikuti oleh Alvin.

"Uangnya udah di bayarin, kan?" Tanya Kinar sembari menerima box berisikan kue tersebut.

Yang di tanya mengangguk dengan senyuman merekah, "Udah, kak."

"Makasih ya, mbak."

"Iya, kak. Terimakasih kembali."

Kinar dan Alvin membawa box kue tersebut ke parkiran, keduanya segera menaiki motor. Kali ini yang membonceng adalah Alvin, ia sengaja karena tak mau mengalami hal yang di luar nalar. Takut dirinya kecelakaan karena melamun memikirkan ucapan Alvin.

"Jangan terlalu di pikirin, Nar. Sekarang fokus aja ke sekolahan."

***

Di satu sisi, tepatnya lagi kedua gadis SMP yang cerewetnya melebihi tikus. Mereka berdua sibuk dengan jaket masing-masing, yang pasti keduanya berada di salah satu rumah mereka.

Kakak Pramuka Cantik!Where stories live. Discover now