4

516 49 4
                                    

"anji- isi lemarinya baju haram semua, ewh menjijikan" Sherly wanita itu mengriyit jijik melihat isi lemari yang isinya baju yang ukurannya seperti baju anak tk ditambah lagi warna mencolok dan bolong bolong

jam sudah menunjukan pukul 18.33, dan Sherly ia masih menggunakan handuk baru saja selesai dengan ritual mandinya, entah sudah berapa lama ia ngedumal melihat pakaian yang membuatnya sakit mata

" apa gak masuk angin tuh Medusa tiap hari pakaiannya kek gini" ia menggeser satu persatu baju yang tergantung itu

"ah Piyama! cuma ini baju yang bahannya lengkap huh? what the- warna pink motif hello Kitty?" wajahnya merah padam menahan amarah ingin sekali Sherly menangis

sekian lama ia mencari baju berbahan lengkap dan cuma piyama itulah yang sherly temukan itupun di bagian paling akhir, terpaksa Sherly harus tetep menggunakannya tak ada pilihan lain

Sherly bercermin sebentar melihat bagaimana penampilannya
"imut juga gue pake ini, saatnya turun dan temui my anak" Sherly mencepol rambutnya asal, wajahnya hanya dikasih polesan pelembab dan tak lupa memakai lipbalm agar tidak pucat

segera sherly menuruni anak tangga, ingin sekali ia menemui bocah laki laki yang terlihat ketakutan tadi sore

"non makan malam sudah siap, mari silahkan non" ucap mbok inah sopan

" nanti aja deh mbok, aku mau ke kamar El dulu" Sherly melihat meja makan yang memang sudah tertata banyak makanan

mbok Inah langsung menunduk meremas tangannya gugup " n-non maafin Aden s-soal tadi siang yah.."

"hah?..a-ah iya mbok Inah tenang aja gu-aku cuma mau liat keadaannya doang hehe"

"maaf lancang non,kamar Aden di sebelah kanan tangga pintu yang berwarna putih, mari mbok antar non" tunjuk mbok inah

"ahh ngga usah mbok, mau minta tolong aja, tolong beresin kamar atas yang kosong samping kamar aku, kamar El pindah di situ aja"

Sherly tak habis pikir lagi bisa bisanya anak satu satunya di rumah ini di tempatkan di kamar bawah yang dekat dengan kamar pembantu, bahkan kamar tamu saja lebih bagus dari kamar anaknya sungguh keterlaluan.

"eh ini beneran non" mbok inah sedikit ragu dengan ucapan majikanya itu, kenapa tiba tiba?

"beneran masa prank, gak ada bakat jadi Baim wong mbok, kalau gitu aku ke kamarnya El dulu ya" Sherly melenggang pergi begitu saja

sesampainya di depan kamar Sherly dapat melihat tulisan nama EL yang tertempel di pintu, hatinya merasa sesak, dadanya berdegup kencang, entahlah ia sendiri tak tau mengapa.

"duh kok gue deg degan berasa mau presentasi di depan presiden"

perlahan Sherly mendorong pelan pintu kamar itu dan, gelap hanya ada sedikit cahaya dari lampu tidur dikamar sempit itu, perlahan Sherly masuk dengan tatapan yang sulit diartikan, ia meraba dinding mencari saklar lampu

cplek

deg

Sherly melihat anak kecil yang tidur meringkuk di atas kasur lusuh sambil mendekap guling, dadanya semakin sesak seperti orang asma yang di kelilingi ratusan perokok, Sherly mendekat dan berjongkok di hadapan bocah laki laki itu, memandang lama raut wajah yang terlihat menyedihkan, tangannya terulur mengusap Surai lembut anaknya.

"anjir ini anak gue? hiks lu jahat banget sumpa sher mungkin orang memandang rumahlu indah bak surga, tapi bagi anak ini rumahlu adalah neraka sher hikss" mungkin ini pertama kalinya Sherly menangis melihat penderitaan orang.

"euughh... n-nyo-" mata polos itu menatap Sherly takut

"husttt ini mommy sayang ini mommy" Sherly menggenggam tangan el guna menenangkannya agar tidak menangis, bocah itu bangun dan terlihat syok melihat kehadirannya badanya bergetar pelan

repair [transmigrasi]Where stories live. Discover now