17. Malam Hari di Penghujung Tahun

318 31 4
                                    

Suara deburan ombak beradu dengan suara percakapan dari satu kepala ke kepala lain. Mereka berbagi cerita, berdansa, memeriahkan pesta akhir tahun yang digelar khusus untuk para anggota keluarga.

Bintang yang bertaburan di langit membantu bulan dalam menghias langit. Petasan pun tak lupa ikut meramaikan malam ini. Sebagai malam pergantian tahun, sudah tertanam di kepala semua orang untuk merayakannya.

Semuanya merayakan akhir tahun sebagai rasa terima kasih. Senang, sedih, kecewa, marah, dan lainnya dilalui bersama hingga sampai di ujung tahun. Berterima kasih kepada Tuhan yang telah membuat mereka belajar mengenai banyak hal di tahun ini.

Dari sudut pandang Jisoo, dia berterima kasih banyak pada tahun ini. Di tahun ini, dia belajar bagaimana rasanya dikhianati. Dia merasakan sendiri betapa sakitnya harus mengubur paksa rencana-rencana yang seharusnya bisa terlaksana.

Di tahun ini, Jisoo harus berusaha sebisa mungkin untuk lepas dari masa lalunya. Semua perasaannya tentang Woojung harus hilang. Semua hal yang rasanya baru saja terjadi kemarin harus dilupakan sesegera mungkin.

Walaupun terasa sulit, setidaknya Jisoo memiliki orang tuanya dan satu orang lainnya. Namun di tahun ini, Jisoo juga belajar untuk mencintai seseorang selain Woojung. Untuk melupakan Woojung, Jisoo jatuh cinta pada Seungcheol.

Berdasarkan pengalamannya, Jisoo tidak boleh berharap banyak dari kisah percintaannya kali ini. Sesegera setelah dia menyadari bahwa Seungcheol juga memiliki seseorang dari masa lalu, dia putuskan untuk mengakhiri hubungan ini.

Tetapi, semesta seakan tak mengizinkan mereka untuk berakhir. Mereka berdua selalu dipertemukan di berbagai macam situasi. Jisoo sadar, letak kesalahannya hanyalah dia yang memutuskan hubungan secara sepihak. Namun, dia seolah tak diberi waktu untuk memikirkan keputusan selanjutnya.

Liburannya yang kali ini pun sama, dia dipertemukan dengan wajah seseorang yang diharapkan tidak dilihatnya selama beberapa hari. Yang lebih parahnya, keluarganya sendiri mengajak Seungcheol untuk ikut merayakan pesta akhir tahun kecil-kecilan ini.

Tak heran sebenarnya jika melihat Jisoo terduduk menyendiri di bibir pantai. Matanya sibuk memperhatikan gemerlapnya kembang api yang dibeli oleh Soonyoung sembari memikirkan apa yang seharusnya dia katakan pada Seungcheol.

"Jangan terlalu dekat sama mata." Teguran dari seseorang yang suaranya sangat dia hafal. Siapa lagi kalau bukan Seungcheol? Sebagai balasan, Jisoo hanya menggumam tak jelas dengan tatapan yang masih tertuju pada kembang api miliknya.

Laki-laki yang menegur hanya bisa menghela nafas sebelum mengambil alih kembang api itu. Mau tak mau, Jisoo menoleh ke Seungcheol. Bukannya protes, Jisoo malah bertanya, "Ayah sama Mama kemana, Kak?"

Tak heran jika Jisoo bertanya seperti itu. Badannya kini sedang berada dibalik sebuah batu besar, otomatis apapun yang ada di belakangnya pun terhalang. "Ada, lagi ngobrol sama Ayahku," jawab Seungcheol, memilih untuk duduk di samping Jisoo.

Sebagai balasan, Jisoo pun hanya bisa mengangguk. Dia geser juga sedikit badannya agar Seungcheol bisa duduk dibalik batu besar yang sama. Tak butuh waktu lama untuk mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Yang ada di dalam otak Jisoo hanyalah pengakuan perasaannya pada Seungcheol. Mulutnya gatal ingin melontarkan perasaan mengganjal itu. Hatinya ingin semuanya segera berakhir, namun kemauannya ditahan oleh jalan pikir Jisoo.

Maka dari itu, Jisoo berusaha keras memikirkan topik yang akan memulai pembicaraan mereka. Sengaja memang agar mereka bisa berakhir tepat di pergantian tahun. Akhir tahun, akhir dari mereka. Tamat sudah cerita mereka.

Apa daya, otaknya tak bisa diajak kompromi. Tak ada satupun topik bagus yang terlintas dalam otak Jisoo. Hanya ada pemikiran seputar perasaannya pada Seungcheol, seperti bagaimana reaksinya dan bagaimana akhirnya.

[✓] Halo, Teman Lama | CheolSooWhere stories live. Discover now