7. Potongan Kecil

312 36 0
                                    

Langit sore perlahan berubah ke warna abu-abu. Bulan perlahan mendaki ke puncak, menggeser posisi matahari. Langit terasa sedikit sepi karena tak ada bintang yang bertaburan. Namun, beberapa pasang mata tetap menikmati keindahan malam yang begitu polos.

Salah satu dari mereka adalah Jisoo. Dirinya selalu tertarik pada langit malam. Dalam keadaan apapun, dia selalu menikmati keadaan langit malam. Di malam hari, selalu ada kedamaian yang menyeruak dalam hatinya.

Terutama setelah ditinggal secara sepihak oleh Woojung. Tak terhitung seberapa lama dirinya menghabiskan waktu di luar ketika malam hari hanya untuk melegakan pikirannya. Kadangkala, dia nyaris tertidur di luar jika orang tuanya tak mengingatkannya, entah melalui telepon atau pesan.

Jisoo nikmati angin yang menerpa wajahnya. Jendela mobil memang sengaja Seungcheol buka agar Jisoo lebih mudah melihat langit malam. "Nggak sejuk, Soo?" Mendengar pertanyaan itu, Jisoo sontak menggeleng.

"Soalnya aku buka jendela, terus pakai AC juga. Yakin nggak kesejukan?" tanya Seungcheol lagi. Matanya tetap fokus ke depan dengan kedua tangannya yang berada di setir mobil, sementara perhatian Jisoo jatuh sepenuhnya pada Seungcheol.

Tak bisa Jisoo pungkiri, Seungcheol terlihat sangat tampan walau memakai pakaian sederhana. Kaos hitam berlengan pendek sedikit kebesaran dan celana jeans pendek selutut lebih cocok pada Seungcheol dibanding setelan kemeja dan celana hitam panjang.

Segera tersadar dari lamunannya, Jisoo pun menjawab, "Nggak. Angin malam enak kok." Seungcheol hanya mengangguk. Secara tak langsung, anggukan Seungcheol adalah gerbang dari hening yang akan segera menyeruak.

Benar saja, mereka berdiam diri. Tak ada yang berniat melanjutkan percakapan. Kecanggungan masih berada di puncak dari hubungan mereka, dan mereka tak bisa melakukan apapun.

Jika salah satunya tak berniat melanjutkan percakapan, apa mau dikata?

Beruntung, situasinya tak berlangsung lama. Mobil Seungcheol berhenti tepat di depan restoran berbintang empat. Jisoo telan salivanya sedikit kasar saat melihat gedung restoran itu. Pakaian Jisoo terlalu simpel, hanya kemeja bermotif kotak-kotak dan celana jeans.

Jisoo tak mengira restoran yang cukup terkenal menjadi tujuan mereka. Dia takut, banyak mata yang menatapnya sinis.

"Kenapa, Soo?" Jisoo langsung menoleh ke Seungcheol yang ternyata telah membukakan pintu mobil untuknya. "Kenapa diem aja?" ulang Seungcheol saat tak mendapat jawaban dari Jisoo.

Jisoo sempat diam sejenak, memikirkan kalimat yang tepat untuk memberitahukan pikirannya, sebelum akhirnya berkata, "Maaf, Kak, aku nggak tau kita bakal dibawa ke sini. Jadinya, aku pakai baju yang kayak gini."

Seungcheol kenal bahwa Jisoo adalah seseorang yang perasa, sehingga dia selalu memahami jika Jisoo sering memikirkan suatu hal secara berlebihan. Seungcheol tersenyum kecil, tangannya mengusak rambut lembut Jisoo.

"Nggak papa, aku aja cuma pakai celana selutut, Soo. Owner-nya temenku, tenang aja. Ayo," ajak Seungcheol. Walau ragu, Jisoo anggukan kepalanya. Dia keluar dari mobil yang kemudian pintunya ditutup oleh Seungcheol.

Seungcheol memimpin jalan, sedangkan Jisoo berjalan sedikit di belakang Seungcheol. Seungcheol berhenti tepat setelah memasuki restoran dan berbicara kepada pelayan, sedangkan Jisoo melihat ke setiap arah, mendapati semua orang berpakaian formal.

"Ayo, Soo." Ajakan Seungcheol langsung membuat Jisoo mengangguk. Seungcheol kembali berjalan, mengikuti kemana pelayan membawanya. Mereka dibawa memasuki tempat yang ramai manusia.

Jisoo sedikit terkejut saat Seungcheol meraih pergelangan tangan kirinya, namun Jisoo pun memaklumi karena keadaan sekitar yang cukup ramai. Bisa-bisa dia terpisah dari Seungcheol.

[✓] Halo, Teman Lama | CheolSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang