10

2.5K 84 1
                                    

Kemaren sehabis pak Erlan bersilahturahmi meminta restu untuk mengkhitbah Ira, ayah dan bunda menyeleksi kepribadian pak Erlan dan menanyai asal usul keluarganya. Menurut ayah dan bunda pak Erlan itu orangnya penyayang, baik hati, sopan santun, Sholeh, tidak sombong, tidak kasar, sangat mapan, dan juga tampan diumur yang ketiga puluhnya.

Ayah dan bunda sudah menyetujui tapi ini semua diserahkan ke Ira, apakah Ira mau menerimanya atau nggak?

Ira belum dikasih tau karna tadi malam Ira tidur lebih dulu.

rencananya nanti keluarga pak Erlan akan datang malam ini, untuk meminta kepastian dari Ira.

Pagi ini Ira akan ke cafenya sebentar nanti siang akan pulang untuk membantu bundanya yang mau masak banyak.

Diseberang sana pak Erlan sedang sibuk memilih cincin bersama sang mamanya.

"Dia sukanya yang kayak gimana lan" tanya mamanya sebut saja nama Sari.

"Gak tau ma" Pak Erlan mengangkat bahunya acuh.

"Gimana sih seleranya calon istri masa nggak tau" sinis mama menatap anak tunggalnya itu.

"Terus ini gimana mama"

"Diam dulu deh, biar mama pilihin yang mewah tapi elegan"ucap mama sari sambil melanjutkan pilih-memilihnya.

"Diam dulu deh, biar mama pilihin yang mewah tapi elegan"ucap mama sari sambil melanjutkan pilih-memilihnya

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

"Itu aja ma" ucap pak Erlan menunjuk salah satu cincin.

"Yakin?"

"Iya ma, itu aja"

"Oke. Mbak ambil yang ini satu ya" ucap mama sari kepada pelayan toko.

"Ni uangnya ya mbak"

"Terimakasih bu"

"Sama-sama"

"Habis ini beli seserahan kan ma?" tanya pak Erlan ketika mereka memasuki mobil.

"Iya. Nanti ke toko temen mama aja" Erlan mengangguk.

***

Ira memasuki pekarangan rumahnya sehabis pulang dari cafe.

"Assalamu'alaikum bunda" teriak Ira berjalan ke dapur.

"Wa'alaikumsalam. Langsung mandi terus sholat, habis itu bantuin bunda masak!"

"Masak banyak buat siapa sih Bun"

"Tamu"

"Tamu ayah?"

"Enggak. Nanti kamu juga tau sendiri"

"Kapan datangnya?"

"Nanti malam ba'da maghrib"

"Oh. Bunda, abang pulang kapan?"

"Nggak tau Ira. Udah sana keburu waktu dzuhurnya habis"

"Iya-iya"

Saat sudah selesai melakukan kewajiban Ira membantu sang bunda.

Saat sibuk memotong daging Ira reflek menatap bunda saat mendengar pertanyaan bundanya.

"Ira, kalau seandainya kamu dilamar orang kamu mau?" tanya bunda menatap serius anaknya.

"Siapa yang mau ngelamar aku Bun?"

"Kalo seandainya Ira. Kamu mau?"

Tiba-tiba terlintas wajah seseorang yang selama ini ia cintai dalam diam. Apa kabar dia? Apakah sudah punya istri?

Ira memalingkan wajahnya kesamping mengusap kasar air mata yang tiba-tiba keluar saat membayangkan pak Erlan.

"Ira?" panggil bunda membuyarkan lamunan Ira.

"Eh iya Bun?"

"Emang nanti malem tamunya yang mau ngelamar aku bun?" tanya Ira, entah kenapa bibirnya ingin mengatakan kalimat itu.

"Udah nggak usah dipikirin nak. Nanti malem kamu siap-siap aja ya" bunda mengelus bahu Ira lembut.

"Assalamu'alaikum bundahara" teriak Arvind berlari menghampiri bunda.

"Wa'alaikumsalam" bunda menyodorkan tangannya dan dicium Arvind dengan hormat.

"Abang kayak bocah TK deh main lari-larian didalam rumah" celetuk Ira.

"Biarin, yang lari kaki abang kok kamu yang sewot" balas Arvind tak mau kalah.

"Udah-udah jangan mulai lagi. Mending bantuin bunda nih" lerai bunda.

"Tuh bantuin bundanya dek" suruh Arvind menatap Ira.

"Abang juga disuruh bantu weh"

"Abang capek habis kerja mau mandi terus tidur. Byeeee" Arvind berlari meninggalkan bunda dan Ira didapur.

Diketahui setelah menyelesaikan pendidikan S1. Arvind bekerja menjadi sekretaris di kantor ayahnya sendiri. Sebenarnya Arvind mau melanjutkan S2 tapi entah kenapa tidak terjadi.

****

"Assalamu'alaikum" ucap seorang paruh baya yang dibelakangnya terdapat anak tunggalnya.

Bunda segera membukakan pintu agar tamunya masuk.

"Wa'alaikumsalam. Ayo masuk-masuk" ucap bunda tersenyum ramah.

"Pak" sapa lelaki paruh baya itu.

"Iya silahkan duduk. Sambil nunggu putri saya, minumnya diminum dulu" ucap ayah yang disampingnya ada Arvind, dan diangguki kedua paruh baya itu dan anaknya.

Iya. Kedua paruh baya itu adalah orang tua pak Erlan sebut saja, mama sari dan papa Reno. Dan anak tunggal yang dimaksudnya adalah pak Erlan.

Kini Ira berjalan digandeng sang bunda menghampiri sang tamu berada.

Ira tak bisa melihat siapa lelaki berperawakan tinggi yang sedang diapit oleh paruh baya itu.

"Ekhem" dehem ayah memulai acara ini.

"Perkenalkan kedatangan saya kesini mau mengantarkan anak saya yang ingin meminang anak bapak" ucap papa Reno membuka suara.

Ira terdiam kaku ditempatnya. Disituasi seperti ini Ira masih memikirkan orang yang ia cintai.

"Silahkan nak" ucap ayah.

"Perkenalkan nama saya Muhammad Erlangga Alvaro. Kedatangan saya kesini mau mengkhitbah Avira Vinaya Az-zahra" pak Erlan menjeda omongannya, menarik nafas dalam-dalam.

"Dialah Avira Vinaya Az-zahra yang mampu memporak-poranda hati saya selama lima tahun kebelakang. Saya mencintainya dalam diam selam lima tahun. Dan inilah jawaban dari ikhtiar saya, mengkhitbah orang yang saya cintai setelah mama saya" ucap pak Erlan dengan lembut sambil menatap wajah Ira yang sudah berlinang air mata.

"Avira Vinaya Az-zahra, apakah kamu mau menjadi pendamping hidup saya selama saya bernafas didunia ini?" Pak Erlan masih setia manatap mata Ira dalam-dalam.

Ira masih sesenggukan dibuatnya. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Ira, dijawab sesuai isi hati kamu ya nak!" ucap ayah mengelus bahu Ira.

"Saya Avira Vinaya Az-zahra menerima lamaran kamu untuk menjadi pendamping hidup saya"
ucap Ira masih menangis terharu.


















Cinta dalam diam selama lima tahun kini terbalaskan dengan hidup bersama ❤️

VOMEN 💙

MY TEACHER MY HUSBAND [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora