"Yadi." Bisik Raken tepat ke arah telinga Yadi dengan suara sedikit serak. "Buka baju lo."

"Raken..."

"Buka." Ucap Raken sekali lagi, dan perlahan melepas pelukannya pada Yadi. Dengan tangannya yang mengambil sebuah alat pengaman yang sudah lama ia simpan diam-diam di dalam laci dekat ranjang. Karena ia sejak dulu sudah berharap bahwa Yadi suatu saat nanti akan mengizinkannya untuk memasuki penuh tubuh milik cowok manis itu.

Perintah Raken yang tiba-tiba, hanya bisa ia turuti. "Aku pengen kamu lakuin nya pelan-pelan."Ucap Yadi sambil mulai melepas kaos Raken yang ia kenakan tadi.

Raken mengangguk pelan, dengan matanya yang terus menatap lekat setiap inci tubuh Yadi. "Ini udah lama gua tunggu Yadi," balas Raken sambil perlahan jari tangannya mulai menyentuh dada telanjang cowok manis itu. "Gua bakal buat pengalaman pertama lo, yang paling terbaik dan gak bisa lo lupain." Tekan Raken dan menarik langsung nipple Yadi yang sudah mulai menegang.

Sedangkan Yadi, hanya bisa melenguh dengan tubuhnya yang ia busung 'kan di hadapan Raken. "Jangan di tariik...."

Mendengar lenguhan Yadi, membuat Raken semakin semangat untuk memainkan nipple cowok manis itu sedangkan Yadi hanya bisa melenguh dengan posisi yang sudah gelisah di atas pangkuan Raken.

"Apa yang selama lo lakuin saat gua gak ada?" Tanya Raken tiba-tiba sambil jarinya yang kini perlahan berpindah turun pada pusar cowok manis itu. "Selama lo menghilang apa yang lo lakuin Yadi..." Dengan sekali hentak, Raken memainkan satu jarinya pada pusar cowok manis itu. Yang membuat tubuh Yadi langsung menegang dan memegang kuat punggung Raken.

"Raken!"

"Kasih tau gua... Bukan malah manggil nama gua." Balas Raken dengan matanya yang menatap tajam pada Yadi.

Bola mata hitam yang begitu pekat, dan tatapan tajam itu seolah ingin menelannya hidup-hidup sekarang. Yadi tidak tahu harus mulai darimana untuk menceritakan apa yang ia lakukan selama tidak bersama Raken. Bahkan ia tidak ingin merusak momen yang sekarang karena cerita yang ia yakin bisa membuat cowok tempramental itu akan marah besar.

Sedangkan Raken yang geram karena tidak mendengar jawaban satupun dari mulut kecil Yadi langsung menarik tubuh Yadi dan mengangkat tubuh kecil itu. "Kenapa lo berani-beraninya gak jawab gua Yadi?!"

Plak!

"A-ah Raken!"

Tamparan keras tiba-tiba di lemparkan Raken tepat pada bokong Yadi, yang saat ini dalam posisi gendongan di tubuh Raken.

"Yadi... Yadi... Yadi.... Yadi..." Ucapan lirih dari Raken dan tangan yang sengaja ia usapkan pada bokong Yadi, membuat tubuh kecil Yadi langsung bergetar karena sentuhan kecil dari Raken.

"Rakeen...." Lenguh Yadi sambil memperat pelukannya pada gendongan Raken, "t-tampar lagi please...."

Raken tersenyum puas karena merasa berhasil membuat Yadi tergoda dengan apa yang ia lakukan tadi. Bahkan ia bisa merasakan 'milik' cowok manis ini menegang tepat di perutnya. Ah manis sekali....

Yadi yang tidak merasakan respon apapun dari Raken, langsung mendongak menatap wajah cowok itu. Dan sialan nya, ia malah melihat wajah menyebalkan itu sedang menahan tawanya. "Rakeeen!"

Raken terbahak sambil perlahan menurunkan tubuh kecil cowok manis itu pada ranjang, "jangan sekarang. Muka lo masih frustasi, dan gua gak suka ngeliatnya."

Sedangkan Yadi hanya menatap kesal sambil memalingkan wajahnya yang saat ini sedang terbaring, "terserah lo!"

"Marah?"

"Menurut lo??"

Raken berdecak, dan duduk di tepi ranjang di samping tubuh Yadi. "Lo 'pengen' banget makanya marah?"

"M-mana ada! Lo aja yang nyebelin Raken!"

Raken mengangkat bahu merasa tidak peduli, "gak usah alesan, keliatan kalo lo 'pengen' banget." Sambil menunjuk ke arah 'milik' Yadi yang terlihat menegang tapi tertutup oleh kain celana yang di kenakan

dan itu refleks membuat Yadi langsung menutup 'miliknya" dengan kedua tangan.

"RAKEEEENNN!!"

Raken tertawa terbahak-bahak sampai membuat tubuhnya jatuh dari ranjang karena dorongan Yadi tiba-tiba.

Raken tertawa terbahak-bahak sampai membuat tubuhnya jatuh dari ranjang karena dorongan Yadi tiba-tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mungkin ia sudah gila karena memikirkan cowok yang jelas-jelas tidak mempedulikan dirinya. Tapi ia sungguh tidak bisa tidur, karena memikirkan cowok sialan itu.

Tring

Tring

Rako
besok ketemu di belakang sekolah - Rako

Dan kegelisahannya berlanjut dengan notif pesan yang tiba-tiba datang, dan itu adalah cowok yang ia pikirkan sedari tadi. Sialan! Darimana cowok itu mendapatkan nomernya.

Astaga! Ia sampai lupa, kalau ia yang pertama kali menelpon cowok sialan itu.

"Jeko kecilkan suara volume salonnya! Ini udah malem malah nge dj."

"Iya Ma! Iya!" Dan kesadarannya kembali ketika mendengar teriakan Mamanya dari luar.

Rako
bawa liptin - Rako

"What??!" Jeko mendelik ketika melihat notif pesan yang isinya adalah pesan dari Rako. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran cowok tembok itu, bisa-bisanya ia disuruh membawa liptin tanpa ucapan minta tolong. Karena jengkel, Jeko langsung menyambar ponselnya dan mengetik untuk membalas pesan tersebut.

Me
minimal ucapin 'tolong' lah

Dan mengirim langsung pesan tersebut pada Rako, dan tanpa menunggu lama cowok itu langsung membalas pesannya.

Rako
twlong

Jeko mengernyit melihat pesan yang di kirimkan Rako, ia heran cowok seteliti Rako bisa typo. Apa tangan cowok itu terlalu besar sampai mengetik 'tolong' saja harus typo.

Rako
maksudnya, tolong.

Tapi pesan selanjutnya langsung membuat Jeko tertawa dengan suaranya yang terendam karena salon yang ia nyalakan dengan sedikit keras. Tapi melihat sifat Rako yang tiba-tiba seperti ini membuat ia menjadi merasa aneh. Apakah ini efek karena... ciuman.. itu?

Mungkin segini dulu, semoga kalian puas. Dan gua berharap kalau besok gua bisa next partnya, dan gak bikin kalian nunggu lagi.

Jangan lupa vote dan komen

YAKEN [21+] (on going)Where stories live. Discover now