10. Bunga berduri

1 2 0
                                    

 

  Bayu berdiri bersandar pada dinding, ia tengah menyaksikan dari kejauhan amar dan para ODGJ lainnya yang sedang melakukan senam. Setiap hari minggu akan ada beberapa relawan yang membantu di panti ini, seperti kegiatan senam sekarang yang di atur dan di pimpin oleh para relawan.

Ada yang benar-benar mengikuti gerakan senam, ada pula yang berjingkrak aktif dengan gerakan bebas sesuka hatinya, dan ada juga yang berdiam diri enggan mengikuti senam.

Sedangkan amar yang memang pada dasarnya tidak terlalu suka musik heboh,  beliau hanya menggerakkan tangannya sambil tertawa tawa melihat ODGJ lain, sedang kakinya tetap diam mematung.

Seorang wanita tiba tiba berdiri di sebelah bayu, dia memakai kaus yang sama seperti relawan lain, dia cantik dengan wajah bulat yang chubby.

"Putranya pak amar ya mas?". Tebak wanita itu sambil tersenyum ke arah bayu.

"Iya, ko mbak nya tau?". Tanya bayu bingung.

"Iya soalnya tadi saya sempat lihat mas ngobrol sama pak amar, emm kalau begitu perkenalkan nama saya melati". Si cantik melati mengulurkan tangannya yang halus, lalu kemudian dengan sungkan bayu menyambut uluran tangan melati.

"Bayu, mbak pengurus panti juga?".

"Oh enggak, saya hanya sukarelawan di sini sekedar ikut membantu, kebetulan panti ini di kelola oleh tante saya". Tutur melati yang dibalas anggukan oleh bayu, jadi melati ini adalah keponakan dari bu darmayati.

"Pak amar terlihat jauh lebih ceria hari ini". Komentar melati ketika mengikuti arah pandang bayu.

"Kalau biasanya?"

"Pak amar selalu berdelusi dengan sosok bernama siti, kadang sedih kadang ceria, tapi hari ini terlihat lebih ceria dari biasanya". Tutur melati, bayu tersenyum simpul karna ia sudah faham kondisi amar yang memang selalu demikian.

"Siti itu alamarhumah ibu saya, syukurlah kalau kehadiran saya dapat membuatnya lebih ceria". Ucap bayu, ia sadar ikatan batin dirinya dan sang ayah sangat kuat, kendati dalam ketidaksadarannya amar pasti dapat merasakan kesedihan atau kesenangan yang bayu alami meski dari kejauhan.

"Di antara keluarga ODGJ lainnya, saya rasa mas bayu yang paling ikhlas menerima kondisi tersebut, bahkan sampai ikut tertawa dan dengan bersahaja mas bayu bercerita pada pak amar". Sanjung melati.

"Bagaimana tidak mbak, sejak kelas tiga SD saya hanya tinggal berdua bersama bapak, tidak ada orang lain yang bisa menjadi teman saya untuk berbagi cerita selain bapak, walaupun jawabannya ngawur tapi saya bersyukur masih memiliki beliau dalam hidup saya, satu satunya orang tua yang saya punya".

________________

     Minggu sore bayu sudah bergerak kembali menuju jakarta, ia sengaja tidak mampir ke kampunya karna tujuan bayu memang hanya untuk amar, lagipula siapa yang menunggunya di kampung halaman?.

Dan senin paginya bayu kembali masuk ke kantor, tidak apa meskipun badannya cukup lelah tapi saat mengingat tawa amar kemarin sanggup untuk mencambuk semangat bayu.

Bayu masih sanggup untuk tiba di kantor lebih awal seperti biasanya, saat baru sampai di kantor bayu mendapat pesan masuk di ponselnya.

Melati
Mas bayu sudah sampai di jakarta?

Bayu
Sudah, sudah di kantor juga mel, nitip bapak yah

Rupanya sejak sore itu bayu dan melati sudah berbincang lebih akrab, melati bahkan sampai meminta nomor ponsel bayu dengan dalih untuk memberikan informasi tentang amar.

Bayu putra AmarWhere stories live. Discover now