(11) sleep.

19.9K 2.5K 244
                                    

"RES!" ucap Jeo setengah berteriak karena Hares melajukan motornya seperti orang kesetanan.

Hares tak menyahut melainkan menolehkan kepalanya sedikit kebelakang.

"JANGAN NOLEH! SAYANG NYAWA KITA, SANA LIAT JALAN LAGI!!" ujar Jeo panik sampai tanpa sadar ia memegang kepala Hares dan menolehkan-nya kembali ke depan.

Entah dari mana keberaniannya itu datang.

Jeo mengusap-usap dadanya, sungguh ia sedikit takut dibawa kebut-kebutan naik motor setelah kematiannya.

Padahal dulunya walau Jeo tak bisa mengendarai motor, ia sangat suka diajak ngebut. Vibes euphoria nya kerasa banget.

Kembali teringat tujuan awalnya memanggil Hares, Jeo kini mendekatkan wajahnya ke telinga Hares agar dapat bicara dengannya tanpa perlu berteriak.

Berhubung Hares tak memakai helm.

ㅤㅤ
"Res, ini bukan jalan ke rumah gue." ujar Jeo mengingatkan.

Mungkin Hares lupa atau bahkan tak tahu alamat rumahnya maka dari itu mereka tersesat―pikir Jeo.

Lagipula tidak mungkin Hares menculiknya, Jeo tidak membuat masalah apapun dengan Hares semenjak dirinya memasuki tubuh ini.

"Gue tau." sahut Hares acuh.

"Nah makanya kita nyasar soalnya lo― , eh?! lo tau?!!" ucap Jeo sedikit linglung.

"T-terus kita mau kemana Res? lo mau bawa gue kemana?" Jeo tiba-tiba merasa takut.

Jangan bilang Hares akan membawanya ke hutan gelap lalu membunuhnya disana?

"Lo liat sendiri aja nanti." sahut Hares tenang. Hares kini memelankan laju motornya karena merasa Jeo sedikit tegang.

"Mau pulangg, antar gue pulang aja." ucap Jeo lesu. "Gue capek Res." ujarnya lagi.

"..."


Tak mendapatkan jawaban dari Hares membuat Jeo semakin gugup. Jeo menggigit bibirnya, berusaha memikirkan solusi.

"Nanti gue dimarahin sama kakak gue Res..." bujuk Jeo kini dengan nada selembut mungkin.

"Nanti gue yang tanggung jawab." ujar Hares santai.

"Shit! wtf with this dude?!" batin Jeo mengumpat.

"Apa gue lompat aja dari motor? ga bakal mati juga, mumpung Hares lagi pelan bawa motornya."

"Nggak! nanti kalo tangan atau kaki gue patah gimana? ga mungkin juga gue bisa lari."

Jeo sibuk beradu dengan pikirannya sendiri sampai tak menyadari Hares terus memperhatikannya dari kaca spion.

"Stop it." ucap Hares tegas.

"Huh? apa?" tanya Jeo bingung. Ia tak mengerti mengapa Hares tiba-tiba terdengar kesal.

"Berhenti gigit bibir. Bibir lo berdarah." jelas Hares dengan sabar menghadapi ke lemot-an Jeo.

Jeo dengan setengah linglung memegangi bibirnya dan menekannya cukup keras.


"Awh! sakit njir." ringis Jeo ketika bibirnya terasa nyeri.

Jeo sendiri tak sadar ia menggigit bibir sekencang itu. Kebiasaan lamanya ketika merasa cemas.

Namun Jeo kembali teringat situasinya sekarang.

"Hares mau pulangg!" ujar Jeo lagi. Masih kukuh tidak ingin ikut bersama Hares entah kemana.

Hares mendelik malas. Ia sudah berusaha bersikap lembut, namun sepertinya tak mempan.

"Nurut, atau lo ga bakal bisa pulang ke rumah lo lagi." ancam Hares.

ANTAGONISWhere stories live. Discover now