PROLOG

38.2K 2.7K 264
                                    

Justin dengan malas menaiki motor gigi usang milik ayahnya. Wajahnya cemberut tak kala kesusahan untuk sekedar mendirikan motor tersebut.

"Yah, ga bisa apa belajarnya pake motor matic aja?" keluh Justin
sambil merengek ke ayahnya yang hanya diam memperhatikan dirinya berusaha mendirikan motor.

Sumpah demi mie ayam Bu Surti, motor usang ayahnya ini terlalu berat untuk badan dan tenaganya yang tidak seberapa.

"Jangan banyak ngeluh, nanti kalo mau bikin SIM juga harus pake motor gigi. Buruan udah sore ini." omel sang ayah.

Justin mendengus malas. Mau tidak mau dirinya harus menurut supaya cepat pulang dan istirahat di kasur tercinta-nya.

Dengan susah payah Justin menginjak engkol-an motor tersebut hingga menyala. Keringatnya sudah bercucuran.

"Gas pelan-pelan." ujar sang ayah yang masih setia memperhatikan.

Justin memegang kendali gas dan menarik gas pelan-pelan. Dia berhasil, motor yang dikendarainya mulai berjalan pelan.

Tapi,

"Yah! Stang nya kenapa oleng gini?!" panik Justin ketika stang nya mulai sulit dikendalikan.

"Wajar, kamu baru pertama bawa motor. Pelan-pelan aja." tenang sang ayah.

Klek!

Karena panik, Justin tidak sengaja menginjak gigi. Alhasil kecepatan motornya melonjak secara tiba-tiba.

"Ayah! Ini kenapa?!" Justin semakin panik berharap sang ayah akan menolongnya.

"JUSTIN! Santai nak, jangan di gas! Turunin giginya dulu!" sang ayah mulai berlari mengejar Justin yang mengendarai motornya ke kanan kiri karena stang yang sulit dikendalikan-nya.

Justin menoleh ke belakang sebentar guna melihat ayahnya yang tengah berlari mengejarnya.

Justin coba nge rem motornya namun nihil. Rem nya tidak berfungsi.

Justin pasrah, firasatnya mengatakan kalau dirinya tidak akan selamat begitu melihat banyak kendaraan yang mulai melintas ke arahnya.

Dia memasuki jalan raya.

Dan tidak berselang lama,

BRUK!!

"Ahh, gue kecelakaan ya?" gumam Justin pelan ketika tubuhnya sudah terkapar di aspal yang dingin. Terpental dari motornya yang remuk.

Sebuah bus yang sedang melaju kencang baru saja menabraknya.

'Ayah, maaf Justin nyusahin Ayah dan keluarga, Justin ga bakal bisa selamat ini. Kalian jangan sedih ya.' batin Justin lirih walaupun ia tahu tidak akan ada yang mendengar pesan terakhirnya itu.

Justin tahu tidak akan ada yang mendengarkan-nya. Lagipula ia sudah tidak mampu untuk berbicara. Ia bahkan tidak perduli lagi pada orang-orang yang panik melihat tubuhnya terkapar tak berdaya dengan darah yang terus mengalir.

Justin perlahan menutup matanya. Pandangan-nya mulai menggelap.

Dia tidak menyangka akan mati seperti ini. Pasti ayahnya akan merasa sangat bersalah. Justin jadi sedih memikirkan-nya.

'Gue masih mau hidup...' batin Justin.

Lalu kesadaran-nya benar-benar menghilang.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

ㅤㅤ

ㅤㅤ

ㅤㅤ

ANTAGONISWhere stories live. Discover now